Part 22
Erwin Atau Arya?
Malam ini aku masih kepikiran ucapan Erwin. Saat ini aku tak
tahu harus berbuat apa. Aku ingin bilang kalau sekarang aku telah memiliki rasa
pada Arya. Tapi aku masih takut, masih jaim. Aku gak mau disamakan dengan para
fansklub Arya. Aku takut mereka berpikir aku sama saja dengan para fansclub
Arya yang kerjanya ngejar-ngejar Arya. Aku takut mereka berpikir kalo aku tuh
jatuh cinta hanya karena tampang doang.
Aku jatuh cinta pada wajah kedua Arya. Wajah yang nggak
pernah dia tunjukin kepada orang lain. Yah, itulah alasanku. Aku mencintai
hatinya bukan karena wajahnya. Aku gak seperti cewek-cewek centil yang hanya
bisa mengidolakan Arya dan memujinya secara berlebihan.
Tapi aku nggak tahu isi hati Arya yang sebenarnya padaku.
Apakah dia menyukaiku sebagai wanita? Bukan sebagai teman atau sahabat. Tapi
jujur aku pun masih berharap pada Erwin. Aku bingung dengan diriku sendiri
sebenarnya hatiku ingin memilih siapa?
Cokelat putih pemberian Erwin masih tergeletak di atas meja
belajarku. Aku gak menyentuhnya sama sekali, padahal biasanya aku sangat girang
bila diberi cokelat.
Boneka Teddy Bear ini pun hanya kusimpan di atas lemari dan
berjejer dengan boneka-boneka lainnya. Aku mengambilnya kembali dan berbicara
pada boneka itu dan menganggapnya layaknya Erwin.
Erwin! Kamu tega
banget deh. Kamu tahu gak waktu itu dua minggu sebelum ujian mu. Aku
memanggilmu, aku ingin bicara dengan mu, aku ingin meluruskan kesalah pahaman
ini. Agar kamu bisa mengerti dan tahu bahwa saat itu hanya kamu yang kusayang.
Aldo itu sahabatku
sejak SMP… Aku, Erni dan juga Aldo sudah bersama sejak SMP. Kami hanya teman.
Tapi mengapa Erwin lebih mendengarkan mereka? Mereka hanya sirik dengan
kedekatan kita. Mereka ingin menghancurkan hubungan ini. Dan yang bikin aku
kecewa. Kamu lebih memilih mendengarkan perkataan mereka.
Jujur sebelumnya
aku juga cemburu saat mendengarmu berboncengan dengan Kak Tia saat les. Dan
kamu bilang Kak Tia hanya teman les dan kebetulan di tempat les itu hanya Kak
Tia yang satu sekolah denganmu. Aku bisa mengerti meskipun sikapku jadi marah
padamu. Itu berlangsung hanya beberapa hari saja dan aku pun memaafkanmu.
Kamu Egois Erwin,
kamu bisa bebas jalan dengan temanmu yang cewek. Sedangkan Aku selalu kamu
curigai saat aku jalan dengan teman cowok. Kamu selalu pintar membuat alasan
hingga aku bisa memaafkanmu. Namun jika aku yang bersalah, kamu selalu
memalingkan wajahmu dariku. Kamu cuekin aku hingga aku sering menangis karena
mu.
Setelah ujian,
syukurlah kamu bisa memahami ku. Dan kita kembali akrab apalagi saat kamu
menemani Imel untuk belajar bareng di rumahku. Syukurlah kamu juga udah ngerti
dan memaafkanku. Kamu pun udah tidak cemburu lagi sama Aldo. Kamu, Aldo, Erni,
Imel dan Tuti belajar di kamarku. Mama sampai tidak curiga bahwa kita pacaran dan
membiarkanmu masuk. Mama waktu itu berpikir kamu hanya temanku yang kebetulan
pintar dan mau belajar bersama.
Kamu mengajari kami
Fisika dan bahasa Inggris. Dan aku sangat senang diajar olehmu. Sejak saat itu
aku jadi suka banget sama pelajaran Bahasa Inggris. Kamu dan Aldo bahkan jadi
akrab dan aku bersyukur bisa melihat pacarku dan sahabatku rukun seperti itu.
Lagi-lagi aku
cemburu saat melihatmu berboncengan dengan Kak Tia. Padahal Ujian udah selesai.
Aku marah karena kamu tidak memberikan penjelasan apa-apa. Setiap kali kamu mau
mengajakku aku tolak dan nyari alasan supaya tidak keluar. Kalau kamu ke rumah,
aku pun menolak menemuimu. Aku masih marah padamu. Aku marah karena cemburu
padamu. Aku cemburu karena aku sangat sayang padamu.
Akhirnya saat kamu
mendengar kelulusan. Aku senang kamu lulus namun aku sedih karena tak bisa lagi
melihatmu di sekolah. Aku pun memaafkanmu dan aku ingin hubungan kita lanjut
kembali.
Aku melihatmu
tersenyum puas setelah mendengar bahwa kamu lulus. Kamu tertawa dengan penuh
suka cita dan melompat kegirangan. Pingin deh bergabung denganmu dalam suka
cita itu. Aku juga ingin mengucapkan selamat atas kelulusanmu.
Tapi ternyata kamu
malah ngambek padaku karena beberapa hari aku terlihat seakan-akan
menghindarimu. Yah, kuakui aku salah karena bertindak berlebihan karena
cemburu. Tapi aku ingin di acara perpisahan ini bisa menemanimu melepas
masa-masa SMA mu. Aku jadi sedih dengan sikapmu itu…
Aku menangis di
koridor sekolah. Untung saat itu sepi jadi tak ada yang tahu aku menangis. Aku
menangis karena sikapmu Win!
Saat itu, tiba-tiba
aja Aldo datang. Aku udah nganggap Aldo sahabat dan gak sungkan-sungkan
padanya. Aku pun nangis dalam pelukannya. Aku nggak tahu harus bagaimana. Jadi
kulampiaskan air mataku pada Aldo.
Aldo hanya diam
saja. Dia udah tahu aku kalo lagi nangis gak akan cerita apa-apa. Makanya Aldo
diam dan hanya membelai kepalaku sebagai sahabat sejatinya…
Dan Erwin, kamu pun
muncul tanpa tanya ini itu. Kamu langsung mukul Aldo hingga berdarah. Bukan itu
aja, kamu juga berani menamparku. Aku seperti kehilangan sosok Erwin yang
selama ini aku kenal. Kamu menjadikan kebaikan Aldo tadi sebagai bukti dan
pembenaran bahwa aku pacaran sama Aldo. Padahal Aldo ingin menjelaskan padamu
tapi kamu malah memukulnya. Ucapanku pun gak kamu dengarkan dulu. Dan kamu pun
pergi begitu aja dariku.
Seminggu lebih kamu
nggak memberiku kabar. Padahal aku akan ujian semester tapi tak ada yang
menyemangatiku. Hanya Imel dan Tuti aja yang menyemangatiku. Aku dan Erni
saling marahan saat itu.
Akhirnya kamu pun
pergi tanpa bilang apa-apa padaku. Kamu tiba-tiba aja menghilang. Untung aja
ada Imel yang memberitahukanku bahwa kamu ternyata kuliah di luar kota.
Dan selama sebulan
lebih aku terus menangisi kepergianmu… aku benci kamu Erwin. Tapi aku sangat
sayang sama kamu… aku rindu padamu dan terkadang aku selalu berharap kamu
muncul dihadapanku dan menawarkan kembali cinta. Cinta yang saat itu sedang
diuji dan belum sempat kita jalani dengan sempurna.
Kadang aku berpikir, aku ini bodoh yah? Tetap setia menjaga
perasaan sama Erwin selama dua tahun ini. Mungkin aja Erwin di sana sudah punya
pacar. Mungkin aja Erwin gak memikirkanku lagi. Padahal banyak cowok yang
kelihatannya tertarik padaku dan menembakku. Tapi aku lebih memilih hidup
bersabar. Syukurlah aku lebih memilih hidup bersabar untukmu.
Aku pun mendengarkan kembali lagu kita berdua. Lagu yang
sering kudengarkan saat bersamamu maupun saat mengingat dirimu dalam penantian.
Lagu yang selalu menguatkanku untuk tetap tersenyum. Dan tetap bertahan untukmu…
Dalam lelah ku
berharap
Datangnya sebuah
keajaiban
Walau berat
kurasakan
Namun kulakukan
semua untuk cinta
Bila sampai di
malam ini aku masih bertahan
Ini semua
persembahan untukmu
Bila kini aku
bahagia bukan hanya untukku
Disini kita pernah manis
bersama
Semoga cinta slalu
ada dalam hati kita…
Selamanya cinta ini
akan kusimpan… selamanya…
(Mike – Semua Untuk
Cinta)
Lagu ini pun menemani tidurku malam ini…



Arya atau Erwin? Aku masih saja memikirkan itu. Hidup itu
penuh dengan dilema saat kita dihadapkan kepada dua buah pilihan. Namun
bersyukurlah karena kita punya pilihan dalam hidup.
Tapi… untuk kali ini aku sungguh sangat bingung. Jika aku
menceritakan masalahku pada mereka apa mereka akan mengerti? Tapi aku sudah
janji pada Arya untuk tidak menceritakan dirinya dan wajah keduanya itu.
Aku harus bagaimana? Siapa yang harus aku pilih? Arya atau
Erwin?
“Ren!” Suara Imel terdengar sayu menegurku dan membuyarkan
lamunanku.
“Iya Mel?” ucapku.
Hari ini sahabatku Imel akan berangkat. Aku, Tuti dan Erni
mengantarnya ke bandara. Kami kompak langsung ke bandara seusai bubaran sekolah
tanpa mengganti seragam kami.
“Aku sedih berpisah lagi dengan kalian. Kalian sahabat
terbaik yang pernah aku punya.” Ucapnya.
Aku jadi terharu dan mataku mulai berkaca-kaca. Namun aku
masih bisa menahan air mataku. Semalam aku sudah banyak menangis jadi hari ini
aku harus tersenyum melepas keberangkatan Imel.
“Iya, Erni juga sedih.” Ucap Erni sambil berderai air mata.
“Kita pasti akan ketemu kembali kok Mel.” Tuti mencoba
menegarkan kami.
“Betul tuh Mel! Jangan sedih ya say!” aku pun mencoba tegar.
“Makasih! Lain kali kalian main ke medan yah?” pinta Imel.
Kami mengangguk dengan senyuman. Suara panggilan dari
pengeras di bandara berbunyi.
“PENUMPANG TUJUAN MEDAN DIPERSILAHKAN NAIK KE PESAWAT MELALUI
PINTU SATU!”
“Mel, sepertinya kamu udah harus naik ke pesawat tuh.” Ucap
Tuti.
Kami pun berpelukan sebelum Imel pergi. MizzTERI Girl pun
harus berpisah. Namun di hati kami Imel tetap hadir dalam kekompakan kami.
“Oh ya Ren! Nih ada sesuatu buatmu. Dari Erwin.” Ucap Imel
sambil memberiku sebuah kotak bungkusan berwarna cokelat.
Aku menerimanya dengan penuh rasa penasaran. “Makasih yah
Mel!” ucapku.
Dan setelah memberikan itu Imel pun masuk ke dalam bandara.
Aku, Erni dan Tuti menatap dengan haru kepergian Imel sambil melambaikan tangan
kami.
Sahabat sejati tidak akan pernah mengucapkan kata selamat
tinggal. Sahabat sejati akan berkata, kita pasti akan bertemu kembali. Yah Mel,
kita pasti akan bertemu kembali. Berjuanglah untuk Ujian akhir dan semoga kamu
bisa keterima di Singapura.
Setelah mengantar Imel, kami kembali pulang ke rumah
masing-masing. Dan aku juga masih penasaran dengan isi bungkusan yang diberikan
Imel tadi.
Sesampainya di
rumah…
Aku menemukan sebuah Compact Disk di dalam bungkusan yang
diberikan Imel tadi. Ada kertas pesan yang bertuliskan. “INI UNGKAPAN
HATIKU!!!”
Ini tulisan tangan Erwin. Hmm… udah lama aku gak melihat
tulisan ini. Aku pun memutar CD ini pada Disk playerku. Sebuah alunan merdu
suara gitar yang sepertinya dimainkan Erwin membuka suara dari headphoneku. Dan
suaranya pun menggema…
Hai Ren… Ini aku
Erwin. Aku mau nyanyi sebuah lagu untukmu. Spesial untuk orang yang paling
kusayang…
Masihkah mungkin ku
kembali untuk mengisi harimu
Yang jelas hati ku
tak lagi sanggup jauh dari mu
Aku kan berjanji
takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya
seorang lelaki yang terkadang tak lepas dari godaan
Harus kumiliki
kesempatan untuk menyayangmu lagi
Aku kan berjanji
takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya
seorang lelaki yang terkadang tak lepas dari godaan
Ku lihat kau ragu…
adakah yang tlah mengganti?
Aku kan berjanji
takkan mengulang segala kesalahan
Aku kan mengabdi
pada satu cinta dan itu dirimu
Jujur ku hanya
seorang lelaki yang terkadang tak lepas dari godaan
Maafkan aku yah
Ren? Maafkan aku…
Aku sungguh tak
bisa hidup tanpamu. Apakah kamu masih mencintaiku? Apakah masih ada kesempatan
kedua? Malam ini aku gak bisa tidur Ren. Aku terus kepikiran sama kamu. jadi
aku rekam suaraku deh.
Aku benar-benar
minta maaf Ren. Dan aku janji gak akan pernah lagi mengecewakanmu karena aku
sangat sayang dan cinta sama kamu…
I Love you Ren!
Suara rekaman Erwin pun terhenti seiring suara gitar yang
melemah dan menghilang. Erwin menyanyikan lagu pada satu cinta milik Glen
Fredly mewakili isi hatinya. Aku jadi tersentuh…
Semalam Erwin merekamnya. Dan memang Erwin lumayan jago
komputer dan musik. Terutama gitar. Dulu Erwin slalu memainkan lagu untukku
hingga membuatku tersipu malu.
Oh Tuhan… aku jadi makin dilema dan gelisah. Cinta lama
bersemi kembali bersamaan dengan perasaan penuh harap pada cinta yang baru. Apa
yang harus kulakukan?
Memperbaiki cinta lama atau memperjuangkan cinta baru? Namun
aku masih ragu apakah Arya mencintaiku? Apa mungkin perhatiannya selama ini
hanya sebatas teman atau sahabat saja. Sebenarnya aku lumayan menaruh harapan
padanya.
Tiba-tiba saja telepon dari Arya datang. Anak itu sepertinya
emang benar-benar ada indera keenamnya. Setiap kali dipikirin slalu aja nelpon.
“Assalamualaikum!” sapaku.
“Walaikumsalam!” balas Arya.
“Knapa nelpon nih. Rindu ya?” godaku.
“Iya!” jawab Arya sambil nyengir.
“Masa sih?” godaku lagi.
“Ehehe! Nggak, aku Cuma mau bilang kalo sekarang aku sudah
bisa jalan-jalan tanpa tongkat. Agak nyeri sih tapi lumayan bisa ditahan.”
Jelas Arya.
Aku jadi agak kecewa dengan jawabannya namun aku bersyukur
dia udah mulai agak baikan. “Oh ya? Syukurlah.” Ucapku.
“Mungkin dalam minggu ini aku bakalan masuk sekolah. Jadi
kalo ada PR atau ulangan, bilang yah? Biar aku bisa siapin semuanya.” Jelasnya.
“Okey! Hmmm!”
“Knapa Ren? Mau bilang sesuatu?” tanya Arya.
“Aya sebenarnya anggap Reni sebagai apa sih?” tanyaku.
Aku ingin memastikan hatinya. Aku gak mau menyesal dan terus
bertanya-tanya dalam hati tentang perasaan Arya terhadapku. Aku lelah
berangan-angan menjadi kekasih Arya.
“Kita kan teman. Tapi sebenarnya Aya lebih senang menganggap
Reni sebagai sosok Kakak. Sifat Reni agak mirip sama Kak Wina sih. Makanya Aya
suka dan berani terbuka sama kamu. emang kenapa Ren? Kok tanya begitu sih?”
jelas Arya.
“Oh gitu. Iya, maaf yah kalau pertanyaanku buat Aya bingung!”
ucapku dengan nada kecewa.
Aku langsung menutup telepon tanpa pamit ataupun salam.
Kenapa aku marah? Kenapa aku kecewa dengan jawaban Arya?
Ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan. Tapi syukurlah
karena sekarang aku udah nggak terlalu berharap. Aku bisa memberi kepastian
pada Erwin kalau selama ini aku menunggunya.
Arya atau Erwin? Hmm… mungkin memang benar apa kata
sahabat-sahabatku. Erwinlah cinta sejatiku selama ini. Aku khilaf karena
terpedaya oleh kebaikan juga ketampanan Arya. Erwinlah cinta sejatiku…
Tapi apa ini? Kenapa air mataku malah jatuh? Kenapa aku terus
berharap Arya jatuh cinta kepadaku?
Sudahlah Ren, hapus air mata ini. Kok aku jadi cewek lemah
gini sih? Ayo buat keputusanmu Ren… aku harus nentuin siapa yang aku pilih.
Erwin atau Arya?
Dan keputusanku adalah… Erwin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar