Hari itu aku baru saja selesai rapat Mading bersama anggota mading. Setiap pulang sekolah, aku selalu melewati jalan ini menuju rumahku. Ada sebuah rumah besar berlantai dua dengan halaman yang luas. Di lantai dua, ada sebuah jendela yang menghadap ke arah jalan. Entah mengapa aku memperhatikan jendela itu agak lama. Tiba-tiba muncullah sosok bayangan yang menatap padaku. Aku pun lari begitu saja dari depan rumah ini.
Siapakah sosok itu? setahuku rumah itu kosong dan tidak ada penghuninya. Apakah itu sosok penampakan? Ah, sepertinya gak mungkin ada hantu di siang bolong. Mungkin aku terlalu kelelahan saja.
***
Sejak hari itu, aku selalu memperhatikan jendela rumah itu setiap kali aku melewatinya. Terkadang aku melihat sosok itu, namun kadang-kadang hanya bayangan hampa yang ada dibalik jendela.
semakin hari semakin jelas sosok bayangan yang ada di balik jendela. Sosok seorang gadis kecil dengan tatapan kosong. Dan semakin hari, aku semakin berani menatap jendela itu berlama-lama. Akhirnya aku pun menceritakan kejadian ini pada sahabat-sahabatku saat rapat mading selesai.
"Mungkin itu hantu!" sembur Imel yang terlihat begitu antusias dengan ceritaku dan merapat.
"Mana ada hantu siang-siang gini!" jelas Chika.
"Atau cuma halusinasi saja." Ucap Nia dengan yakin sambil membereskan buku-bukunya.
"Gimana kalau kita kesana?" Usul Lisa.
Sepertinya Lisa begitu bersemangat. Saking bersemangatnya matanya sampai melotot sehingga matanya seperti mau keluar menerobos kacamatanya.
"Kayaknya seru tuh!" Neva pun terlihat bersemangat.
Chika dan Lamria pun mengangguk dengan penuh semangat.
"Jangan, lebih baik nggak usah deh. Gimana kalau hantunya gentayangin kita?" Tolak Imel.
"Dasar Imel penakut, Pikiranmu hantu-hantu melulu!" Ledek Lamria hingga membuat Imel cemberut.
"Pokoknya aku nggak mau ikutan!" Imel ngelunjak dengan gaya ngambeknya yang menggembrotkan pipinya itu.
"Hey, Kalian lagi ngomong apaan sih? kok belum pulang? dikit lagi Om Pit tutup gerbang loh."
Suara Kak Fenny membuat kami terdiam sejenak. Kami jadi tersadar kalau sudah setengah jam berlalu sejak pertemuan Mading berakhir.
"Iya Kak Feni. Kakak kenapa belum pulang?" Tanya Chika.
"Mau Ketemu Pak Alam buat ngasih formulir yang sudah diisi sama anggota baru mading." Jelas Kak Fenny.
"Oh, Kirain mau ketemu Pak Guru karena ada ehem-ehemnya" Goda Imel dan Lamria.
"Ih, Kalian ini pikirannya kayak gitu. Cepat pulang sana."
"Hahaha. Sory Kak!" Sesal Imel namun tampang menggoda masih diperlihatkan sehingga Kak Fenny agak salah tingkah.
"Iya deh, kita pulang. Kan nggak mau gangguin kalian berdua." Aku pun turut menggoda.
Kak Fenny terlihat panik dan akan menimpuk kita dengan tasnya.
"KABUUUR!" seru kami serempak.
***
Aku, Lisa, Chika, Neva, Lamria dan Imel yang terus menempel dengan Lamria, akhirnya memberanikan diri kami untuk mengunjungi rumah kosong ini.
"Kita pulang saja yuk!" rengek Imel.
"Dasar penakut, udah terlanjur di sini jadi tanggung kalo pulang." Ucap Lisa.
Kami pun membuka pagar sambil memperhatikan jendela di lantai dua itu. Tak ada sosok gadis kecil dari balik jendela itu. Perlahan kami memasuki halaman rumah itu. Imel masih memeluk erat Lamria sambil berkomat-kamit memanjatkan doa. Aku pun memanjatkan doa dalam hatiku.
"Kita kayak pencuri aja yah Neva?" gurau Rolindri.
"Iya! Gimana kalau ternyata rumah ini ada penghuninya." Neva tampak cemas.
"Itu sih gak apa-apa. Gimana kalau rumah ini ada hantunya?" Imel masih hiperbola dengan pikiran horornya.
"Ah, jangan cemas berlebihan gitu Mel. Kita ber-enam jadi gak perlu takut." Aku mencoba menenangkannya.
Suasana tegang menyelimuti kami seiring semakin dekat dengan rumah itu. Kami mencoba tenang dan meringankan langkah kaki kami agar tak terlalu ribut.
"Siapa yang buka pintunya nih? Aku gak mau buka ah!" tanya Chika.
"Kamu aja fany? Kamu kan udah biasa lewat sini." Nia menunjukku.
"Nggak ah, aku takut! Imel aja yang buka." elakku.
"Idih, Nggak mau!" Imel langsung menolak dengan tegas.
"Rolindri, kamu aja." Tunjuk Chika.
"Nggak ah aku takut." Tolak Rolindri.
"Aku juga takut!" Neva pun menolak sebelum ditunjuk.
"Dasar penakut semuanya. Sini biar aku aja yang buka." Lisa pun berinisiatif.
Perlahan demi perlahan tangan Lisa mulai menyentuh gagang pintu rumah ini.
"LISAAAAA!"
"Kenapa Mel?" tanya Lisa yang kaget mendengar jeritan Imel itu.
"Nggak apa-apa kok. Hati-hati yah?" ucap Imel sambil nyengir.
"Dasar. bikin jantung kumat aja." gerutu Lamria yang paling kaget karena Imel berteriak di dekat telinganya.
Lisa pun berbalik dan membuka kembali pintu itu, namun tiba-tiba saja kenop pintu terputar dan pintu pun terbuka.
"KYAAAAAAAA! HANTUUUUUUUU!!!!!!"
bersambung...
Tribute to Mading 2009 "Red vs Pink" (Edisi Pertama mading, 14 Februari 2010)
- Habi - Dita - Putri - Fenny - Chika - Rolindri - Imelda - Lisa - Lamria - Rahmania - Neva - Stefanny -
"Berkarya tanpa batas..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar