Chapter
12
Ujian
Cinta Rina
Rina tampak berdiri tegang di depan sebuah pintu. Sebelum
membukanya tak lupa ia panjatkan doa dan menghela nafas panjang. Segenap
kekuatan batin ia kumpulkan dan Ia pun membuka pintu.
Kakek terbaring di atas sebuah ranjang. Perasaan sedih Rina
pun bergejolak hingga air matanya pun mulai mengalir.
Kek…
Kakek jangan mati
dulu yah. Rina belum sempat membalas segala kebaikan Kakek. Selama ini Rina
selalu aja merepotkan Kakek… merepotkan Nenek. Keluarga yang Rina kenal cuma
Kakek dan Nenek. Kalo Kakek pergi… Rina dan Nenek pasti kesepian. Rina gak mau
kehilangan candaan Kakek, cerita-cerita seru Kakek dan rumah pasti jadi sepi
tanpa guyonan Kakek.
Maafin Rina yah
Kek. Selalu nyusahin. Kemarin harusnya Rina gak nonton bola aja supaya Kakek
bisa nonton film perang kesukaan kakek. Kalo Rina sembuh, Rina gak akan ganggu
Kakek nonton lagi deh. Rina janji akan pijitin Kakek tiap hari.
“DHUUTT!”
Rina terkejut mendengar suara itu. Kakeknya buang gas seakan
meledekin curahan hati Rina.
“Oh, Rina. Kakek tidak apa-apa Nak. Dia cuma tidur.” Nenek
pun muncul dari balik pintu. “Encok Kakekmu kambuh tadi. Trus dari tadi
ngeluh-ngeluh makanya Nenek bawa ke rumah sakit. Takutnya kenapa-napa Nak. Tapi
dokter bilang tidak apa-apa hanya Encok saja.”
Mendengar penjelasan Nenek, Rina yang sejak tadi sangat
cemas, pucat dan juga sedih itu berubah jadi kesal.
“Dasar Kakek nih bikin cemas aja. Pake acara buang gas
segala. Untung gak ada pasien lain di ruang ini. Malu-maluin aja.” Gerutunya.
Tapi ucapan Rina itu tak terdengar oleh Kakek yang tertidur
pulas. Rina makin kesal namun dalam hatinya dia bersyukur Kakek gak
kenapa-napa. Kecemasannya kini kembali pada Ricky sang pujaan hatinya itu. Rina
takut cewek tadi merebut Ricky darinya.
***
Cuaca pagi ini sangat cerah dan hangat. Burung-burung
berkicau menyambut mentari. Udara segar pun merebak menyegarkan pagi ini.
Tapi… suasana hati Rina tak sejalan dengan cuaca hari ini.
Rina tampak suram diselimuti awan kelabu, hingga membuat suara burung-burung
yang sejak tadi berkicau pun jadi sumbang. Pokoknya mirip mayat hidup lah dia.
Hahaha, sory Rin.
Oh ya, satu lagi yang menambah suram suasana hati Rina adalah
Ujian Sekolah yang akan berlangsung seminggu lagi. Jadi, kali ini Rina mendapat
kan dua ujian sekaligus. Ujian Sekolah dan Ujian cinta.
“Pagi Rin.” Sapa Hana saat mereka berpapasan di depan
sekolah.
“Pagi Han.”
“Gimana Kakek?”
“Gak apa-apa sih Han. Encoknya aja yang kumat. Kemarin pagi
tuh dia ikutan senam bareng ibu-ibu. Yah, gara-gara itu sorenya kumat deh.
Paling Kakek ikutan senam buat ngelihatin ibu-ibu seksi aja.” Jelas Rina dengan
kesal.
Hana langsung tertawa mendengar penjelasan Rina. Dia pun
membayangkan Kakek Rina yang bersusah payah menirukan gerakan senam ibu-ibu
sambil curi-curi pandang.
“Sekalian aja diajarin Gangnam Style Rin.” Ledek Hana.
“Bisa sekarat tuh.”
“Oh ya, gimana kencannya dengan pangeran mu?”
Rina pun terdiam dan murung mendengar pertanyaan Hana itu.
Dia pun teringat kejadian itu saat Ricky duduk berdua dengan cewek itu.
Pikirannya pun bertambah negatif dan membayangkan hal-hal yang membuatnya
semakin sakit hati.
“HAN!” rengek Rina pada Hana. Gayanya seperti anak kecil yang
baru saja kehilangan mainannya.
“Duh, Ricky kenapa lagi? Dia jutekin kamu yah?” tanya Hana.
Rina menggeleng.
“Trus?”
“Dia selingkuh.” Rina pun kembali menangis dalam pelukan
Hana.
“Hah? Selingkuh? Sama siapa?” Hana makin penasaran.
“Rina gak kenal.”
“Tega banget. Jadi kalian lagi berantem nih ceritanya?”
“Nggak tau!” Rina ngelunjak.
“Eh, Pangeran kamu tuh Rin!”
Rina pun tampak sumringah dan melupakan sejenak kesedihannya
tadi. Kali ini Ricky berjalan kaki sendiri tanpa Pak Udin sang supir yang
selalu setia menemaninya. Sepertinya dia naik Bis namun tetap aja terlihat
cool.
“Mana Pak Udin?” tanya Rina.
“Lagi sakit.” Jawabnya simpel sambil tetap berjalan menuju
gerbang sekolah.
“Oh ya Ky. Cewek yang kemarin tuh siapa?” tanya Rina sambil
mensejajarkan langkahnya dengan Ricky.
“Teman!”
“Kayaknya kalian sudah akrab banget yah.”
“Nggak juga!”
“Trus kemarin ngapain? Ky nggak selingkuh kan?”
“Makan trus pulang!”
“Oh, Syukurlah!”
Rina terus menerus menginterogasi Ricky dengan pertanyaannya.
Sepanjang perjalanan dari gerbang hingga menuju kelas. Ricky hanya menjawab
dengan simpel padat dan jelas. Sementara itu Hana tampak bengong dan merasa
agak jengkel karena ditinggalin dan dicuekin sama Rina.
***
Ricky akan mewakili sekolah untuk mengikuti lomba Olimpiade
Sains tingkat Nasional, yang akan dilaksanakan di SMA Permata Bangsa. Seluruh
peserta berkumpul di Aula Sekolah. Dan karena ada kegiatan ini, selama tiga
hari kegiatan belajar diliburkan.
Rina pun tampak sumringah menyambut liburan itu. Namun Rina
dan seluruh warga SMA Permata Bangsa harus tetap masuk sekolah untuk
memeriahkan Olimpiade Sain ini. Tentu saja Rina telah siap dengan atribut
suporter khusus untuk Ricky.
“Rin! Ini bukan pertandingan olah raga yang pake cheerleader
loh!” Hana menasihati karena malu melihat sahabatnya itu.
“Biarin. Aku sengaja lakuin ini biar Ricky jadi semangat.”
Elaknya.
“Nanti dia marah loh.”
“Nggak akan”
Dan yang diomongin pun muncul. Ricky berjalan angkuh melewati
Hana dan Rina namun tiba-tiba langkahnya terhenti setelah melihat sebuah
spanduk yang di pegang Rina bertuliskan “Semangat Ricky!!!!!”
“Apa-apan sih ini?” tanya Ricky kesal.
“Hehe! Ini spesial loh. Buat ngedukung Ricky nanti. Semalam
aku buat ini.” jelas Rina.
“Gak perlu. Ini memalukan tahu.”
“Tapi…” Rina tampak sedih.
“Lebih baik buang saja sana. Aku juga gak butuh dukunganmu.”
Ucapnya jutek.
“Ky! Kamu nggak tahu yah. Semalam Rina sampai begadang buat
ginian. Kamu gak perlu marah-marah gitu.” Hana mencoba membela Rina.
Ricky tak berkata apa-apa lagi. Dia pun berlalu tanpa
memperdulikan Rina dan Hana. Hana yang kesal langsung menahan tangan Ricky.
“Hey! Apa kamu nggak punya hati yah? Minta maaf sama Rina.”
Desak Hana.
Ricky pun kembali dan berdiri di hadapan Rina yang udah mulai
setengah menangis itu. “Maaf!” ucapanya dengan datar.
Rina tampak terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa. Dalam
hatinya Rina sangat senang Ricky sudah mulai bersikap lembut meskipun masih
terlihat datar-datar saja.
“RICKY!!!”
Keterpakuan Rina pun sirna bersamaan dengan teriakan suara
seorang cewek. Suara itu sangat dikenalnya karena baru-baru ini suara ini pun
mengganggu saat-saat kencannya dengan Ricky.
Gawat, kenapa
cewek malaysia itu muncul di sini sih? Umpat
Rina dalam hatinya.
Ricky dan Hana menoleh ke arah cewek itu yang sedang berjalan
cepat menuju mereka. Rina pun mendekat ke Hana dan berbisik padanya.
“Itu dia cewek selingkuhan Ricky.” Jelas Rina.
“Hah? Masa sih? Kurang ajar.” Hana terlihat tidak terima dan
bersiap memasang kuda-kuda.
“Sungguh kebetulan yah?” ucapnya.
Ricky gak berkata apa-apa dan hanya mengiyakan saja.
“Oh, Hai. Kamu pacar Ricky kan? Rina kan? Masih ingat saya?”
ucapnya pada Rina.
Rina langsung tersipu mendengar kata-kata itu. “Iya. Hmm,
kalo gak salah Siti kan?” ucap Rina.
“Bukan, Saya Dewi.” Jelasnya.
Rina hanya ber-oh sambil tersenyum malu udah salah tebak
nama. Selain daya tampung memori otaknya yang emang selalu low. Pikirannya
teringat pada penyanyi asal Malaysia bernama Siti Nurhaliza. Yah, Rina jadi
kebayang penyanyi yang lagunya suka dinyanyiin sama Kakek di rumah itu, karena
logat melayu Dewi.
“Kalian selalu bersama yah? So Sweet yah.” Goda Dewi.
Rina jadi tersipu sementara Ricky tampak gak terima dan agak
panik.
“Ini semua gak seperti yang kamu pikirkan.” Ucap Ricky lalu
pergi meninggalkan Rina yang tidak mengerti dengan ucapan Ricky.
Hanya Hana dan Dewi yang mengerti maksud ucapan Ricky namun mereka
tidak ingin membesar-besarkannya.
***
Olimpiade Sains berlangsung selama 3 hari di SMA Permata
Bangsa. Ricky dan Dewi yang ikut dalam lomba ini membuat Rina semakin cemburu
dan kesal. Apalagi mereka sama-sama melaju hingga Final. Ricky mendapatkan
medali perak dan Dewi medali perunggu. Karena prestasi mereka itu, peserta yang
mendapatkan medali emas, perak dan perunggu akan di kirim mengikuti Olimpiade Sains tingkat
Internasional di Singapura.
Selama olimpiade berlangsung, komunikasi Rina dan Ricky boleh
dibilang terputus total. Rina tidak bisa menghampiri Ricky dan bermanja-manja
padanya, karena guru-guru terus mengawal Ricky dan teman-temannya yang sedang
mengikuti olimpiade ini.
Bahkan hingga olimpiade berakhir pun Rina tak sempat bertatap
muka langsung dengan Ricky. Rina hanya bisa melihatnya dari jauh dan berdoa
untuknya. Justru yang paling dekat dengan Ricky adalah Dewi. Rina pun mulai
tersadar dengan kenyataan ini. Mereka tampak cocok dalam pandangan Rina. Rina
merasa perbedaan antara dirinya dan Ricky semakin jauh…
Dan akhirnya setelah 5 hari diliburkan karena Olimpiade, SMA
Permata Bangsa pun memasuki masa akhir semester. Yupz, bukan saatnya bagi Rina
untuk sedih dan galau memikirkan Ricky.
Setelah mengetahui kalau Sang Pangeran hatinya adalah seorang
jenius, maka Rina pun merasa harus bisa membuat Ricky bangga. Setidaknya nilai
rapornya gak harus tunda alias remedial. Itulah target Rina saat ini. Rina
semangat belajar di rumah hingga Nenek tampak senang melihat cucunya yang
biasanya cuma bisa baca komik, kini belajar dengan giat.
Kamarnya tertutup rapat dan di depan pintu kamarnya tertulis
tulisan “DILARANG BERISIK! SEDANG BELAJAR!”, Nah, karena Rina sedang belajar
dan gak mau diganggu, mending chapter ini di ending sampai di sini dulu sebelum
si Rina ngamuk. Selamat belajar Rina…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar