Chapter
13
Pupus…
Ujian Semester selama seminggu pun telah selesai dan seluruh
siswa-siswi SMA Permata Bangsa keluar kelas dengan wajah berseri-seri. Ada yang
merayakannya layaknya pesta malam tahun baru. Rasa lega yang luar biasa
dirasakan para penghuni Sekolah. Tak terkecuali Rina.
Rasa optimis hadir dalam dirinya setelah seminggu ini
berkutat dengan berbagai buku pelajaran. Kalo bisa Rina ingin masuk sepuluh
besar dan sekelas dengan Ricky di kelas XII nanti. Ricky sudah pasti akan masuk
kelas XII-A dengan prestasinya itu.
Sistem pembagian kelas di SMA Permata Bangsa menerapkan
sistem pembagian berdasarkan ranking kelas dan juga nilai. Empat puluh orang
dengan nilai tertinggi akan ditempatkan di kelas XII-A.
Selama seminggu ini Rina berusaha belajar dan tidak
memikirkan Ricky. Rina tampak mulai dewasa dan kebiasaan centil dan usilnya itu
perlahan mulai menghilang. Namun dalam hatinya, ada rasa rindu yang sangat
menggebu-gebu pada Ricky.
Sejak Ricky ikut Olimpiade, dia jadi sosok yang tidak
terjangkau lagi bagi Rina. Setiap kali Rina datang menyemangati Ricky, mata
sinisnya tersorot pada Rina seakan tidak menginginkan kehadiran Rina di sana.
Namun saat dengan Dewi, Ricky tampak bahagia dan tidak terlihat risih. Ricky
dan Dewi bahkan sering jalan berdua seperti layaknya pasangan kekasih. Datang
ke sekolah bersama dan pulang pun bersama. Padahal ada banyak peserta Olimpiade
lainnya namun Ricky hanya dekat dengan Dewi.
Dan akhirnya setelah Olimpiade Sains itu berakhir, Rina masih
kesulitan bertemu Ricky. Ujian pun berlangsung dan Ricky selalu pulang lebih
dulu sedangkan Rina harus mengerjakan jawaban hingga detik-detik terakhir waktu
ujian. Saat istirahat, Rina tak lagi mencari Ricky melainkan duduk di kelas dan
belajar.
Rina ingin hubungan mereka kembali lagi. Setidaknya untuk
sekarang dia harus bersabar dulu. Karena Rina sudah merencanakan untuk sekelas
dengan Ricky di kelas XII nanti. Yah, dengan memperoleh nilai
setinggi-tingginya.
Ricky terlihat melewati gerbang sekolah dan kebetulan Rina
pun baru saja keluar dari warung Mas Heru di depan sekolah. Mereka pun saling
kontak mata. Hanya jalanan yang memisahkan mereka.
Rina memberikan senyumannya namun Ricky masih tetap memasang
wajah angkuh. Dia pun berlalu tanpa melihat ekspresi kekecewaan Rina. Rina tak
mengejarnya dan hanya bisa menyembunyikan kesedihannya dalam senyumannya. Dia
tak ingin Hana dan teman-temannya yang lain tahu. Rina tidak ingin merusak
suasana bahagia teman-temannya yang merayakan selesainya ujian semester di
warung Mas Heru ini.
***
Malam ini malam minggu. Malam yang selalu membuat Rina
berdebar-debar. Rasa senang dan cemas bercampur aduk menjadi satu. Bukan karena
malam minggu merupakan malam romantisnya bersama Ricky, tetapi setiap malam
minggu Rina biasanya menantikan pertandingan bola.
Pertandingan yang dijadikan ajang taruhan mereka berdua. Jika
Rina menang, maka mereka kencan esoknya. Jika seri, tidak terjadi apa-apa. Tapi
jika kalah, Rina harus menjauh dari Ricky. Selama ini selalu Rina yang menang
dan Ricky harus mengajak kencan. Ada juga hasil pertandingan yang berakhir
seri. Namun sampai saat ini Ricky belum sekalipun menang taruhan bola dengan
Rina.
“Rina tidur dulu yah Kek!” Ucap Rina berpamit dari ruang
tamu.
“Loh? Tidak mau nonton bola?” tanya Kakek heran.
Rina hanya menggeleng sambil tersenyum. Ia pun masuk ke
kamarnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Namun matanya tidak dapat
terpejam. Semua bayangan tentang Ricky menghantui pikirannya. Tanpa terasa air
matanya pun terjatuh.
Ricky…
Malam ini, kenapa
yah rasanya sepi banget. Kamu seperti sudah tidak bisa lagi aku jangkau. Yah,
kamu itu seperti pangeran hebat yang tinggal di istana megah. Sedangkan aku
hanya rakyat biasa. Kita memang nggak mungkin jadian. Maaf kalo selama ini aku
tidak sadar tentang hubungan kita. Aku terlalu gembira dan tidak pernah tahu
isi hatimu yang sebenarnya.
Rasa sakit ini,
mungkin balasan Tuhan karena aku egois. Tapi… aku nggak sanggup ngadapin rasa
sakit ini. Aku sangat menyayangimu Ky… dan aku nggak mau kehilangan kamu.
Aku tak mengerti apa yang terjadi
Rindu yang tak pernah begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Namun kau masih bisu diam seribu bahasa
Dan hati kecilku bicara…
Baru ku sadari cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku (Dewa – Pupus)
Rina masih terbaring sambil meneteskan air matanya. Ia
menutupi wajahnya dengan selimut agar isak tangisnya tidak terdengar oleh Kakek
atau Neneknya.
Dewi… cewek ini begitu sempurna dan sangat pantas bersanding
dengan Ricky. Untuk pertama kalinya Rina merasa kalah. Untuk pertama kalinya
Rina yang selalu menggebu-gebu dalam mengejar sesuatu itu dibuat menyerah.
Sementara itu di rumah Ricky, seperti biasanya suasana sunyi
tenang menyelimuti rumah megah itu. Ricky duduk di sofa kecil di dalam kamarnya
sambil membaca buku pelajarannya. Sebelah tangannya menggenggam remote TV
sambil mencari-cari siaran bagus untuk ditonton. Tampaknya dia sudah jenuh
dengan bacaannya. Tiba-tiba saja jarinya berhenti memencet tombol saat siaran
pertandingan sepakbola disiarkan.
Kini matanya terfokus ke pertandingan bola. Ia jadi terkenang
saat-saat taruhan bolanya dengan Rina. Kini, pikirannya kembali memikirkan
Rina. Suara centilnya yang selalu muncul tiba-tiba dan menyapanya. “Ricky!”
“Ky!” “Sayang!” “Ky Sayang!”
Kenapa jadi mikirin
dia? Seharusnya sekarang aku bahagia karena sudah lepas dari status palsu ini. Tapi perasaan apa ini? kenapa rasanya sepi
banget. rasanya hampa…
Apa sekarang aku
sudah jatuh cinta padanya? Ah nggak mungkin. Sebaiknya aku segera tidur.
Dan akhirnya sang pangeran pun tidur. Dalam ketenangan
tidurnya itu, bunga tidur pun menghampiri benaknya. Menghiasi malamnya dengan
sebuah mimpi. Mimpi tentang seorang wanita mungil yang sangat mencintai
dirinya. Rina…
***
Hari pembagian hasil ujian pun tiba. Rina tampak cemas dan
gelisah di dekat papan pengumuman. Dia ingin mendapatkan nilai yang tinggi agar
bisa sekelas dengan Ricky.
“Ren, tumben nih ngecek nilai? Biasanya udah pasrah saja ikut
ujian perbaikan.” Ledek Aris.
“Ih, Biarin. Sewot amat!” Ucap Rina ketus.
“Yah dia jutek.”
Rina pun tidak menggubris ucapan Aris. Dia kembali mengecek
namanya di papan pengumuman sekolah. Akhirnya namanya pun muncul.
Semua nilainya ada peningkatan, namun ternyata nilai fisika,
bahasa inggris dan matematikanya harus mengikuti ujian susulan.
“Wah hebat, biasanya hampir semua pelajaran ujian susulan.”
Aris kembali meledek.
“Kamu juga begitu kan?” Rina balik meledek Aris sambil
menunjuk namanya yang terpampang di papan ini.
Ujian susulan yang harus diikuti Aris, ternyata ada 7
pelajaran. Lebih banyak daripada Rina.
“Waduh gawat. Full remedial nih. Bisa habis jatah liburanku.”
Keluh Aris.
“Makanya, kalo malam tuh dipake buat belajar. Bukannya nonton
bola.” Ledek Rina.
“Huh! Kok aku kayak gak rela diceramahin sama kamu.” ucap Aris.
Rina tampak agak tersinggung lalu meninggalkan Aris. Ia
tertunduk lesu karena kecewa. Bukan karena diledekin Aris, tapi karena dia
tidak sekelas dengan Ricky. Yah mungkin bagi Rina semua harapannya pupus. Ia
tahu dan sadar bahwa dia bukanlah cewek idaman bagi Ricky. Selama ini Rina
hanya bisa membuat Ricky kesal dan jengkel.
Baru beberapa langkah Rina berjalan, Hana dan teman-teman
lain mencegatnya.
“Hey Rin. Kenapa lesu gitu? Nilai kamu jeblok semua yah?”
tanya Hana.
“Nggak Han. Cuma tiga aja yang nggak tuntas.” Jelas Rina.
“Oh ya? Hebat banget tuh Rin. Akhirnya bisa juga keluar dari
papan bawah.” Ledek Hana.
Rina hanya tersenyum kecil menanggapi ledekan Hana.
“Mesti dirayain nih. Aku juga cuma tiga aja yang nggak
tuntas.” Ucap Hana.
Rina kembali hanya tersenyum mendengar ucapan Hana itu. Hana
merasa ada yang aneh dengan sahabatnya. Namun dia tak mencoba menanyakannya.
Hana tahu, sahabatnya itu kuat dan Rina mungkin hanya butuh waktu sejenak untuk
menyendiri. Lalu, Rina akan kembali seperti Rina yang biasanya. Rina yang
ceria, Rina yang cerewet, Rina yang selalu tersenyum.
***
Libur tlah tiba… Libur tlah tiba… horay! Horay! Hatiku
gembira!!! Ups! Kok malah nyanyi. Oh ya, suasana SMA Permata Bangsa saat ini
memang sedang libur. Hanya saja, ada beberapa makhluk yang harus mengulang
pelajaran akibat nilai Ujian mereka yang tidak memenuhi standar. Salah satunya
adalah Rina. Meskipun nilai ujiannya sudah ada peningkatan, namun ada beberapa
pelajaran yang harus dia ulangi.
“ARIS!! HAMPIR SEMUA PELAJARAN KAU ULANG! GARA-GARA KAU BAPAK
TAK BISA PULANG KAMPUNG!”
Aris tampak tertunduk mendengar ocehan Pak Sitompul, Guru
Konseling Sekolah. Aris berdiri di barisan paling depan layaknya sang komandan.
Sepertinya kali ini Aris pemegang rekor pelajaran tambahan. Yup, Apel pagi
kelas tambahan ini selalu saja menjadi ajang pelampiasan Pak Sitompul, yang
hampir setiap semester harus mengurus murid-murid yang nilainya jeblek.
Kelasnya Rina paling banyak menyumbang peserta kelas tambahan
ini. Selama seminggu full mulai dari pagi sampai sore. IQ makhluk-makhluk ini
akan didongkrak melalui pelajaran tambahan. Jatah liburan mereka berkurang
seminggu.
Hari ini pelajaran Bahasa Inggris. Salah satu kelemahan
terbesar Rina. Namun dalam hati Rina juga bersyukur mengikuti kelas tambahan
ini. setidaknya, dengan belajar dia bisa sejenak melupakan tentang Ricky.
“Hey Rin!” Sapa Hana setelah pelajaran selesai.
“Eh, Hana!”
“Gimana pelajaran tambahannya?”
“Gitu deh, kenapa sih tulisan dan bacanya beda sih? Bikin ribet
aja.” Keluh Rina.
Hana tertawa mendengar celotehan Sahabatnya itu. Sebenarnya
Hana agak khawatir juga dengan Rina.Tapi sepertinya Rina tidak terlalu larut
dalam kesedihannya. “Oh ya Rin, makan di warung depan Sekolah yuk! Aku yang
traktir yah!”
“Wah tumben nih? Jangan-jangan kamu sama Aris sudah jadian
yah?” tanya Rina curiga.
“Hush, bukan tahu. Emang aku nggak boleh traktir sahabatnya
sekali-sekali yah?” gerutu Hana.
“Kirain sudah jadian. Nggak apa-apa sih, rasanya sudah lama
yah kita nggak jalan berdua.”
“Iya juga sih. Soalnya Rina belakangan ini makin rajin
belajar makanya aku nggak berani ganggu. Tapi, aku ngerasa kesepian juga sih.”
Jelas Hana.
Rina termenung sejenak menerawang hari-harinya yang telah
berlalu. Kini, ia menyadari rasa sepi yang dirasakan sahabatnya. “Ya Han. Aku
juga ngerasa begitu.”
Akhirnya setelah pelajaran tambahan selesai. Rina dan Hana
pun melepas kerinduan mereka…
“Oh ya Rin. Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu agak beda.”
Hana membuka percakapan setelah mereka duduk.
“Agak beda gimana?” tanya Rina bingung.
“Hmm, kamu lebih sering diam, terkadang murung.” jelas Hana.
Rina hanya terdiam dan tidak tahu harus mengatakan apa.
“Ricky kan Rin?” Hana mencoba memastikan.
Rina mengangguk sambil tertunduk menyembunyikan wajahnya yang
mulai meneteskan air matanya. Sesaat kemudian suara isak Rina memecah dalam
pelukan Hana. Karena cinta lah yang membuat sahabatnya jadi seperti ini.
“Rin? Kamu tahu gak? Aku sangat rindu suara cekikan tawamu
Rin. Aku rindu, jeritan manjamu saat mengadu padaku bila dijahili teman-teman.
Aku rindu Rina yang selalu tegar dengan berbagai celotehan orang tentangmu. Aku
rindu senyuman jahilmu. Aku rindu sama Rina yang selalu tegar dan tersenyum
atas berbagai masalah. Rina yang selalu pantang menyerah menggapai apa yang dia
mau.”
Rina tak berkata apa-apa, suara isak kecilnya mulai mereda
setelah mendengar ucapan sahabatnya. Akhirnya Rina mulai melepaskan pelukan dan
mengangkat wajahnya menatap sahabat setia di hadapannya.
“Rina yang aku tahu. Tidak akan menyerah semudah itu.” Tegas
Hana.
Seuntai senyum manis kini terlukis di wajah Rina. Tangisan
sedih kini berganti air mata kebahagiaan. Air mata persahabatan.
“Makasih Han! Kamu memang sahabat terbaikku.” Ucap Rina.
“It’s oke Rin.”
“Tapi Han, cinta ini sudah pupus. Bukan karena aku menyerah.
Tapi, ada yang lebih pantas untuk Ricky dan mereka memang pasangan serasi. Yah,
aku memang menyerah untuk cinta, tapi aku nggak akan menyerah untuk cita-citaku
Han. Aku masih punya impian lainnya dan aku masih punya kamu Han. Sahabatku
yang slalu bisa diandalkan.” Curhat Rina.
Hana terharu mendengar ucapan sahabatnya. Mereka berdua larut
dalam cahaya persahabatan yang menyinari mereka dengan kekuatan dan ketegaran.
Cahanya itu bagaikan pupuk yang semakin menguatkan persahabatan mereka.
To be continue...
Keren,tapi kok gak ad sambunganny?
BalasHapusThankiyu udah dibaca... Hehe, iya jg sih. Sudah setengah jalan malah vakum. Soalnya lgi sibuk ngurus si kecil. Insya Allah sy psti slesaikan...
BalasHapus