Kamis, 05 Mei 2011

Cerpen | Epilogue of Aku dan Adikku

Epilogue of Me and My Sister
Diari Icha


Kak! Besok Icha UN, 4 hari. Duh, deg2an bgt dech..
Kukirim sms ini untuk kakakku tersayang. Aku amat menyayanginya karena sejak aku masih kecil dia slalu memanjakanku. Sekarang dia sudah bekerja di luar negeri sebagai seorang arsitek hebat. Icha bangga punya kakak yang hebat seperti dia. Meskipun selama ini kami pun sering bentrok juga. Namun pada akhirnya Kakak selalu mengalah dan Icha yang menang. Hihihihi!
Hmmm! Belum dibalas. Mungkin kakak sudah tidur karena perbedaan waktu di sini dan di sana 2  jam. Sekarang sudah jam 9 malam di sini dan di Jepang pasti sudah hampir jam 11 malam. Mendingan Icha nulis diari saja deh. Soalnya sudah capek belajar seharian ini.
Dear Diari
Besok Icha mau ujian nasional. Kepalaku sakit nih kebanyakan belajar. Kakak bilang, kalau ujian jangan belajar terlalu serius. Cukup mengulang-ngulang saja. Tapi Icha takut besok gak bisa jawab pertanyaan makanya belajarnya serius banget. Sampai leher ini pegel banget.
Diariku sayang… kakak kok belum balas sms? Padahal Icha lagi butuh dukungan nih. Masih nerveous banget. But I hope tommorrow I’ll be better… Oh Lords, please give me some miracle to answer that question.
Besok adalah ujian terakhirku sebagai seorang siswa SMA. Icha gak mau membuat guru-guru kecewa dan Icha akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Semoga besok Icha bisa menjawab soal-soal itu, Insya Allah.
Amin!
Aku pun menutup diari berwarna cokelat bergambar beruang, pemberian kakakku. Aku harus cepat tidur supaya besok pagi tidak kesiangan bangunnya. Aku pun tidur ditemani boneka beruang kesayanganku. Boneka ini diberikan oleh kakak saat ulang tahunku yang ke-6. Sudah 10 tahun boneka beruang ini menemaniku di kamar ini. Aku menamainya “sky”. Memang tidak cocok untuk nama sebuah beruang. Tapi sebenarnya itu diambil dari tiga huruf terakhir nama kakak, yaitu “Risky”.
Muhammad Risky Hasyim, itulah nama kakakku. Tapi aku memanggilnya “kakak” saja tanpa embel-embel. Berbeda dengan adikku Iwha dan Ayla. Mereka memanggilnya “Ka Iski”. Hihihi! Imut juga tuh. Maklumlah aku memanggilnya Kakak, karena Icha tidak punya kakak lain lagi. Meskipun bukan kakak kandung tapi aku amat menyayanginya. Papanya kakak menikah dengan Mamaku saat aku masih berusia 3 tahun. Dia Kakak terbaik yang kupunya dan aku pun ingin menjadi sosok kakak seperti dirinya. Aku jadi teringat kisah 10 tahun yang lalu…
Saat itu aku kecelakaan dan selama seminggu lebih aku pingsan dan diopname di rumah sakit. Mama cerita, sejak saat itu, kakak selalu datang menemaniku setiap malam sampai aku siuman. Aku tertabrak mobil saat akan menyeberang. Padahal kakak sudah melarangku untuk menyeberang namun karena saat itu aku ngambek. Aku minta dibelikan es krim namun karena kakak tidak membelikannya aku jadi ngambek dan tidak nurut padanya.
Saat aku kecelakaan, kakak datang dan menaruh boneka beruang ini di sampingku. Kakak juga meletakkan pot bunga di meja dekat ranjang Icha. Setiap hari dia mengganti bunganya dan sesekali kakak berbicara padaku yang terbaring tanpa sadar.
Aku teringat saat masa kritis itu, aku selalu mendengarkan kakakku. Namun aku tidak sadar dan mungkin suara-suara kakak hanya mimpi belaka. Aku kembali teringat suara-suara itu…
Icha! Bangun dong. Buka matamu… kakak bawa boneka beruang nih. Kasihan semalam dia kesepian karena tidak ada Icha disampingnya. Makanya kakak temanin bobo.
Icha! Kakak bawa es krim nih? Icha mau? Tapi Icha harus buka mata dulu.
Icha! Maaf ya, selama ini kakak selalu cuek sama Icha. Kakak baru sadar kalo Kakak punya adik yang sangat imut dan lucu sepertimu. Kakak gak mau kehilangan Icha.
Selamat sore adekku sayang… duh, Icha belum bangun-bangun juga nih. Bobonya kelamaan Cha! Oh ya, tadi siang Bayu dan Dimas datang menjenguk Icha loh. Ada Ibu guru Ima juga.
Seandainya kakak bisa gantikan tempatmu dek! Kakak ingin sekali menggantikan Icha terbaring di sini. Asalkan Icha bisa sembuh.
Ya Allah, sembuhkanlah Icha… Kakak masih ingin memasak bareng sama Icha. Kita kan belum buat masakan spesial buat menyambut papa dan mama.
Icha! Kakak buat es krim yang banyak loh. Kakak bawa sedikit nih. Kalo Icha sudah sadar Icha bisa makan sepuasnya. Kalo habis, nanti kita beli di mol. Kakak yang traktir deh.
Icha… kakak sayang Icha. Semoga lekas sembuh yah dek. Kakak pulang dulu soalnya besok ada ujian Final di kampus.
Masih bobo ya? Bangun dong. Sudah seminggu kakak tidak dengar suaramu yang lucu. Kakak kesepian nih.
Tak terasa aku terlelap dalam lamunan masa laluku itu…
***
HP ku bergetar karena aku silent-kan bila malam hari. Aku menyadari jika ada pesan yang masuk ke HP ku. Bahkan HP ini pun pemberian Kakak saat aku lulus SMP dulu. Sudah 3 tahun aku memakainya dan menjaganya baik-baik. Aku kembali tertidur setelah bunyi getar itu berakhir.
Baru beberapa menit berlalu aku sudah dikagetkan lagi dengan bunyi getar HP. Sepertinya sebuah telepon masuk dan nada dering “Life is Like a Boat” pun berbunyi. Itu nada dering khusus buat kakak. Berarti itu telepon dari kakak.
Aku pun bangkit dari tempat tidurku lalu menyalakan lampu. Aku membaca nama yang terpampang di layar ponselku. ‘KK’Q’
“Halo Kak!” sapaku dengan semangat.
“Halo Cha! Besok ujian kan?” tanya Kakak.
“Iya! Nerves banget nih. Oh ya, kakak belum tidur?” tanyaku.
“Baru bangun nih. Di sini sudah jam lima. Gak usah gugup. PD aja pasti Icha bisa. Dan jangan lupa sholat Tahajjud. Sudah jam 3 kan?” Kakak memberi nasehat.
“Hah? Udah jam 3 ya? Gak kerasa ya? Iya, Insya Allah Kak!” jawabku.
“Nah, sholatlah. Kakak mau siapin sarapan nih buat Kak Puput.” Ucap kakak.
Aku tertawa sejenak. Kakak masih seperti dulu dan gak berubah. Selalu membuatkan sarapan pagi untuk orang-orang rumah. Aku jadi rindu sarapan pagi buatan kakak.
“Okey Kak!” jawabku.
“Oh ya, tadi malam Kakak SMS loh. Udah dibaca?” tanya Kakak.
“Wah, belum tuh. Nanti Icha baca deh.” Jawabku.
“Okelah. Udah dulu ya? Smoga ujiannya sukses yah? Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam Kak!”
Kamipun mengakhiri percakapan kami dan aku mengecek kotak masuk HPku. Terdapat satu pesan masuk yang dikirim tadi malam.
Berjuanglah Cha. Maaf, kali ini kk gak bsa bantu ngasih contekan lwt SMS. Kk’ cm bsa bantu doa aja. Smoga ujiannya sukses…
Aku tersenyum setelah membaca SMS ini. Icha jadi teringat saat Ujian semester, Icha selalu sms Kakak buat ngasih contekan. Itu kalau kepepet atau pas guru pengawasnya lengah. Tapi setelah itu, Kakak selalu ajarin soal yang tidak bisa Icha jawab tadi.
Kakak bilang, belajar itu bukan untuk mencari nilai. Tapi untuk mencari ilmu. Jika kita punya ilmu, maka kita akan memiliki Nilai. Tapi jika kita hanya memiliki nilai, belum tentu kita memiliki ilmu.
Icha jadi berpikir dan merenung… selama ini setelah ujian selesai, terkadang kita melupakan pelajaran yang telah diujikan. Tapi Kakak selalu mempelajarinya kembali. Icha pun mengikuti kebiasaan kakak, hasilnya… setiap semester baru, Icha jadi lebih mudah beradaptasi dengan materi yang baru.
Nah, sekarang waktunya shalat Tahajjud dulu. Agar besok ujiannya lancar dan diridhoi Allah.
***
Dear Diary
Diariku sayang… Icha bersyukur telah mengenal orang-orang hebat dalam kehidupan Icha. Icha punya Kakak yang paling Icha saying. Namanya Muhammad Risky Hasyim. Kemudian ada dua orang cowok yang mengisi kehidupanku. Bayu dan Dimas.
Saat kelas 1 SMA semester 1, Icha jadian sama Bayu. Sejak kelas 1 SD hingga di SMP Bayu selalu baik terhadapku. Kalau aku lupa membawa perlengkapan sekolah atau lupa mengerjakan PR, Bayu selelu membantu. Akhirnya saat kenaikian kelas 3, Bayu menyatakan cintanya padaku. Sebenarnya Icha menganggap dia sebagai sahabat namun karena dia selalu baik padaku, Icha jadi kasihan untuk menolaknya.
Sedangkan Dimas adalah tetanggaku yang selalu menggangguku sejak SD. Bahkan kalau pulang sekolah, Icha tidak ingin satu Bis dengannya meskipun jalur kami searah. Selain biang ribut di kelas, Dimas juga sangat jahil padaku. Mungkin daftar orang-orang yang paling ku benci, Dimas lah peringkat pertama di daftar itu. Waktu kecil, Icha memanggilnya Imach dan kami masih satu sekolah dari SD hingga SMA.
Icha pacaran sama Bayu hanya beberapa bulan saja. Karena Icha merasa jadi semakin canggung saat menganggapnya sebagai pacar. Icha lebih senang terbuka padanya sebagai sahabat. Icha ingin hubungan kami seperti dahulu. Untunglah Bayu mengerti perasaan Icha, dia pun merasa seperti itu. Akhirnya hubungan pacaran kami berakhir, namun kami tetap menjadi sahabat.
Beberapa bulan kemudian, sikap Dimas mulai berubah. Dia jadi jarang jahilin atau kerjain Icha. Sekarang dia jadi lebih sering menghindariku dan aku pun mulai merasa kesepian karena sikapnya itu.
Dimas pun menyatakan cintanya padaku. Tapi tidak aku terima karena mengingat sikap kasarnya selama ini kepadaku. Dia meminta maaf namun aku belum bisa menerima permintaan maafnya. Sudah terlalu banyak sakit di hati ini yang telah dia buat.
Beberapa minggu kemudian barulah Icha bisa menerima sikap Dimas. Icha jadi teringat kejadian saat SD. Saat itu Icha masihlah cewek manja dan penakut. Tapi kadang-kadang Dimas menolong Icha. Saat Icha jatuh dan gak bisa jalan, Dimas pernah menggendong Icha pulang loh. Kalau dipikir-pikir, sungguh romantis.
Pernah juga Dimas mengaku mematahkan sapu milik kelas padahal Icha yang mematahkannya karena ingin memukul Dimas dengan sapu itu. Akhirnya Dimas dipukul oleh Ibu Guru sedangkan Icha selamat dari hukuman.
Beberapa bulan baikan sama Dimas, akhirnya Icha menerima cintanya…
Diariku sayang…
Icha sekarang belajar untuk menjadi kakak yang baik bagi kedua adikku . Muhammad Ihwan Hasyim dan Nur Laila Hasyim. Aku memanggilnya Iwa dan Ayla. Meskipun namaku tidak berakhiran Hasyim seperti Kakak, Iwa dan Ayla, tapi aku bersyukur menjadi bagian dari keluarga ini. Dan Icha pasti akan menjadi sosok yang bisa dibanggakan oleh mereka seperti aku yang sangat bangga pada kakakku.
Dia malaikat penolongku 10 tahun yang lalu. Di dalam diriku, mengalir darah kakak yang dipakainya untuk menolongku saat kehabisan darah setelah kecelakaan itu. Meski bukan saudara kandung, tapi dia adalah kakak terbaikku.
Aku tersentuh dengan sebuah kalimat yang pernah diucapkannya padaku. Kalimat itu terucap disaat aku ngambek dan marah. Aku berkata KAMU BUKAN KAKAKKU.
Dan kakak berkata…
“Since the first time I touch your head. That’s the day I feel like a brother.”

Jakarta, April 2011 - Nur Siti Aisyah
^o^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar