Selasa, 26 November 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 12)

Chapter 12
Ujian Cinta Rina


Rina tampak berdiri tegang di depan sebuah pintu. Sebelum membukanya tak lupa ia panjatkan doa dan menghela nafas panjang. Segenap kekuatan batin ia kumpulkan dan Ia pun membuka pintu.
Kakek terbaring di atas sebuah ranjang. Perasaan sedih Rina pun bergejolak hingga air matanya pun mulai mengalir.
Kek…
Kakek jangan mati dulu yah. Rina belum sempat membalas segala kebaikan Kakek. Selama ini Rina selalu aja merepotkan Kakek… merepotkan Nenek. Keluarga yang Rina kenal cuma Kakek dan Nenek. Kalo Kakek pergi… Rina dan Nenek pasti kesepian. Rina gak mau kehilangan candaan Kakek, cerita-cerita seru Kakek dan rumah pasti jadi sepi tanpa guyonan Kakek.

Novel | Smile To Love (Chapter 11)

Chapter 11
Wanita Dari Masa Lalu


“Apakah aku kejam karena sudah merencanakan ini? tapi kurasa ini lebih baik. Biarlah aku dibilang jahat atau kejam tapi aku harus melakukan ini. Jika taruhan ini aku menangkan, maka aku akan dengan tegas memutuskan hubunganku dengan Rina.” Ricky membatin sambil menatap layar kaca di hadapannya.
Malam itu pertandingan bola berlangsung seru. Ricky sudah bertanya sana-sini mengenai peluang tim yang akan menang lewat internet. Karena itu dia yakin kalau timnya bakal menang dengan persentasi 55 persen kemenangan.

Novel | Smile To Love (Chapter 10)

Chapter 10
Rencana Ricky


Pak Udin tampak cemas melihat kemeja Ricky yang mulai berlumuran darah. Ricky pun membuka kemejanya setelah berada di dalam mobil.
“Mau ke Dokter Aris dulu den?” tanya Pak Udin.
“Tidak perlu. Aku tidak apa-apa!” Jawab Ricky.
Pak Udin pun tidak membantah dia pun melaju dengan agak cepat agar segera tiba di rumah. Biar Bi Inah dan Mbak Yanti di rumah yang ngurus luka tuan mudanya itu. Hanya itu yang ada di benak Pak Udin.
Ricky pun memandang keluar jendela sambil melamun. Pikirannya menerawang dan mengulang kejadian kemarin setelah Hana membentaknya.

Rabu, 06 November 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 9)

Chapter 9
Kembalinya Senyuman Rina


“Ricky?”
Rina masih terdiam kaget saking nggak percayanya dengan apa yang dia lihat.
“Maaf malam-malam gini datang.” Ucap Ricky.
Rina tak bisa berkata apa-apa. Sebenarnya kedatangan Ricky nggak terlalu malam sih karena jarum jam masih menunjukkan pukul 7 lewat seperempat. Rina yang salah tingkah itu pun duduk di samping Kakeknya. Rina heran dengan ekspresi hangat kakeknya itu. Biasanya kalo ada cowok mencoba dekatin Rina, Kakek biasanya sewot apalagi sejak kejadian penyerangan Jaya itu. Maklumlah, Rina cucu Kakek satu-satunya hingga sangat disayangi.
Namun kali ini Kakek malah senyum-senyum di hadapan Ricky. Entah mantra apa yang digunakan Ricky hingga bisa membuat Kakek dan Nenek jadi lembut padanya.
“Rin, kencan yuk?” ajak Ricky secara spontan tanpa basa-basi pake kata sambutan, pembukaan, isi dan penutup. Wesh, emang undangan?

Novel | Smile To Love (Chapter 8)

Chapter 8
Untuk Rina

Sudah dua hari ini Rina tampak murung. Seumur hidupnya baru kali ini dia menghadapi situasi itu. Setelah hampir diperkosa oleh Jaya, Rina yang selalu ceria itu tak masuk sekolah. Sementara Jaya pun dikeluarkan dari sekolah.
Hana sangat cemas padanya. Akhirnya dia pun menjenguknya beserta beberapa teman-temannya. Ricky meskipun bukan teman sekelasnya, dia pun merasa cemas. Padahal hampir setiap hari dia selalu menghadapi pemandangan serba Rina. Dalam diri Ricky ada perasaan kehilangan dan rindu juga. Namun Ricky tak berniat menjenguk Rina.

Minggu, 11 Agustus 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 7)

Chapter 7
Perasaan Yang Sebenarnya

Hana berjalan sendirian menelusuri beranda di lantai dua gedung sekolah. Tiba-tiba dia melihat sekumpulan anak-anak cewek di hadapannya yang sedang bergosip, sambil memelototin Ricky yang sedang membaca di bawah pohon akasia. Hana pun menghentikan langkahnya lalu bersandar dipagar beranda dan berpura-pura melihat pemandangan. Hana tidak hobi menguping, namun ada satu kata yang membuat telinganya panas. “Cewek Centil”
Melihat situasi, kondisi dan posisi mereka yang bergosip ria, Hana bisa mengambil kesimpulan bahwa cewek centil yang dimaksud mereka adalah Rina, sahabat Hana.
“Kenapa yah mereka harus jadian. Gak serasi banget deh.” Keluh cewek pertama.
“Bener banget tuh Ra! Masih mending aku daripada cewek kecentilan kayak dia!” Cewek kedua berceloteh.

Senin, 15 Juli 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 6)

Chapter 6
Kencan Yang Mendebarkan

“Halo?” Hana menyapa seseorang yang meneleponnya
“Han! Hari ini aku senang banget loh. Bentar sore aku mau kencan sama Ricky!” Rina mulai berceloteh tanpa basa-basi maupun salam.
“Wah, Kok bisa tuh? Serius?” tanya Hana penasaran dan takjub.
Selama ini Ricky terkesan terlalu cool dan cuek. Selama dengan Rina, Hana gak pernah sekalipun melihat atau mendengar hal-hal romantis yang dilakukan Ricky. Kadang-kadang Hana berpikir Ricky hanya mempermainkan Rina atau Rina memang kege-eran dan mengira Ricky menerima penembakannya. Rina memang gampang ge-er dan selalu mengambil keputusan tanpa mendengarkan penjelasan orang hingga akhir. Namun Hana gak pernah memberitahukan pikirannya itu ke Rina. Dia tidak mau merusak kebahagiaan sahabat nya itu. Hana berpikir lebih baik Rina tahu sendiri dari Ricky meskipun nanti dia akan sedih dan sakit hati.

Novel | Smile To Love (Chapter 4)

Chapter 4
Oh My God! Pertarungan Dimulai

Tampang bete Ricky menghiasi pemandangan pagi ini. Rina yang sejak pagi menunggu mobil Ricky di depan sekolah langsung sumringah setelah sang pangeran turun dari mobil. Tanpa merisaukan suasana kelam yang terpancar dari aura tubuh Ricky.
“Hai Ricky?” sapa Rina penuh manja dengan senyuman imutnya.
“Brisik?” jawab Ricky cuek sambil terus melangkah tanpa menoleh ke arah Ricky.
“Loh? Kok hari ini dia lain? Ada apa ya?” Rina bergumam sendirian sambil berpikir, tiba-tiba…
“HEH! Mau sampai kapan kau berdiri di situ? Cepat masuk sebelum kututp ini pagar.” Teriak Pak Togar dengan logat bataknya yang kental.

Novel | Smile To Love (Chapter 5)

Chapter 5
Big Match! Waktunya Begadang


Malam ini Rina dan Ricky tidak tidur. Jam di dinding rumah mereka sudah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Mereka berdua terfokus pada layar televisi di hadapan mereka.
Yah, surat tantangan Rina kepada Ricky dibalas dan perang pun berkobar. Kebetulan besok hari minggu karena itu malam ini keduanya begadang untuk menyaksikan pertandingan bola antara Juventus dan Inter Milan.
Secangkir capuchino hangat menemani Ricky di kamarnya yang sejuk dan nyaman. Kamar Ricky sangat luas dan penuh dengan poster-poster yang tertempel di dinding kamarnya. Kamar berukuran setengah lapangan basket itu menjadi wilayah kekuasaan Ricky seutuhnya. Sebuah ranjang double bertengger di tengah ruangan sambil menempel sisi dinding berwarna biru muda. Sebuah kamar kecil disudut ruangan membuat Ricky tak perlu lagi keluar kamar untuk keperluan mandi dan toilet. Karpet berwarna jingga dan ditindih oleh sebuah sofa panjang di tengah ruangan dihadapkan ke sebuah meja kecil tempat TV LCD 40 inch.

Novel | Smile To Love (Chapter 3)

Chapter 3
Si Centil Yang Super Usil

Rina memain-mainkan pena yang ada di hadapannya sambil melamun. Ibu Sri yang sedang menjelaskan di depan, tidak terespon oleh panca inderanya dan tidak pula ada dalam lamunannya saat ini. Apalagi rumus-rumus kimia yang tertulis di papan tulis, sama sekali nggak ditengok. Tatapannya melihat ke luar jendela kelas ke lapangan bola dengan pohon-pohon kecil yang berdiri teratur mengitari lapangan itu. Sekali-kali ia terlihat menghela napas panjang seakan semua beban hidupnya ingin dibuang bersama hempasan napasnya. Kadang-kadang senyuman terukir di wajahnya yang manis, entah apa yang dilamunkannya hingga senyuman itu mengembang.

Selasa, 04 Juni 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 2)

Chapter 2
Pernyataan Cinta Rina


SMU Permata Bangsa masuk pukul 7.15 pada hari jumat, sedangkan hari biasa pada pukul 8.00. Banyak sekali yang sering datang terlambat pada hari ini, tapi masih dapat ditoleransi jika belum lewat pukul 7.30. Batas toleransi keterlambatan di SMU ini hanya 15 menit.
Rina berlari setelah turun dari bis yang berhenti di perempatan jalan menuju sekolahnya. Bukan karena kabur karena nggak bayar ongkos, tapi karena jam tangan pink di tangan kanannya sudah menunjukkan pukul 7.39 menit. Jalur bis kota tidak melewati depan SMU Permata Bangsa, tetapi seratus meter dari sekolah ini, terdapat jalan raya yang dilalui berbagai jenis kendaraan angkutan. Seperti Bis, Metromini dan sejenisnya.
Gerbang sekolah terlihat dari kejauhan telah tertutup rapat dan ada seorang guru yang berada di balik gerbang itu. Sekitar tiga orang murid sedang berdiri mendengarkan ceramah si penjaga gerbang tadi. Rina pun menghentikan langkahnya.

Novel | Smile To Love (Chapter 1)

Chapter 1
Pertemuan Tak Terduga

Aku kembali menjadi terasing. Kembali dibawa ke kehidupan yang baru. Mengapa mereka memutuskan seenaknya. Padahal pindah ataupun tidak tetap saja mereka menganggap rumah sebagai persinggahan sementara, dan bukan sebagai tempat tinggal. Padahal aku telah menemukan cinta ditempatku yang dulu. Aku mulai terbiasa, mulai diterima, mulai mendapat kedamaian. Semua itu karena satu cewek itu, yang menjadi malaikat bagiku. Kini aku harus meninggalkan semua itu cuma gara-gara keegoisan seseorang. Jauh menyebrangi lautan yang luas, kini aku berdiri di daratan yang berbeda dari sebelumnya.  Padahal di sanalah cintaku...

“Den! Sudah sampai.” Suara Pak Udin, supir pribadi keluarga Haryadi, menyadarkan Ricky dari lamunannya.
“Eh! Iya, jadi ini sekolahnya?” Ricky memastikan.
“Iya Den, semua berkas sudah di bereskan minggu lalu sama Pak Hendra. Jadi tinggal melapor ke kepala sekolahnya.” Jelas Pak Udin.
“Oh gitu. Ya udah aku masuk dulu ya.” Ucap Ricky.
“Den! Mau ditemani?”
“Nggak usah. Saya bisa sendiri kok. Pak Udin pulang aja dulu.”

Rabu, 29 Mei 2013

Novel | Wajah Kedua (Part 40)

Part 40 – Janji Kelinking


4 tahun kemudian…
“Trus Kak Arya nyanyi lagu apa?” tanyanya.
Cewek ini terus memperhatikan ceritaku tentang masa SMA ku.
“Lagu tentang isi hatinya. Jadi Erin jangan pernah menyerah dalam menggapai cintamu.” Ucapku.
“Menurut Kak Reni, Randi suka gak sama Erin?” tanyanya.
“Erin… terkadang cinta itu adalah misteri. Menurutku sih, si Randi itu suka sama kamu.”
“Tapi Erin masih ragu sih kak!” keluhnya.
Erin, cewek ini sekarang duduk di kelas XII, yah setara dengan kelas 3 SMA saat jamanku dulu. Dan dia jatuh cinta pada adikku Randi. Randi itu sifatnya mirip dengan Arya yang suka nutupin perasaannya. Sebenarnya aku juga gitu sih. Cuma bedanya kisah cinta mereka adalah karena mereka sudah saling mengenal sejak SMP.
“Percaya aja deh dek dengan kekuatan cinta. Dulu setelah Arya menyanyi, Kakak malu banget loh dan pingin kabur dari sana. Tapi karena kekuatan cinta yah akhirnya kakak memberanikan diri bertemu Arya.” Jelasku sembari memberi semangat padanya.
“Hmm… cerita lagi dong Kak? Setelah itu gimana?” pintanya.
Aku kembali menutup mataku dan bagai mesin waktu aku seakan tersedot kembali ke masa itu…

Senin, 27 Mei 2013

Novel | Bintang, Bulan dan Matahari - Chapter 2


- 2 -
SERANGAN VIRUS

Kesempatan adalah salah satu pintu takdir. Kesempatan merupakan ujian untuk menguji tindakan kita atas momentum-momentum yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, setiap momen adalah kesempatan dalam hidupmu untuk menentukan takdirmu selanjutnya.”

***

“NOE!”
Terdengar suara teriak memanggil namaku dari lantai dua tempat kos ku. Aku sangat mengenal dengan jelas suara ini. Yah, suara Kak Linda penghuni kamar di lantai atas. Dia adalah bendahara di tempat kos ini sekaligus sosok yang paling senior di sini. Dia mahasiswi jurusan farmasi Kampus Al-Gazali semester akhir sekaligus salah satu “kakak kesayangan”. Hahaha, ya ampun pake tanda kutip segala.
Kak Linda termasuk salah satu mahasiswi tercantik di kompleks ini. Namun aku menganggapnya sebagai Kakak dan dia pun menganggapku sebagai adik. Dia juga punya pacar yang sangat keren. Kadang-kadang kalau aku lapar, aku ke kamarnya menumpang makan atau minjem nasi. Hehehe.
“NOE!!!”
Yup, ini dia salah satu resiko dianggap adik. Kalo ada panggilan seperti ini, biasanya dapat jatah disuruh-suruh nih. Aku segera naik ke lantai dua sebelum volume suara Kak Linda semakin meninggi.

Novel | Wajah Kedua (Part 39)


Part 39
Wajah Kedua Arya


“Yupz persembahan berikutnya. Meski gak masuk dalam schedule kita namun kami memberi kesempatan pada mereka yang selama dua tahun ini menghiasi sekolah dengan kehebohannya. Inilah Goodbye Arya’s Dance dari para fansklub Arya.” Igor sang MC memandu acara ini dengan heboh.
Satu persatu anggota fansklub Arya naik kepanggung dengan mengenakan seragam cheerleader. Dengan gaya genitnya mereka melenggak-lenggok di antara para penonton.

Sabtu, 25 Mei 2013

Novel | Wajah Kedua (Part 38)

Part 38
Ungkapan Hati

Kata Pak No, penjaga sekolah kami, pohon ini ditanam siswa angkatan pertama saat kelulusan. Usia pohon ini sudah 15 tahun dan banyak kenangan telah terjadi di bawah pohon ini. Pohon akasia setinggi 5 meter dengan dahan pohon menjulang keluar sehingga terlihat seperti payung dari kejauhan.
Banyak orang yang menyatakan cintanya di bawah pohon ini loh. Emang suasana di sini sangat romantis banget. Tapi, apa Arya akan melakukan tradisi penembakan di bawah pohon akasia ini yah?
Siang ini aku duduk di sebuah bangku panjang yang sengaja diletakkan di bawah pohon ini. Teriknya mentari terhalangi oleh rindangnya dedaunan pohon ini.  Suara daun yang bergesek tertiup angin bagai nyanyian alam yang membuatku terkantuk.
Sosok Arya muncul di hadapanku. Wajahnya tersamarkan karena sinar matahari yang menyilaukan mataku berpendar dari balik tubuhnya.

Novel | Wajah Kedua (Part 37)

Part 37
Buku Orange


Akhirnya hari ujian pun tiba. Ketegangan menyelimuti kami. Rasa tegang ini telah mengusir rasa sedihku yang kupendam. Dan menggantinya dengan keseriusan serta tekad untuk mengalahkan ketegangan ini.
Para anggota fansklub Arya pun sudah mengurangi aktifitasnya. Namun mereka sempat buat aku dan Arya repot. Tempat duduk Arya dipenuhi dengan berbagai ucapan selamat belajar serta kata-kata penyemangat lainnya. Alhasil karena gak ada tempat lagi, terpaksa bangku ku pun jadi sasarannya.
Untung saja hari kedua ujian sudah gak ada lagi kertas-kertas itu. Para anggota Fansklub Arya sudah mulai insyaf dan belajar dengan serius di hari-hari berikutnya.

Novel | Wajah Kedua (Part 36)

Part 36
Pangeran Hati


“Kalian tahu Walt Disney? Dia adalah pencipta Mickey Mouse. Film kartun yang sering kalian tonton saat masih kecil itu. Bahkan mungkin masih ada yang suka menontonnya seperti aku.” Canda Pak Guru membuat seisi kelas terkekeh dan riuh.
“Walt Disney pernah berkata. If you can dream it, you can do it. Jika kamu bisa memimpikan itu. Maka kamu dapat melakukan itu. Nah, setelah lulus kalian akan menentukan jalan hidup kalian masing-masing. Jangan pernah takut menggapai cita-cita yang tinggi.” Koar pak guru membuat seisi kelas hanyut dalam angan-angan impian kami.
Hari ini hari terakhir pelajaran karena tiga hari lagi kami akan mengikuti Ujian Nasional. Ujian sesungguhnya dan gerbang terakhir untuk mengakhiri dunia sekolah. Kami akan memasuki dunia kedewasaan. Setelah lulus kami resmi dipandang sebagai orang dewasa dan bukan lagi anak abg. Mungkin diantara kami ada yang akan langsung menikah setelah lulus SMA.

Novel | Wajah Kedua (Part 35)

Part 35
I’m Sory…


“Ren?”
Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku. “Iya Ni!”
“Akhir-akhir ini kamu jadi murung. Emang kenapa sih? Aku jadi kasihan lihatnya.” Ucap Erni.
“Nggak apa-apa kok!” elakku.
“Nggak usah ngeles gitu Ren. Kamu kenapa say?” desak Erni.
Aku hanya tertunduk murung.
“Ren?” kali ini Tuti pun ikutan iba padaku.
“Entahlah!” jawabku.

Novel | Wajah Kedua (Part 34)

Part 34
Selamat Tinggal Cinta Pertama


Hari ini Erwin pulang setelah seminggu keluar kota. Oleh-oleh kali ini dodol durian kesukaanku. Tapi entah mengapa aku merasa tidak terlalu senang. Selama ini aku dan Erwin menjalani hubungan dengan keterpaksaan dan penuh kehati-hatian. Aku seperti gak bebas mengungkapkan ekspresiku. Aku terlalu memaksakan diri untuk tampil manja. Aku pun menghindari perdebatan-perdebatan kecil dengannya.
Rasanya hubungan ini semakin canggung saja. Padahal dulu sebelum kami putus, Kami sering saling ngeledek. Berdebat untuk hal-hal kecil namun akhirnya Erwin yang ngalah.  Saling marahan namun akhirnya belajar untuk saling memaafkan. Saling kritik, saling menasihati, dan saling memperbaiki. Hubungan seperti itu terasa lebih hidup.

Senin, 20 Mei 2013

Novel | Wajah Kedua (Part 33)


Part 33
Rahasia Kecil Arya


“Teng! Teng!”
Jam besar yang terletak di depan Aula sekolah berdentang dua kali tanda waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Sudah dua jam berlalu sejak bubaran sekolah namun aku masih tetap bertahan di sekolah.
Bukan Ren, tentang masa depannya. Tentang masa sekarang. Tentang dilema yang dia hadapi. Tentang sakit hati yang dia rasakan. Dan tentang gadis misterius yang sangat dia sukai. Yah  tentang cinta pertamanya…
Kata-kata Aldo seakan membiusku untuk mendengarkannya. Aku pun menarik nafas panjang dan menyiapkan mental. Arya memang sering curhat padaku namun kebanyakan semuanya tentang masa lalunya. Aku tidak tahu tentang apa yang sedang dia rasakan, mengapa dia sangat dekat dengan Kak Wina. Masalah pertunangannya dengan Fani. Atau apakah isi hatinya padaku?

Rabu, 15 Mei 2013

Novel | Bintang, Bulan dan Matahari - Chapter 1


- 1 -
BOLA BASKET

Sebuah pertemuan adalah sebuah takdir yang menambah warna kehidupan kita. Setiap pertemuan pasti manis namun ada juga sebuah pertemuan yang pahit. Yang terpenting bukan masalah pertemuan itu manis atau pahit. Yang terpenting adalah bagaimana kelanjutan dari sebuah pertemuan itu berbuah proses silaturahmi yang baik. Maka takdirmu pun akan tertulis bersama proses itu.”

***

Slam Dunk. Itu judul komik kesukaanku. Dari komik itulah aku mulai terpikat dengan permainan bola basket. Aku jadi terobsesi dengan permainan ini dan begitu serius menekuninya sejak kelas satu SMP dulu hingga kini kuliah.
Hari itu pertandingan Three On Three diadakan di Kampusku. Three On Three adalah sebuah pertandingan basket tiga orang melawan tiga orang dengan sistem setengah lapangan. Untuk mengikuti pertandingan ini, tiap Tim harus mendaftarkan sebanyak empat orang anggota Tim. Kebetulan teman ku kekurangan anggota karena mereka hanya bertiga.

Senin, 13 Mei 2013

Cerpen | My Best Friend is My Love


My Best Friend Is My Love

“Yess. Kali ini aku cetak 20 poin.” Seru Aldo yang sedang asyik bermain basket.
Dari jauh seorang cewek memandangnya dengan serius. Cewek itu mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru putih dan celana Jeans hitam. Di tangannya ia menggenggam sebuah buku tebal berjudul Borland Delphi.
Aldo pun selesai bermain basket di lapangan basket kampus. Cewek ini berniat untuk mendekatinya namun sudah banyak cewek-cewek lain yang mendekati Aldo sambil mencari perhatian. Ada yang memberikannya minuman, membawakan tasnya atau hanya sekedar memuji permainan basketnya. Aldo hanya tersenyum sambil membanggakan dirinya dihadapan cewek-cewek disekitarnya itu.
Akhirnya cewek yang menggenggam buku tebal itu pun pergi. Wajahnya terlihat agak cemburu dengan Aldo. Dia pun melangkahkan kakinya menjauh dari lapangan basket.

Kamis, 09 Mei 2013

Novel | Bintang, Bulan dan Matahari - Prologue



PROLOGUE


Dahulu… Matahari adalah sebuah bintang. Dia berpetualang di angkasa sendirian. Semakin hari cahayanya mulai meredup karena dia selalu merasa sendirian di angkasa. Dia selalu merasa bahwa hanya dia bintang yang ada di galaksi.
Suatu hari Tuhan mempertemukannya dengan Bulan. Tapi karena bulan tidak memiliki cahaya sendiri, bintang itu memberikannya cahaya hingga bulan pun menjadi terang. Bintang pun senang karena dia punya teman di angkasa.
Bintang menyukai Bulan, namun dia sadar bahwa Bulan adalah sosok batu besar yang tidak memiliki cahaya. Bila tak disinari oleh Bintang, Bulan pasti akan redup dan mati. Bintang pun menjadi sedih. Bintang ingin cahaya lain ada untuknya dan bersama-sama menerangi seluruh alam.
Namun bintang pun tak putus asa dia terus memancarkan sinarnya hingga terang benderang. Dia tetap tersenyum meskipun dia sendirian. Akhirnya dari kejauhan muncul titik-titik cahaya kecil yang kerlap-kerlip merespon cahaya sang bintang.
Ternyata cahaya kecil itu pun adalah bintang lain. Dia memiliki cahayanya sendiri. Akhirnya matahari pun sadar bahwa dia tak sendiri. Ada banyak bintang lain jauh di ujung angkasa sana. Sang matahari pun terus memancarkan sinarnya dan berharap suatu saat bisa bertemu dengan salah satu bintang yang ada disana…

Novel | Wajah Kedua (Part 32)


Part 32
Sahabat Yang Terlupakan


Aku duduk di sebuah bangku dipinggir lapangan basket. Sekolah tampak mulai sunyi tapi aku masih belum pulang. Kebetulan Ibu guru menyuruhku ikut merapikan perpustakaan. Pekerjaan ini sudah selesai tapi entah mengapa aku belum pulang.
“Loh Reni?”
Sebuah suara membuyarkan lamunanku. “Aldo?”
“Tumben nih kamu sendirian. Biasanya bareng Erni atau Tuti.” Ledeknya.
Aku mendesah menghela nafas panjang. “Sebenarnya kami lagi bertengkar.”

Novel | Wajah Kedua (Part 31)


Part 31
Selingkuh atau…?


Seharian ini aku mau menghabiskan waktuku bersama Erwin. Yah, beberapa hari ini rasa suka dan berharap pada Arya muncul lagi. Tapi aku nggak mau hal itu terjadi lagi. Aku akan memupuk kembali hubungan dengan Erwin agar semakin kuat.
Oh ya, aku juga agak kesal dengan hasil nilai ujian semester. Yah meskipun nilaiku naik, tapi peringkatku turun. Seperti yang sudah diprediksi, Said si jenius mendapatkan peringkat pertama. Dan peringkat kedua disusul oleh Windy, ketua kelas kami. Dan yang mengambil peringkat tigaku adalah Arya.

Novel | Wajah Kedua (part 30)


Part 30
Kejutan Dari Tanah Melayu


Hari ini hari pertama semester kedua dimulai. Sebuah sedan Honda City berwarna silver parkir di depan sekolah saat pulang sekolah. Sepertinya mobil itu menunggu seseorang.
Saat aku pulang sekolah, drama penculikanku pun dimulai. Seorang wanita menculikku dan memisahkanku dari teman-temanku. Aku pun di bawah masuk ke dalam mobil ini tanpa bisa berbuat apa-apa.
Alhasil kini aku terjebak di sebuah café yang dulu pernah aku kunjungi bersama Arya. Winz café, café milik kak Wina.

Rabu, 08 Mei 2013

Novel | Wajah Kedua (Part 29)


Part 29
Kecelakaan Sepeda Kedua


Sudah seminggu ini aku tak bicara dengan Arya. Libur telah tiba dan Arya pun tidak pernah lagi meneleponku. Dan Tuti pun sepertinya masih marah padaku. Dia tak menanggapiku sama sekali. Aku dicuekin habis-habisan sama dia. Padahal aku ingin berbagi kebahagiaanku dengannya. Aku ingin bilang terima kasih telah menghiburku dan membuatku tetap bertahan. Entah apa salahku padanya. Untung saja Erni masih bersikap biasa-biasa aja padaku.
Dulu Tuti pernah bilang, kesabaranku pasti akan terbalas dan dia selalu meyakinkanku kalo Erwin pasti akan kembali padaku. Sekarang saat Erwin sudah kembali padaku, dia malah cuek. Erni yang jadi perantara antara aku dan Tuti pun sudah cerita tentang hubunganku dengan Erwin. Dan Tuti Cuma bisa membalasnya dengan mengatakan “selamat yah!” dengan nada tanpa ekspresi.
Selama masa liburan ini aku mengisinya dengan belajar untuk persiapan Ujian Nasional nanti. Aku tidak mau masalahku ini membuatku jadi patah semangat dan kehilangan gairah belajar.

Novel | Wajah Kedua (Part 28)


Part 28
Cinta Adalah Keikhlasan


Cinta adalah keikhlasan. Yah, bukankah sebelumnya aku rela menjadi apapun bagi Arya? Tapi air mata ini mengapa tak mau berhenti? I need someone…
Tiba-tiba saja HPku berbunyi dan ternyata dari Arya. Oh My God, bukan kamu Ya yang ingin kuajak bicara malam ini. Tapi aku harus mengangkatnya.
“Assalamualaikum Ren!” sapa Arya.
“Walaikumsalam!” balasku.
“Lagi ngapain nih?” tanyanya.
“Lagi kencan sama Erwin.” Jawabku dengan nada agak judes.
“Oh, maaf yah mengganggu!” Arya pun tampak bernada judes.
“Memang mau bicara apa sih?” tanyaku.
“Gak ada! Udah dulu yah!”

Novel | Wajah Kedua (Part 27)


Part 27
Arya dan Gadis Melayu


Aku masih merasa jengkel karena ditinggal Erni. Sepertinya Erni dan Tuti sengaja mengerjai aku supaya bisa berduaan aja dengan Erwin. Rupanya mereka mau comblangin aku supaya balik lagi dengan Erwin. Dan Erwin pasti juga terlibat dalam persekongkolan ini. Pantasan Tuti jadi agak aneh sejak tadi. Awas yah kalian, Tuti dan Erni.
Sesampainya di salon, Kak Desi langsung duduk di kursi salon. Sementara itu Kak Ruslan dan Erwin menunggu di luar sambil bercerita. Aku diajak kak Desi tapi aku gak mood dan memang nggak pingin merubah penampilan.

Novel | Wajah Kedua (Part 26)


Part 26
Ada Apa Dengan Tuti?


Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku ini munafik juga. Udah nasehatin Erni untuk nggak pacaran tapi aku malah sering telpon-telponan bareng Arya. Sejak kencan pertama dengannya di café milik Kak Wina itu, aku semakin suka dengan Arya. Dan hampir setiap hari Arya selalu meneleponku. Menanyakan pelajaran atau sekedar guyon aja. Mama sampai terlihat curiga dengan kegiatanku mengurung diri di kamar. Sepertinya Mama udah mulai paham dan mengerti kalau anaknya yang cantik ini sedang jatuh cinta.

Novel | Wajah Kedua (Part 25)


Part 25
Senyuman Sang Pelangi


“PIIP!”
“AUCH!”
Aku jadi kaget karena bunyi klakson dan mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak. Jidatku dan dagu Arya saling bertubrukan karena klakson dari Mang Jana. Aku tertunduk malu dan berpura-pura kesakitan sambil menutup wajahku dengan tanganku. Sepertinya mukaku memerah.
“Duh, Sori Ren. Kamu gak apa-apa?” tanya Arya.
“Ia gak apa-apa kok Ya!” jawabku.
“Kenapa sih Mang?” Tanya Arya pada Mang Jana dengan kesal.

Novel | Wajah Kedua (part 24)


Part 24
Yang Reni suka itu…


“Ren!”
“Aya!”
Kami saling menatap sejenak lalu tertawa. Aku dan Arya kompak bicara dan saling nyapa. Aku jadi malu tapi karena bingung, kami hanya tertawa namun agak salah tingkah juga. Kayak orang yang lagi PDKT aja.
“Aya mau bilang apa?” tanyaku.
“Hmm!” Arya terdiam sejenak sambil berpikir. “Itu… eng… Reni pulang aja duluan. Aku gak apa-apa kok nunggu sendirian.” Ucap Arya.
“Jadi ngusir nih!” ucapku dengan agak judes.

Sabtu, 20 April 2013

Cerpen | Gadis Kecil Dari Balik Jendela (2)

"Pagi Fan!" Sapa Neva begitu bertemu denganku.
"Pagi Neva!" jawabku.
"Kemarin gimana? Apa kamu balik lagi ke rumah itu?" tanyanya.
"Aku nggak berani dekat-dekat Nev, tadi pagi aku lewat depan rumah itu sambil nutup mata loh." Jelasku.
"Oh ya? Semalam aku sampai gak bisa tidur saking takutnya." Tambah Neva.

Cerpen | Gadis Kecil Dari Balik Jendela (1)


Hari itu aku baru saja selesai rapat Mading bersama anggota mading. Setiap pulang sekolah, aku selalu melewati jalan ini menuju rumahku. Ada sebuah rumah besar berlantai dua dengan halaman yang luas. Di lantai dua, ada sebuah jendela yang menghadap ke arah jalan. Entah mengapa aku memperhatikan jendela itu agak lama. Tiba-tiba muncullah sosok bayangan yang menatap padaku. Aku pun lari begitu saja dari depan rumah ini.

Siapakah sosok itu? setahuku rumah itu kosong dan tidak ada penghuninya. Apakah itu sosok penampakan? Ah, sepertinya gak mungkin ada hantu di siang bolong. Mungkin aku terlalu kelelahan saja.

Selasa, 12 Februari 2013

Cerpen | Kisah Cinta Sejati...


Ini kisah tentang sebuah cinta sejati... yang tertanam dalam jiwa sang pecinta.Yang bersabar menanti dalam penantian panjang. Hanya untuk satu cinta yang dia kejar sejak masih SD.

Namaku Mila, ini kisahku tentang seseorang cowok yang diam-diam aku kagumi sejak dari SD hingga lulus SMA ini. selama lebih dari 10 tahun aku mengenalnya di kelas 3 SD. Awalnya aku hanya kagum dengan kebikan hatinya juga sifat setia kawan dan perhatiannya. Lama-kelamaan aku jadi dekat dengannya sebagai teman dan saat kelas 3 SMP aku dan dia sudah seperti sahabat dan saudara saja.
Namanya Suryanto. Dan aku memanggilnya Yanto. Dia menganggapku sebagai salah satu sahabatnya namun dalam hatiku aku memendam perasaan cinta padanya. yah, sejak kelas 3 SMP rasa ini mulai timbul saat dia menolongku dan terus menyemangatiku dari keterpurukan.