Kamis, 21 April 2011

Cerpen | Menanti Jawaban Sahabat

Hari itu, merupakan hari yang sangat mengharukan bagiku. Tak kusangka, sahabat terbaikku sejak kecil akan pindah. Saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMP. Aku memberinya sebuah kenang-kenangan, sebuah kalung dengan inisial namanya, “S”.
Waktu berlalu seiring kepergiannya, dan aku masih sering berkirim surat padanya. Semua surat-suratnya ku simpan dalam sebuah kardus kecil dan kuanggap sebagai Harta berhargaku. Komunikasi lewat surat berlangsung selama 3 tahun ini. Kadang surat yang kutulis, balasannya baru datang 2 minggu kemudian, bahkan pernah 3 bulan balasannya datang. Tapi aku tak pernah lelah menunggunya. Selembar kertas itulah yang mendekatkan diriku dan dirinya. Sesekali aku mengirimkan fotoku dan ia pun mengirimkan fotonya. Meskipun kami terpisahkan oleh lautan luas, aku serasa dekat dengannya. Di saat aku mulai menarikan pena di atas selembar kertas, aku serasa berbicara padanya. Dia seperti duduk di sampingku dan mendengarkan segala keluh kesalku.

Cerpen | Dixie Part II

Malam ini aku bereksperimen dengan sebuah kabel data dan komputer. HP E63 ku yang kunamai “Nent” pun harus turut serta dalam eksperimen bodoh itu. Aku mencoba mencari jalan menyalin semua isi data maupun sistem HP ke dalam komputer atau lebih dikenal dengan nama Backup.
Memang berhasil dan terkompres serta terproteksi dengan aman dalam Folder pribadiku di komputer. Aku bisa mengosongkan sms-sms yang kusimpan sebagai bahan acuan Novelku. Kuhapus semua sms itu yang berjumlah sekitar 1896 pesan. Memang terlihat aneh bila seseorang menyimpan sms-sms yang diterimanya. Namun bagi orang yang baru belajar bersosialisasi dan berekspresi seperti saya ini, kata-kata mereka sangatlah berharga agar aku tidak terlihat membosankan. Oh ya, ada yang bilang aku cowok yang membosankan. Saat mendengar kata-kata jujur itu, aku tertawa sambil merenunginya. Aku jadi teringat kata-kata Professorku, “Jangan berprasangka buruk terhadap ucapan orang meskipun memang dia menghinamu.”

Jumat, 08 April 2011

Cerpen | Kucingku Malang...

KUCING KU YANG MALANG

Ih, ada kucing hamil masuk-masuk kamar ku. Jangan melahirkan di sini ya? Nanti Bintang capek bersihin kamar. Puss, melahirkannya di luar saja ya...
Gumam Bintang. Dia pun meletakkan ransel dan mengganti seragam sekolahnya. Hari ini merupakan hari yang sangat berat baginya. Masalah di sekolah dan masalah di rumah dengan kakaknya. Akhir-akhir ini Bintang sering dikucilkan sama kakaknya yang sangat sibuk mengurus cewek-ceweknya yang berjibun banyaknya dan melupakan Bintang.
Malam ini, Bintang duduk di beranda rumah sambil memandangi langit malam. Kucing yang tadi datang dan mengelus tubuhnya di kaki Bintang.
“Puss! Lapar ya? Sabar ya! Bintang ambilkan makanan.” Ucap Bintang. Sang kucing hanya mengeong dan mengikuti langkah kaki Bintang menuju dapur.
“Yah! Cuma ada nasi sisa aja. Gak ada ikan nih. Mudah-mudahan kakak pulang bawa ikan. Ehehehe! Ngarep deh. Puss maem ini aja ya?” gerutu Bintang pada kucing.
Bintang pun kembali ke teras beranda sambil melihat bintang. Beberapa saat kemudian kakaknya datang dan hanya mengucap salam lalu masuk ke kamar. Bintang jadi ceberut, kakaknya sudah benar-benar cuek dan sibuk sama dunianya. Padahal banyak hal yang ingin Bintang curahkan.
