Senin, 15 Juli 2013

Novel | Smile To Love (Chapter 6)

Chapter 6
Kencan Yang Mendebarkan

“Halo?” Hana menyapa seseorang yang meneleponnya
“Han! Hari ini aku senang banget loh. Bentar sore aku mau kencan sama Ricky!” Rina mulai berceloteh tanpa basa-basi maupun salam.
“Wah, Kok bisa tuh? Serius?” tanya Hana penasaran dan takjub.
Selama ini Ricky terkesan terlalu cool dan cuek. Selama dengan Rina, Hana gak pernah sekalipun melihat atau mendengar hal-hal romantis yang dilakukan Ricky. Kadang-kadang Hana berpikir Ricky hanya mempermainkan Rina atau Rina memang kege-eran dan mengira Ricky menerima penembakannya. Rina memang gampang ge-er dan selalu mengambil keputusan tanpa mendengarkan penjelasan orang hingga akhir. Namun Hana gak pernah memberitahukan pikirannya itu ke Rina. Dia tidak mau merusak kebahagiaan sahabat nya itu. Hana berpikir lebih baik Rina tahu sendiri dari Ricky meskipun nanti dia akan sedih dan sakit hati.

Novel | Smile To Love (Chapter 4)

Chapter 4
Oh My God! Pertarungan Dimulai

Tampang bete Ricky menghiasi pemandangan pagi ini. Rina yang sejak pagi menunggu mobil Ricky di depan sekolah langsung sumringah setelah sang pangeran turun dari mobil. Tanpa merisaukan suasana kelam yang terpancar dari aura tubuh Ricky.
“Hai Ricky?” sapa Rina penuh manja dengan senyuman imutnya.
“Brisik?” jawab Ricky cuek sambil terus melangkah tanpa menoleh ke arah Ricky.
“Loh? Kok hari ini dia lain? Ada apa ya?” Rina bergumam sendirian sambil berpikir, tiba-tiba…
“HEH! Mau sampai kapan kau berdiri di situ? Cepat masuk sebelum kututp ini pagar.” Teriak Pak Togar dengan logat bataknya yang kental.

Novel | Smile To Love (Chapter 5)

Chapter 5
Big Match! Waktunya Begadang


Malam ini Rina dan Ricky tidak tidur. Jam di dinding rumah mereka sudah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Mereka berdua terfokus pada layar televisi di hadapan mereka.
Yah, surat tantangan Rina kepada Ricky dibalas dan perang pun berkobar. Kebetulan besok hari minggu karena itu malam ini keduanya begadang untuk menyaksikan pertandingan bola antara Juventus dan Inter Milan.
Secangkir capuchino hangat menemani Ricky di kamarnya yang sejuk dan nyaman. Kamar Ricky sangat luas dan penuh dengan poster-poster yang tertempel di dinding kamarnya. Kamar berukuran setengah lapangan basket itu menjadi wilayah kekuasaan Ricky seutuhnya. Sebuah ranjang double bertengger di tengah ruangan sambil menempel sisi dinding berwarna biru muda. Sebuah kamar kecil disudut ruangan membuat Ricky tak perlu lagi keluar kamar untuk keperluan mandi dan toilet. Karpet berwarna jingga dan ditindih oleh sebuah sofa panjang di tengah ruangan dihadapkan ke sebuah meja kecil tempat TV LCD 40 inch.

Novel | Smile To Love (Chapter 3)

Chapter 3
Si Centil Yang Super Usil

Rina memain-mainkan pena yang ada di hadapannya sambil melamun. Ibu Sri yang sedang menjelaskan di depan, tidak terespon oleh panca inderanya dan tidak pula ada dalam lamunannya saat ini. Apalagi rumus-rumus kimia yang tertulis di papan tulis, sama sekali nggak ditengok. Tatapannya melihat ke luar jendela kelas ke lapangan bola dengan pohon-pohon kecil yang berdiri teratur mengitari lapangan itu. Sekali-kali ia terlihat menghela napas panjang seakan semua beban hidupnya ingin dibuang bersama hempasan napasnya. Kadang-kadang senyuman terukir di wajahnya yang manis, entah apa yang dilamunkannya hingga senyuman itu mengembang.