Part 3
Fans Club Pemuja Arya
Ternyata nggak hanya Matematika en Fisika doang, Bahasa Inggris pun dikuasai dengan baik oleh Arya. Aku mengecek setiap kata-kata yang udah dia artikan ternyata benar. Aku benar-benar kagum padanya. Tapi, kok dia pulang cepat banget sih. Aku kan pingin lebih tau banyak tentang dia. Lagian, lirik yang harus diartikan bukan Cuma satu, tapi lima . Terpaksa deh yang empatnya aku selesaiin sendiri.
Tak terasa angkot yang aku tumpangin sudah berada di depan sekolah. Kalo bukan karena penumpang lain yang juga satu sekolah mengatakan berhenti, tentu aku sudah terlewat hingga ke terminal karena lamunanku.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, di sana telah berdiri dua orang cewek, sepertinya anak kelas tiga juga yang terus melototin aku sejak turun dari angkot.
“Hei! Kamu Reni kan ? Anak IPA 2?” tanya salah seorang cewek berdandan agak menor.
“Iya. Emang kenapa?” tanyaku.
“Kemarin kamu ketemuan sama Arya kan ? Kamu nggak macem-macem sama dia kan ?” teman cewek menor mulai menginterogasi ku.
“Maksudnya?” tanyaku bingung.
“Jangan mentang-mentang kamu sebangku dengan nya, jadi bisa seenaknya ngomong atau ngecengin Arya. Kita cuma mau ngingetin kamu supaya nggak terlalu sok kecakepan.” Ucap si cewek menor.
Setelah mengucapkan ancamannya, mereka berdua berlalu sambil menubruk bahuku hingga aku terjatuh.
“Ren! Duh, kamu nggak apa-apa? Jahat banget sih mereka.” Ucap Erni yang baru aja turun dari angkot dan membantuku berdiri. Sedangkan Tuti yang turun dari angkot setelah Erni mengangkatkan tas ku yang ikutan jatuh.
“Siapa sih mereka?” tanyaku jengkel.
“Yang tinggi itu namanya Siti, kalo yang satunya Mala.” Jelas Erni.
“Yang dandanannya menor itu?” tanyaku memastikan kalo si cewek menor itu adalah Mala, soalnya dia yang sengaja nabrak aku sampe jatuh.
“Iya. Masa teman seangkatan aja nggak tau. Gaul dikit dong.” Ledek Tuti sambil memukul bahuku.
“Auw!” aku menjerit menahan sakit akibat pukulan ringan Tuti. “Teman habis kena tonjok malah ditambah.” Ujarku kesal.
“Hah! Emang kamu ditonjok tadi? Berani benar tuh orang.” Tuti mulai meledak.
“Eit! Tunggu dulu.” Aku mencaoba menahan Tuti yang mulai melipat lengan bajunya yang mulai bersiap untuk berperang. Emang sih dia agak tomboy, jadi ada sedikit sifat hero dalam dirinya. “Aku nggak ditonjok kok, cuma disenggol.” Tambahku lagi.
“Emang mereka siapa sih. Kok bisa tahu kalo Arya kemarin di rumah kamu?” tanya Tuti.
“Tau! Namanya aja baru tau sekarang.” Jawabku kesal.
“Sebenarnya sih mereka dari fans klub nya Arya. Siti tuh wakil ketuanya, sedangkan Mala jadi bendahara.” Jelas Erni.
“Hah! Emang Arya ada fans klub nya juga? Busyet! Hebat banget.” ucap Tuti penuh kekaguman dan keheranan.
“Makanya, gaul dikit dong.” Ucapku sambil memukul bahunya penuh kemenangan. Ledekannya tadi malah membalik ke dia. Tuti menanggapi dengan tampang cemberut plus tatapan paling seram yang dia miliki.
“Sudah, sudah skornya seri sekarang.” Erni segera melerai sebelum terjadi pertumpahan darah. “Ini pasti gara-gara si Helen. Dia kan yang jadi sekertarisnya fans klub Arya.” Sambungnya.
Aku dan Tuti berbalik menatap tajam ke arah Erni.
“Lho! Ada yang salah? Kok aku dipelototin sih?” Erni mulai telihat panik.
“Trus dari mana Helen tau kalo kemarin kita belajar kelompok?” tanyaku.
Erni nyengir mencoba meluluhkan amarah kami berdua. “Itu… dari… . Eh! udah bel tuh. Duluan ya?” ucapnnya setelah melihat wajah “no mercy” aku dan Tuti.
“Hey tunggu!” aku dan Tuti pun menyusul mengejarnya.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar