Malam ini aku bereksperimen dengan sebuah kabel data dan komputer. HP E63 ku yang kunamai “Nent” pun harus turut serta dalam eksperimen bodoh itu. Aku mencoba mencari jalan menyalin semua isi data maupun sistem HP ke dalam komputer atau lebih dikenal dengan nama Backup.
Memang berhasil dan terkompres serta terproteksi dengan aman dalam Folder pribadiku di komputer. Aku bisa mengosongkan sms-sms yang kusimpan sebagai bahan acuan Novelku. Kuhapus semua sms itu yang berjumlah sekitar 1896 pesan. Memang terlihat aneh bila seseorang menyimpan sms-sms yang diterimanya. Namun bagi orang yang baru belajar bersosialisasi dan berekspresi seperti saya ini, kata-kata mereka sangatlah berharga agar aku tidak terlihat membosankan. Oh ya, ada yang bilang aku cowok yang membosankan. Saat mendengar kata-kata jujur itu, aku tertawa sambil merenunginya. Aku jadi teringat kata-kata Professorku, “Jangan berprasangka buruk terhadap ucapan orang meskipun memang dia menghinamu.”
Aku jadi berpikir ada benarnya juga ucapannya. Aku selalu tampil dengan senyuman dan mencoba seramah mungkin pada setiap orang. Selalu menempatkan posisiku sebagai orang yang lebih muda dan orang yang lebih dulu mengalah. Mungkin mereka bosan dengan sikapku yang seperti ini. Bosan bukan karena tak suka tetapi bosan karena merasa kasihan padaku. Mungkin mereka merasa seharusnya aku tegas dan mengatakan tidak untuk sesuatu yang merepotkanku. Akupun menjadi terharu dengan pemikiranku ini. Mereka sungguh menyayangiku…
Nah, kembali ke eksperimen tadi…semua pesan itu kubabat habis termasuk sebuah pesan manis yang terselubung di dalam folder pesan. Sebuah pesan manis semanis es krim yang slalu dinikmatinya, kepadaku. “mau operasi. Dixi takut sekali. saya rindu kakak. -dixi”
Sebuah pesan yang sangat pendek dan polos. Aku membalasnya namun tak ada lagi balasan yang datang. Namanya Veronika, gadis kecil yang suka mengepang dua rambutnya. Tapi aku punya sebutan lain untuknya, yaitu Dixie. Aku sudah lupa kepanjangan dari Dixie tapi itu adalah obat penahan sakit pada leher/pita suara. Entahlah fungsi obat itu apa sebenarnya. Seandainya aku adalah anak farmasi, mungkin aku tahu.
Aku dua kali mengirim sms ke nomor itu tapi tidak terbalas. SMS pertamaku:
Halo Dixie, kakak juga rindu sama kamu. Darimana tahu nomorku? Gimana kabarmu sekarang dek?
Dan beberapa hari kemudian, aku pun mengirim sms lagi padanya:
Dixie… sudah sembuh? Gimana suaranya nih? Oh ya, kalo belum sembuh, Dixie sabar ya? Kelak akan ada Dokter yang bisa menyembuhkanmu. Kakak punya murid ada yang bercita-cita jadi dokter loh. Namanya Bintang, Dixie doakan kakak Bintang yah! Biar dia bisa jadi dokter hebat dan sembuhin kamu.
Dan kedua sms ini tak dibalas. Kadang-kadang aku mencoba menelepon namun nomor itu sudah tidak aktif. Aku jadi berpikir sepertinya ada yang mengerjaiku dengan berpura-pura menjadi Dixie. Tapi untuk apa berprasangka bila kita bisa melacaknya.
Pertama-tama aku melacak nomor itu di warnet dan ternyata nomor itu memang beroperasi pada jaringan seluler surabaya. Kemudian aku kembali ke rumah sakit itu. Aku bertemu lagi dengan Mami Icha, suster yang merawatku dulu. Dan ya, memang benar Om gadis itu meminta nomor HPku. Kebetulan di kartu rumah sakit masih tersimpan arsip diriku sebagai pasien dan juga nomor HP.
Dugaanku semakin sempurna bila dia adalah Dixie setelah melakukan penelusuran ini. Tapi aku tak tahu mengapa dia tidak membalas sms itu dan nomor itu pun sudah tidak aktif lagi.
Dan kembali lagi ke eksperimenku tadi… aku keasyikan melakukan pembersihan masal di HPku dan akhirnya… semua Kontak telepon terhapus. Awalnya aku tidak panik karena masih ada back up di komputer. Namun ternyata eksperimen ku gagal total. Backup yang telah terkompresi dan terlindungi itu isinya blank alias kosong. Aku jadi gelisah dan cemas, kucoba buka sekali lagi namun hasilnya tetap sama saja. Hilang sudah satu-satunya penghubungku dengannya.
Meskipun begitu aku tidak putus asa. Esoknya aku kembali ke rumah sakit dan menanyakan nomor dan identitas pasien. Semua itu kudapatkan dengan bantuan Mami Icha namun tetap saja nomor tujuan sedang tidak aktif. Sebuah kata-kata yang menurunkan mentalku.
Seorang dokter mendekatiku dan memberitaukan jika operasi Dixie di Surabaya kurang berhasil. Saat ini Dixie sedang menjalani perawatan lanjutan di Singapura. Di sana peralatan lebih canggih namun tidak ada garansi pasti suaranya bisa kembali lagi. Bila gagal, bisa-bisa saluran pernapasannya bisa terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian. Dan meskipun berhasil, butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahunan untuk mengembalikan suara Dixie. Sebenarnya Dixie sudah menyerah begitupun dengan keluarganya, namun begitu ada rujukan dari dokter di Surabaya, Dixie pun berani mengambil resiko kematian itu. Dia sendiri yang memilih pilihan itu meskipun tahu resiko yang akan dihadapinya sangat besar.
Dan hatiku pun lega mendengar penjelasan itu. Di sana ada sahabatku yang sedang kuliah psikologi. Semoga saja dia bisa dimintai bantuan. Aku jadi teringat perkataan sahabat lamaku, Shinta. “Wah, hebat. Kamu bisa hapal kode-kode ini dengan cepat. Bagaimana bisa?”
Yah, dulu aku selalu menghapal nomor maupun sandi siapapun, makanya bila password mereka lupa, mereka biasanya bertanya padaku. Namun, entah mengapa aku tidak bisa menghapal nomor HP Dixie itu. Mungkin karena berbagai masalah yang menumpuk di benakku sehingga aku kehilangan konsentrasiku. Akupun berusaha mengingatnya dan menuliskan sebuah pesan untuknya. Entahlah nomornya betul atau salah, yang penting aku berharap angin dapat menyampaikan pesanku ini. Pesan yang ingin kusampaikan padanya yang berjuang antara hidup dan mati. Mengabaikan segala resiko yang akan terjadi. Pesan untuk Dixie sang malaikat kecil pemberani.
Dixie masih tetap tegar dan berusaha… kakak senang sekali Dixie berani menghadapi operasi itu. Kita tidak tau apa yang terjadi nanti. Namun jangan menyerah dan putus asa hari ini. Mungkin suara Dixie yang hilang bisa kembali lagi besok. Yang Dixie butuhkan adalah percaya. Percaya bahwa semua itu bisa terwujud. Jika masih ada 1 persen kemungkinan berhasil, hadapilah meski 99 persen kemungkinannya gagal. Tuhan melihat keberanian dan kesungguhanmu untuk sembuh Dixie. Kakak salut padamu…
Sembuh maupun tidak sembuh… kakak selalu mendukungmu… (^o^)
Message sent! Dan hingga detik ini, pesan ini belum terbalas. Saya salut pada keberanian Dixie. Gadis kecil, 8 tahun yang tegar menghadapi masalah keluarganya dan tegar menghadapi penyakitnya. Sebuah ketegaran yang patut ditiru oleh kita yang sudah menyerah dalam masalah kita. Aku pun tidak akan menyerah dengan segala masalah yang kuhadapi ini. Aku jadi teringat lagu yang dinyanyikannya saat masih satu bangsal dengannya.
Tak ada manusia yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi
Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah
Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik
Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa
Jangan menyerah… Jangan menyerah… jangan menyerah…
Meskipun lagu ini dinyanyikan tanpa suara, tapi sungguh terdengar indah bagiku. Apalagi jika suaramu telah kembali…
Akupun takkan menyerah dengan eksperimenku. Dan akhirnya aku berhasil membackup semua data itu dengan selamat. Dan semua ini terinspirasi oleh sosok itu. Dixie…
SELESAI
Bagus bagus banget cerpennya....
BalasHapusterima kasih... jangan lupa di follow ya :)
BalasHapus