Chapter
6
Kencan
Yang Mendebarkan
“Halo?” Hana menyapa
seseorang yang meneleponnya
“Han! Hari ini aku
senang banget loh. Bentar sore aku mau kencan sama Ricky!” Rina mulai
berceloteh tanpa basa-basi maupun salam.
“Wah, Kok bisa tuh?
Serius?” tanya Hana penasaran dan takjub.
Selama ini Ricky
terkesan terlalu cool dan cuek. Selama dengan Rina, Hana gak pernah sekalipun
melihat atau mendengar hal-hal romantis yang dilakukan Ricky. Kadang-kadang
Hana berpikir Ricky hanya mempermainkan Rina atau Rina memang kege-eran dan
mengira Ricky menerima penembakannya. Rina memang gampang ge-er dan selalu
mengambil keputusan tanpa mendengarkan penjelasan orang hingga akhir. Namun Hana
gak pernah memberitahukan pikirannya itu ke Rina. Dia tidak mau merusak
kebahagiaan sahabat nya itu. Hana berpikir lebih baik Rina tahu sendiri dari
Ricky meskipun nanti dia akan sedih dan sakit hati.
Tapi kali ini Ricky dan
Rina kencan? OMG, seantero sekolah bisa heboh banget bahkan gempar kalo berita
ini nyebar.
“Semalam aku taruhan
bola sama dia. Terus aku menang deh. Taruhannya, kalo Rina kalah. Rina bakal
jauhin Ricky. Tapi kalo Ricky yang kalah, hari ini kita kencan.” Jelas Rina
menggebu-gebu.
Hana hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Trus menang nih say?”
“Yap!” Rina mengangguk
semangat.
Hana tertawa kecil.
“Wah, selamat yah. Aku turut senang deh. kapan kencannya?” tanya Hana.
“Bentar sore Han! Tapi
gimana nih? Aku bingung mau pakai apa?”
“Pake aja yang buat
kamu nyaman!” nasehat Hana.
“Semua bajuku nyaman
dipake kok. Han! Ke sini yah? Tolongin aku.” Pinta Rina.
“Oke deh. Tunggu ya?
Dikit lagi aku ke sana.”
Beberapa menit kemudian…
Hana telah sampai di
rumah Rina. Rumah Hana lumayan dekat dan hanya berjarak sekitar 50 meter-an.
Meskipun berbeda kompleks namun perumahan tempat Hana tinggal saling
bersebelahan.
Kini keduanya sudah
berada di kamar Rina. Isi lemari Rina pun dibongkar semuanya. Hari ini adalah
kencan pertamanya seumur hidupnya. Rina sudah 16 tahun namun baru kali ini dia
pacaran. Berbeda dengan Hana yang sudah pengalaman menjalani cinta monyet saat
SMP dulu.
“Han! Gimana dengan
yang ini?” tanya Rina sambil memamerkan baju pink dengan motif beruang.
“Terlalu
kekanak-kanakan!” komentar Hana.
“Yang ini?” Kali ini
Rina memamerkan baju orange kesayangannya.
“Itu hampir tiap hari
kamu pakai. Ini kan momen spesial.” Ucap Hana.
Rina tampak kecewa
namun dia tetap tidak putus asa. Hana pun dengan tampang seriusnya mulai
memilah-milah. Gayanya seperti seorang perancang busana dan Rina sebagai
modelnya. Beberapa pakaian dicocokkan dan jari telunjuknya diletakkan di
bibirnya dan matanya melotot ke atas. Itu tanda kalau Hana sedang berpikir.
Jika ada perubahan, matanya dicipitkan sambil mengubah gaya penampilan Rina.
Sekitar satu jam Rina
didandani oleh sahabatnya Hana. Akhirnya sang model berhasil mendapatkan gaun
terbaiknya.
“Rin! Aku yakin Ricky
bakalan klepek-klepek liatin kamu.” Hana mulai membanggakan hasil dandanannya.
“Masa sih?” Rina jadi agak
ragu.
“Percaya deh sama Hana.
Kamu terlihat sangat cantik loh!” Ucap Hana dengan bangga.
“Makasih yah Han!” ucap
Rina sambil tersenyum puas dengan penampilannya.
“Tidak apa-apa. Bentar
jangan terlalu kecentilan.” Nasehat Hana.
“Kayak nenekku aja
Han!” gerutu Rina.
Mereka berdua lalu
tertawa bebas. Rina yang sejak tadi gugup dan gak tenang sudah mulai santai.
Hana menambahkan beberapa polesan make up dan akhirnya Rina pun telah siap
untuk pergi kencan.
Kakek dan nenek Rina
tidak curiga sebab ada Hana yang menemaninya keluar sehingga mereka berpikir
Rina jalan bareng dengan Hana. Yah, Hana seperti ibu peri yang membantu Cinderella
menuju pesta dansa sang pangeran.
***
Rina berdiri sambil
bersandar di pintu gerbang sekolah padahal sekarang hari minggu dan pagar
tertutup rapat hari ini. Wajah Rina tampak cerah, berbeda dengan cuaca sore ini
yang muram karena mendung sedang menyelimuti.
Namun Rina gak perduli
suasana hati alam. Dia terlihat riang dengan balutan kaos biru muda dengan
sweater abu-abu yang menutupi pundak dan lengannya. Mendung membuat udara sore
itu menjadi agak dingin. Celana jeans dan sepatu kets berwarna pink menghiasi
kakinya.
Rina memperhatikan jam
tangan pink di tangan kanannya sambil celingak-celinguk menoleh kiri dan kanan.
Dia sedang menunggu seseorang di sana.
Dari kejauhan, sebuah
mobil sedan mendekati sekolah dan berhenti tepat di depan gerbang. Seseorang
turun dari mobil itu dengan perlahan. Dia tidak lain adalah Ricky yang baru aja
kalah taruhan.
Yupz, sore ini mereka
akan kencan seperti janji Ricky bila timnya kalah dalam pertandingan bola. Dan
Ricky pun menepati janjinya pada Rina.
Tampang Ricky terlihat
lesu. Mungkin karena semalam begadang dan mimpi buruk. Ditambah lagi hari ini
dia bakalan menemanin nona cerewet yang usil dan centil. Cuaca hari ini yang
mendung seakan menjadi perwakilan suasana hatinya.
Ricky mengenakan Kemeja
kotak-kotak berwarna hijau tua yang dibiarkan kancingnya terbuka sehingga
terlihat jelas kaos oblong berwarna putih di baliknya. Celana kargo hitam terlihat
selaras dan menunjukkan kesan santainya.
“Hi Ky!” sapa Rina.
“Ya!” jawab Ricky
singkat dan agak malas-malasan.
“Kita kemana nih?”
tanya Rina.
“Aku tidak tahu daerah sini. Kamu saja yang
nentuin tujuan.” Ucap Ricky.
“Hah? Beneran? Asyiik!”
Rina Sumringah. “Pak Udin pulang aja yah? Kita mau naik bus aja biar romantis.”
Sambung Rina.
Pak Udin menatap ke
arah Ricky. Ricky memberi kode dengan sebuah anggukan. Pak Udin pun berlalu.
“Nah Ky, nonton yuk?”
ajak Rina.
Ricky gak menjawab
apa-apa namun dia mengikuti langkah Rina dari belakang. Mereka berjalan
beberapa meter hingga ke halte bus.
Selama menunggu bus
datang, Rina mulai berceloteh tentang kejadian semalam. Rina tidak membahas
tentang pertandingan itu, namun yang dia bahas adalah tentang reaksi dan kegilaannya
menonton hingga membuat tetangga sempat marahin Rina tadi pagi.
Gak terasa bus pun
datang dan mereka berdua menaikinya. Mereka berdua duduk bersebelahan di dua
bangku pojok. Ricky duduk di dekat jendela dan Rina duduk di sebelahnya.
Sepanjang perjalanan Ricky hanya memandangi keluar jendela bis. Angin dari
jendela mengibaskan rambutnya yang tersisir rapi. Sementara itu di sebelahnya
Rina tak henti-hentinya bercerita. Entah apa yang dia ceritakan, semuanya gak
didengarkan oleh Ricky.
Gak terasa mereka pun
tiba di mall. Di lantai tiga mall terdapat bioskop TO. Mereka pun memasukinya
dan menonton film drama barat. Suasana di dalam bioskop gak dapat terlukiskan.
Hehehe! Pasti penasaran kan? Maklum lah, kan gelap banget. Lagipula aku bisa
kena pelanggaran hak cipta bila menceritakan isi film itu di novel ini. Takut
ketebalan dan dimarahin editor. Hihihi!
***
Sehabis nonton, mereka
berdua menyempatkan diri makan di café sebelum pulang ke rumah. Kebetulan ada
café dekat halte bus.
Sebenarnya Ricky sudah ingin
pulang tapi karena Rina merengek kelaperan, makanya mereka singgah di café.
“Ky! Rina gak pernah
makan di café. Di warung baksonya Mas Heru enak loh. Kesana yah?” pinta Rina.
Warung Mas Heru adalah
warung bakso langganan Rina yang letaknya di depan sekolah. Saat malam begini
warung itu pun tetap buka meskipun anak sekolah sudah pulang. Dan baksonya
uenak loh, gak kalah sama yang ada di Mall. Hehehe, maaf promosi ya.
“Gak! Udah terlanjur
masuk begini.” Ucap Ricky dengan gaya dinginnya.
“Huh! Ya udah!” Rina
akhirnya nurut.
Rina memesan semangkok
mie goreng spesial dan segelas jus jeruk. Butuh hampir setengah jam hingga Rina
bisa menentukan menu makan malamnya itu. Awalnya Rina memesan mie pangsit, tapi
sebelum dipesan Rina menginterogasi pelayannya dahulu sebelum memesan. Setelah
itu muncul menu French Fries dan ternyata Rina baru tahu kalo itu kentang
goreng. Setelah melihat tampang judes Ricky, Rina pun memesan mie goreng
spesial dengan spontan. Sedangkan Ricky hanya memesan Fried Sandwich dengan air
mineral botol. Waduh, kok jadi acara wisata kuliner gini? Ini kan novel cinta.
Ckckckck!
“Ky! Kok makannya dikit
banget. Pantesen di sekolah gak bersemangat. Kalo mau nih Rina kasih mie goreng
dikit.” Ucap Rina sambil menawarkan.
Ricky hanya diam sambil
menggeleng.
“Kenapa? Rina cuapin
yah?” gaya centil Rina mulai nampak.
Alhasil Ricky pun
melototin Rina hingga membuat tampang Rina jadi bete dan terlihat agak merajuk.
Ricky makan dengan
perlahan layaknya seorang pangeran yang terbiasa tinggal di istana dengan
aturan-aturan dan tata cara makan yang elegan. Sementara Rina terlihat agak
canggung dan gugup. Dia lebih sering memperhatikan Ricky yang sedang makan
daripada menikmati makanan di hadapannya itu.
Terlihat Rina agak
tersipu malu hingga wajahnya memerah saat sedang memperhatikan Ricky di
hadapannya. Hari ini adalah hari yang gak akan pernah dilupakannya. Rina jadi
kehilangan nafsu makannya karena dia lebih menikmati sosok Ricky di hadapannya
daripada mie goreng pesanannya.
Terkadang Rina mencoba
meniru gaya makannya Ricky namun dia malah jadi jenuh dan tidak bisa menikmatin
makanannya. Alhasil hanya beberapa sendok yang berhasil masuk ke dalam perut
Rina.
Selesai makan, hujan turun lebat. Untung saja Ricky
sudah mengantisipasi dengan membawa payung. Sementara Rina tidak membawa
apa-apa.
Asyiik! Sepayung berdua
bareng Ricky pikir Rina.
“Ky, Rina gak bawa
payung. Bareng yah?” pinta Rina dengan tatapan memelas.
Ricky pun memberikan
payungnya pada Rina dan dia singgah ke Toko di dekat sana untuk membeli payung
sendiri.
Rina tampak kesal namun
dia tetap menerima payung itu. Setidaknya dia bisa memakainya saat perjalanan
menuju rumah dari halte bus nanti.
Mereka berdua kini
duduk saling diam di dalam bus. Rina mencoba menyandarkan kepalanya dibahu
Ricky. Namun lagi-lagi Ricky menghindar sambil melotot padanya.
Gak terasa 15 menit
perjalanan di Bis berlalu begitu cepat. Gak ada suara selama perjalanan pulang
seperti halnya saat perjalanan pergi tadi. Rina sudah lelah dan kecapaian.
Namun wajah Rina tampak berseri-seri. Rina turun dari bis lebih dahulu.
“Ricky tahu jalan
pulang kan?” tanya Rina.
Ricky mengangguk.
“Ky, terima kasih yah
atas hari ini.” Ucap Rina sambil tersenyum.
Ricky hanya diam dan
menatapnya sekilas. “Yah!” ucapnya.
Rina pun turun dari
bis.
***
Dear Diary
Hari ini aku senang
sekali. Ini kencan pertamaku yang sangat mendebarkan. Aku gak akan pernah lupa
hari ini. Meskipun gak seromantis yang aku bayangkan namun aku senang bisa
bersama dengan Ricky. Menatap wajahnya yang sedang makan membuat hati ini berdebar-debar.
Tapi Ricky sepertinya nggak menikmatinya. Dia
sama sekali nggak tersenyum apalagi ketawa. Padahal filmnya lucu loh. Apa yang
terjadi pada mu Ricky?
Aku janji… suatu saat
nanti akan membuatmu tersenyum dan tertawa. Tersenyum pada cinta kita ini.
Karina Salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar