Jumat, 20 Januari 2012

Sahabat Untuk Selamanya part 2

Frisilia Stories

Aku terbangun dari tidurku. Kulihat suasana kamar Farah yang mulai cerah karena cahaya matahari yang mencoba masuk. Tampaknya aku yang terbangun lebih dulu karena aku tertidur duluan di saat Farah dan Windi menakut-nakuti Najma dengan cerita setannya. Aku pun membuka tirai jendela sehingga membuat ketiga sahabatku mulai membuka matanya.
“Hey bangun! Sudah pagi nih.” Ucapku.
“Hoahm! Dikit lagi, masih ngantuk nih.” Windi merengek lalu memeluk Najma yang kelihatannya masih pulas.
Farah beranjak dari tempat tidurnya lalu ke kamar mandi. “Oh ya Fris. Kalau kamu lapar/haus, ke dapur saja. Biasanya Bibi udah buat sesuatu di meja makan.” Ucapnya.
“Iya nyonya.” Ucapku setengah meledek. Kami berdua tertawa sejenak lalu Farah pun masuk ke kamar mandi.
“Ya ampun kalian ini! Gimana kalo kakaknya Farah datang dan melihat kalian?” ucapku.
Mata Najma pun terbuka dan melepaskan diri dari pelukan Windi. Tubuh Windi memang paling besar di antara kami berempat. Sedangkan yang paling kecil adalah aku.
Tiba-tiba aku merasa haus setelah membereskan kamar ini. Aku pun turun ke dapur sesuai dengan perintah nyonya Farah tadi.
Aku tersentak kaget melihat sosok yang berdiri di depanku. Kak Farhan? Apa aku masih bermimpi?
“Temannya Farah ya?” tanya Kak Farhan.
Aku tak menjawab, malah berlari naik menuju kamar.
“Najma! Windi! Farah! Oh my god!” ucapku setengah panik.
“Ada apa Fris?” tanya Najma.
“Aku ketemu Kak Farhan. Kenal kan sama Kak Farhan?” jelasku.
“Iya. Tapi kamu ketemunya dimana?” tanya Windi.
“Di dapur.” Jawabku.

Windi dan Najma pun berjalan menuju dapur karena penasaran. Namun ternyata orangnya sudah nggak ada.
“Hey. Sudah ketemu kakak ya?” tanya Farah yang baru muncul sehabis mandi tadi.
Kami bertiga menggeleng.
Farah masuk ke sebuah kamar dan menarik seseorang keluar dari kamar itu.
“KAK FARHAN????” kami bertiga kompak berteriak.
“Kalian sudah kenal ya?” Farah terheran.
“Oh ya, kalau dipikir-pikir nama kalian sama. Farah Abbas dan Farhan Abbas. Pantasan saat itu Kak Disti waktu itu sewot.” Jelas Najma.
Siapa sih yang tidak kenal Kak Farhan? Siswa kelas XII yang ganteng, cool dan pintar. Dia jago bermain sepak bola dan basket. Saat masa orientasi, Kak Farhan sempat menolongku dari kejahilan kakak-kakak kelas lainnya yang mau menggodaku. Sejak saat itu aku jadi kagum dan mungkin jadi suka padanya. Apalagi setelah melihat permainan biolanya saat penutupan MOS.
Kak Farhan adalah wakil ketua OSIS. Meski baru dua bulan aku sekolah di sini, ketenarannya telah terdengar hingga ke telinga kami siswa-siswa baru. Kak Farhan pernah membawa tim sepak bola sekolah hingga ke semifinal. Disamping itu, Kak Farhan juga menghantarkan tim Basket sekolah ini menjuarai lomba Basket antar SMA. Sejak kelas X, Kak Farhan selalu masuk 10 besar dan sering mewakili sekolah di ajang-ajang bergengsi.
Sama seperti Farah, Kak Farhan pun rendah hati di sekolah. Dia tak pernah mengendarai mobil ke sekolah seperti cowok-cowok borjuis lainnya. Dia tak pernah sombong dan memamerkan kekayaannya. Dia selalu menolong siapa pun yang dilihatnya membutuhkan pertolongan.
Tak kusangka sosok yang kukagumi itu adalah kakak sahabatku sendiri. Sepertinya doaku untuk mengenal Kak Farhan lebih dekat dikabulkan oleh Tuhan.
***
Setelah acara nginap bareng itu, persahabatan kami menjadi makin akrab. Kemana-mana kami sering berempat. Bahkan setiap guru menyuruh membuat kelompok, kami berempat tak bisa dipisahkan. Dan kami punya simbol persahabatan kami, yaitu pohon yang di tanam oleh aku dan Najma saat Orientasi dulu. Kini kami berempat sering merawat pohon itu agar menjadi saksi persahabatan kami.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Saat menginap bareng di rumahnya Najma, kami pun melanjutkan acara curhat-curhatan kami. Tapi kami tak berani untuk ribut seperti di rumah Farah, karena takut mengganggu orangtua dan kakak Najma.
Ayah Najma seorang karyawan perusahaan keamanan jaringan komputer yang baru dipindahkan ke kota ini. Sedangkan Ibunya memiliki toko online yang menjual baju-baju dan berbagai perhiasan dan aksesoris wanita. Biasanya Ibunya sering bolak-balik gudang dan biro jasa pengiriman sehingga jarang berada di rumah. Kakak Najma adalah seorang mahasiswa komputer. Orangnya lucu dan mudah bergaul. Kami hanya berbincang sesaat dengannya. Dia kagum dengan persahabatan kami dan dia pun memberi beberapa nasehat.
Seminggu kemudian kami menginap di rumah Windi. Rumahnya sempit sih dan kami tidur di ruang tamu. Di sana aku belajar tentang kesederhanaan dalam kehidupan. Meskipun keluarga Windi miskin, tapi selalu ada canda tawa yang menghiasi keluarga itu. Windi punya 2 orang adik perempuan. Mereka tidak ragu untuk saling meledek dan saling terbuka. Ayah Windi adalah supir bajaj sedangkan ibunya membuka warung kopi kecil di dekat rumahnya. Adik Windi bernama Wanda dan Wulan. Wanda masih duduk di bangku kelas satu SMP, sedangkan Wulan masih kelas 5 SD.
Aku bersyukur punya teman yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Najma yang pendiam namun kadang suka bercanda. Meski berjilbab dan rajin beribadah, dia tak ragu untuk berteman denganku yang berbeda agama. Dia tak memilih-milih teman dan dia juga bisa diandalkan saat curhat. Diantara ketiga sahabatku ini, Najma lah yang paling sering kujadikan teman curhat dan akupun selalu jadi teman curhatnya.
Windi yang bisa diandalkan saat butuh sosok wanita kuat. Dia memang blak-blakan dan kata-katanya kadang menyakitkan. Tapi, dia selalu menolong kami dengan kekuatannya. Bagi kami, dia adalah super hero kami. Dia sering meminjam novel-novel yang ku punya hingga membuat ku kadang jadi jengkel. Tapi dia selalu membuat kami tertawa dengan leluconnya.
Farah sahabatku yang sangat cantik. Banyak cowok-cowok memujanya namun semuanya harus illfell karena Farah hanya suka sama A3. Cowok misterius yang belum pernah kami jumpai. Kabarnya cowok itu sekolah di luar negeri. Meskipun Farah memiliki kemewahan, namun dia rela bersama kami dengan kesederhanaan. Anehnya, nafsu makannya sangat tinggi namun badannya masih tetap saja seksi dan nggak menggemuk. Dan aku juga kagum dengan kakaknya...
Akhir-akhir ini kekagumanku sama Kak Farhan semakin bertambah. Dia mau menjadi teman SMS ku ditengah kesibukannya yang padat itu. Dia mau ngasih saran dan cerita pengalamannya sebagai anggota OSIS. Aku bercita-cita menjadi anggota OSIS di sini, bahkan kalau bisa jadi ketua OSIS.
***
Hari ini hari sabtu dan sebentar malam sahabat-sahabatku akan menginap bareng di rumahku. Kali ini giliran jadwalku menjadi tuan rumah ajang nginap bareng. Dan Papa Mama sudah memberiku izin. Hari ini kebetulan Mama membuat Cake, jadi Farah sangat bersemangat datang.
Mereka semua datang sekitar jam 7 malam. Maklum, Farah yang biasanya menjemput mereka sedang ada kegiatan. Sehingga Farah terlambat menjemputnya.
Seperti biasanya, kami mengerjakan tugas sekolah kami terlebih dahulu. Kali ini PR Fisika yang kami kerjakan. Sekitar satu jam kami mengerjakan PR itu. Setelah itu kami memasak makan malam bersama. Meski hanya mie rebus, rasanya sungguh nikmat masak dan makan bareng sahabat.
Setelah itu acara curhat-curhatan dan cerita-cerita kejadian menarik di sekolah. Aku belum berani cerita tentang perasaanku ke Kak Farhan. Aku takut Farah akan kecewa padaku. Kamarku cukup luas untuk menampung mereka. Sekitar jam 11 barulah kami tidur.
***
Malam ini kebetulan entah mengapa aku tak bisa tidur. Aku membuka mataku dan melihat jam kamarku sudah menunjukkan pukul 12 lewat. Aku ke dapur untuk melepaskan dahagaku. Tiba-tiba Najma menyusulku. Aku pun memberikannya air.
“Kamu kenapa Fris? Sepertinya ada sesuatu ya?” tanya Najma padaku.
Insting sahabat memang tajam. Tak kusangka Najma memahami perasaanku. Aku tersenyum padanya tapi aku tetap diam. Aku belum mau menceritakan soal perasaanku ini pada Najma sekalipun. Mungkin rasaku ini hanya kekaguman sesaat saja.
“Nggak apa-apa kok. Aku Cuma agak gimanaaa gituh. Soalnya selama ini aku tidur di kamar sendirian tapi kali ini ada kalian. Aku jadi kegirangan.” Jelasku.
“Oh. Fris! Aku boleh curhat sesuatu? Aku Cuma percaya sama kamu Fris. Aku takut bila Farah dan Windi dengar, mereka akan kecewa sama aku.” Ucap Najma.
“Ada apa sayang?” tanyaku.
“Kamu tahu Kak Farhan kan?” Najma pun mulai curhat.
“Iya. Memang ada apa?”
“Akhir-akhir ini. Kak Farhan sering saling SMS-an sama aku. Trus, aku jadi ada rasa sama Kak Farhan. Aku takut ngomong ini ke Farah dan Windi. Cuma kamu aja Fris yang tau perasaanku ini. Sepertinya aku jatuh cinta sama Kak Farhan. Bukan karena wajahnya atau statusnya itu. Tapi karena dia udah banyak kasih nasihat sama aku. Aku merasa nyaman sama dia.” Curhat Najma.
Hatiku hancur setelah mendengar curhatan Najma. Ternyata sahabatku memiliki perasaan yang sama sepertiku dan kepada orang yang sama juga. Aku jadi bingung mau mendukungnya atau mau kasih nasihat bagaimana.
“Hmm! Aku agak syok sih. Mendingan tidur dulu aja deh. Besok kita bahas ini.” ucapku.
Najma pun menurutinya.
***
Akhir-akhir ini entah mengapa aku jadi dilema. Antara sahabatku dan orang yang kucintai. Aku jadi bingung mau memilih siapa?
Setiap kali melihat Najma berjalan bersama Kak Farhan, dada ini serasa terbakar api cemburu. Aku dan Najma jadi jarang berbicara beberapa hari ini. Najma memang lebih sering jalan dengan Kak Farhan Windi dan Farah. Kebetulan juga Ibu guru memilihku untuk ikut jadi anggota paduan suara sekolah. Minggu depan aku akan bertanding sehingga aku jarang berkumpul bersama sahabatku.
Akhirnya saat acara nginap bareng di rumah Farah, aku semakin tak tahan setelah melihat mereka berdua semakin akrab. Aku sangat cemburu pada Najma. Mengapa harus sahabatku sendiri yang menjadi saingan cintaku?
Dan acara nginap bareng berikutnya aku tidak hadir di rumah Najma. Aku memberi alasan kalau hari senin sudah mau berangkat bertanding sehingga harus konsentrasi di rumah. Mereka sepertinya agak kecewa namun mau mengerti. Sebaiknya rasa sakit hati ini kulampiaskan ke pertandingan paduan suara nanti.
***
Pertandingan paduan suara aku berhasil menjadi juara pertama bersama tim paduan suara sekolah. Dengan kemenangan ini, kami akan mewakili sekolah untuk pertandingan paduan suara tingkat nasional nanti di Bali.
Aku jadi jarang berkumpul bersama teman-temanku. Aku rindu mereka dan rindu masa-masa kami bersama. Di sekolah aku masih duduk bareng Najma namun entah mengapa kami seperti orang baru saja. Sepertinya Najma masih kecewa padaku karena aku tidak ikut acara nginap bareng di rumahnya. Jadi seharian ini kami saling diam. Entah Farah pun mulai menjauh padaku. Itu karena aku menolak ajakannya ke rumahnya untuk mengerjakan PR Matematika. Aku terlalu sibuk dengan paduan suara. Akhirnya nilai matematika mereka bertiga rendah sedangkan hanya aku sendiri yang paling tinggi. Mereka harus ikut ujian ulang untuk memperbaiki nilai.
Aku takut kehilangan sahabat-sahabatku, karena itu hari ini aku ingin mencurahkan isi hatiku. Tapi pada siapa?
Seperti biasanya Najma terlihat di perpustakaan sama Kak Farhan. Farah sibuk menolak cowok-cowok yang mencoba mencari perhatian padanya. Sementara Windi harus masuk ruang BP karena sering kurang rapi dalam memakai seragam. Jadi, hari ini aku sendirian di Aula Sekolah sambil menunggu anak-anak paduan suara yang lain ngumpul.
Tiba-tiba saja Windi masuk ke ruang Aula dan menyapaku. “Hai Fris!”
“Win? Gimana tadi di ruang BP?” tanyaku.
“Yah, lagi-lagi surat panggilan.” Ucapnya.
“Kamu sih! Coba deh sesekali tampil feminim. Pasti terlihat lebih cantik deh.” Gombalku sambil tersenyum centil.
Windi memukul bahuku. Aku hanya meringis kesakitan sambil memegang bahuku.
“Fris! Sepertinya ada yang aneh nih antara kamu dengan Najma.” Ucap Windi.
“Hmm! Kamu tahu ya?” tanyaku.
“Sejak nginap bareng terakhir, aku lihat kalian sudah mulai menjauh.” Ucap Windi.
“Mungkin kalau kamu tahu alasanku, kamu bakal marah padaku Win!” keluhku.
“Fris! Kita itu sahabat. Tau nggak arti sahabat?” Windi menggenggam bahuku erat.
Aku terdiam sambil tertunduk malu.
“Sahabat itu kadang perduli seperti ibu, kadang memarahi seperti ayah, mengganggu seperti kakak, membuat kita kesal layaknya adik, menyayangi melebihi pacar, dan perhatian meski bukan keluarga. Mungkin aku akan marah padamu, tapi aku sayang kamu Fris. Aku juga sayang Najma dan Farah. Jadi aku bisa gila kalo kita saling diam seperti ini.” Windi menasihatiku dengan menggebu-gebu.
“AKU SUKA SAMA KAK FARHAN!” teriakku setelah mendapat tekanan dari Windi.
Windi terdiam sejenak. Aku tahu dia pasti kecewa padaku. Aku tahu kejujuranku ini bisa membuat dia membenciku. Aku berani menyukai seseorang yang disukai sahabatku.
“Fris! Kenapa kamu nggak pernah cerita sih sama kita?” tanya Windi.
“Aku takut Farah akan kecewa padaku. Apalagi Najma juga menyukai Kak Farhan.” Jelasku.
“Sekarang kamu jadi membenci Najma?” tanya Windi.
“Aku nggak benci dia Win! Aku sayang sama Najma. Dia sahabat pertamaku di sini. Aku hanya…” tak terasa air mataku jatuh. Aku tak bisa lagi membendung kesedihan yang kutahan selama ini.
Windi memelukku dan membiarkan bajunya basah oleh air mataku. Aku menangis dalam pelukan Windi.
“Fris! Kamu tahu sayang? Kamu nggak salah kok. Aku juga nggak bakal menyalahkanmu. Menyukai seseorang itu hal yang wajar kok. Untuk apa aku marah karena kamu suka seseorang.” Ucapan Windi membuatku agak tenang.
Namun aku masih menyimpan pedih di hatiku ini. Mengapa ya? Aku bisa suka sama kak Farhan? Dan apakah Najma sudah jadian sama Kak Farhan? Aku membayangkan gimana jadinya kalo beneran Najma jadian.
“Karena itu Fris! Mereka pun akan berpikiran sepertiku. Mereka pun tidak akan menyalahkanmu Fris. Kamu tahu kenapa Fris?” tanya Windi.
Aku melepaskan pelukan Windi sambil menatapnya dengan serius. Aku hanya menggelengkan kepala karena aku sama sekali nggak bisa berpikir.
“Karena kita sahabat.” Tegas Windi.
Kali ini aku kembali menitihkan air mata. Bukan air mata sedih tapi air mata kebahagiaan. Kata-kata Windi telah menyentuh hatiku. Dan akupun kembali kedalam pelukkan sahabatku.
Kamu memang benar Win. Kita sahabat dan kita harus saling jujur. Sahabat itu kadang seperti sosok ibu, yang membelai kita dengan kasih sayang. Seperti yang kurasakan saat ini Win.
“Thank’s Win!” ucapku.
“Nah, hapus air matamu Fris. Apa yang akan mereka katakan jika melihatmu berlinang air mata seperti ini?” ucap Windi sambil mengusap air mataku.
Aku tersenyum, tapi air mataku masih tak berhenti mengalir. Air mata kelegaan yang telah tersentuh hatinya oleh sosok sahabat. Aku bersyukur punya sahabat seperti mereka.
Nah, mulai sekarang aku pun harus bisa tegar. Aku bukanlah Frisilia yang cengeng. Aku akan mencoba mengikhlaskan hatiku untuk menerima kenyataan. Aku rela Kak Farhan bersama dengan Najma karena mereka berdua adalah orang yang amat kusayang. Aku harus bangkit dan tersenyum seperti matahari. Karena aku punya sahabat, mereka adalah Windi, Farah dan… Najma.
Oh Lord! Please Bless us and guide us to be strong together forever. I belive in your kindness and love.Thank you for giving me the best gift in the world. That is a friendship…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar