Chapter
9
Kembalinya
Senyuman Rina
“Ricky?”
Rina masih terdiam kaget saking nggak percayanya dengan apa
yang dia lihat.
“Maaf malam-malam gini datang.” Ucap Ricky.
Rina tak bisa berkata apa-apa. Sebenarnya kedatangan Ricky
nggak terlalu malam sih karena jarum jam masih menunjukkan pukul 7 lewat
seperempat. Rina yang salah tingkah itu pun duduk di samping Kakeknya. Rina
heran dengan ekspresi hangat kakeknya itu. Biasanya kalo ada cowok mencoba
dekatin Rina, Kakek biasanya sewot apalagi sejak kejadian penyerangan Jaya itu.
Maklumlah, Rina cucu Kakek satu-satunya hingga sangat disayangi.
Namun kali ini Kakek malah senyum-senyum di hadapan Ricky.
Entah mantra apa yang digunakan Ricky hingga bisa membuat Kakek dan Nenek jadi
lembut padanya.
“Rin, kencan yuk?” ajak Ricky secara spontan tanpa basa-basi
pake kata sambutan, pembukaan, isi dan penutup. Wesh, emang undangan?
Rina kaget dan menatap heran pada Ricky. “ke ke ke kencan?”
Ricky mengangguk.
“Sekarang Ky?” tanya Rina.
Ricky pun mengangguk.
Rina menatap Kakek dan Neneknya bergantian. “Pergi aja tapi
pulangnya jangan lewat dari jam 9 yah?” ucap Kakek.
Rina makin takjub dan heran dengan sikap Kakek dan Neneknya
itu. Kok bisa-bisanya mereka langsung ngijinin cucu kesayangannya keluyuran
malam-malam gini. Apa mereka udah dihipnotis sama Ricky? Atau mungkin ini hanya
mimpi?
Rina mencubit pipinya dan terasa sakit. “Emang Rina boleh
pergi Nek?” tanya Rina mencoba memastikan sekali lagi sebelum mereka berubah
pikiran.
Nenek pun mengangguk.
“Tapi Rina belum siap-siap. Terlalu tiba-tiba sih.”
“Begitu aja udah cukup kok. Aku juga begini saja.” ucap
Ricky.
Ricky memang tampil sederhana dengan celana jeans biru gelap
plus kaos berwarna cokelat yang ditutup swater hitam tipis. Sementara Rina dengan
T-shirt yang menjulur hingga paha berwarna kuning dengan celana puntung pink.
“Nggak ah malu kayak gini.” Ucap Rina.
Sempat terpikir untuk menelepon Hana untuk membantunya
memilih gaun namun melihat gaya sederhana Ricky itu, Rina pun mengurungkan
niatnya.
“Kalo gitu ganti celana aja baju kamu udah bagus kok.” Usul
Ricky.
Rina pun tersenyum penuh semangat dia pun masuk kembali ke
kamarnya.
“Wah, ternyata benar. Rina jadi kembali bersemangat. Makasih
yah Nak, tolong jaga Rina yah?” ucap Nenek sambil memberi nasehat.
“Iya Nek!” Jawab Ricky tegas.
***
Ricky tampak begitu gagah seperti pangeran yang sedang
menunggang kuda. Begitulah sosok Ricky kini dihadapan Rina. Yah, Rina gak
nyangka Ricky bakal mengajaknya kencan malam ini bahkan Ricky sendiri yang
membawa mobil. Semobil berdua bareng Ricky membuat perasaan Rina melayang
tinggi.
“Ky kita mau kemana nih?” tanya Rina.
Ricky tak menjawab apa-apa dan hanya fokus konsentrasi
menyetir. Rina ingin mendesak namun dia pun nyadar kalo Ricky butuh
konsentrasi.
Akhirnya mobil berhenti di depan pasar malam. Rina nggak
nyangka Ricky membawanya kemari. Di benak Rina, dia berpikir Ricky akan
membawanya nonton di Mall, makan di café, menelusuri pantai sambil memandangi
bulan. Tapi kali ini Rina ke Pasar Malam. Kalo ke sini sih Rina udah sering
diajak sama Kakek sejak kecil dulu.
Rina jadi mengenang masa kecilnya itu, waktu itu Kakek
mengajaknya naik komedi putar, menangkap ikan, main lempar gelang atau menonton
atraksi sulap. Yah, sejak masuk SMA, Rina sudah gak pernah lagi ke sini saking
bosannya.
“Wah ada harum manis.” Rina tampak sumringah melihat salah
satu cemilan kesukaannya itu.
“Mau?” tanya Ricky.
Rina mengangguk penuh semangat seperti anak kecil. Ricky pun
membeli dua buah harum manis. Jajanan berbentuk kapas dengan warna pink itu
langsung diembat Rina. Ricky pun tak ketinggalan mencobanya.
Dan ditemani harum manis itu mereka berdua pun memasuki areal
pasar malam. Ricky tidak secanggung dan sedingin saat kencan pertama dulu. Rina
yang nempel-nempel bahkan kadang bersandar pada Ricky nggak ditanggepin dengan
tatapan sinis atau sebuah dorongan seperti saat kencan dulu.
Ricky pun tidak marah saat Rina menggigit sebagian harum
manis milik Ricky. Saat Rina bersikap centil dan tiba-tiba memeluk tangan Ricky.
Saat melihat atraksi sulap yang ekstrim pun Ricky tampak tenang.
Hari itu Rina sungguh sangat senang. Mereka berdua hanya
melihat-lihat seputaran Pasar Malam tanpa menikmati satu permainan pun. Namun
Rina tampak senang sudah jalan bareng Ricky. Jam sudah menunjukkan pukul 8.
Sebelum kembali ke rumah, Ricky mengajak Rina makan di warung bakso Mas Heru di
depan sekolah. Malam itu tidak ada orang lain yang makan selain mereka berdua
sehingga kesan makan malam romantis berdua terus terngiang dalam benak Rina.
“Mas Heru!” sapa Rina pada si empunya warung itu.
“Eh, Rina. Kok tumben malam-malam ke sini dek?” Cowok kurus
jangkung dengan jenggot tipis di dagunya itu sudah mengenal Rina dengan baik.
Rina adalah salah satu pelanggan setianya.
“He em! Kangen baksonya mas Heru. Udah seminggu lebih Rina
nggak mampir. Lidah Rina udah kangeeen banget!”
“Tumben juga nih bawa gandengan. Kayak pernah lihat deh?”
goda Mas Heru.
“Ricky yah? Dia juga sekolah di Permata Bangsa kok Mas!”
jelas Rina.
Ricky hanya diam sambil duduk di bangku panjang. Mas Heru
hanya manggut-manggut tanda mengerti.
“Ky! Kamu makan bakso juga?” tawar Rina pada Ricky.
Ricky menggangguk sambil tetap melihat daftar menunya. Rina
pun memberi kode pada Mas Heru dengan membentuk angka dua dengan jarinya.
Dalam sekejab pesanan pun siap. “Mas tambahin baksonya 3
biji.” Ucapnya sambil menaruh mangkuk di meja.
“Wah, makasih yah Mas! Mas Heru emang Te o pe dah!” puji Rina
yang langsung membuat rona merah Mas Heru berkembang di pipinya.
Mereka berdua pun makan dengan lahap. Sesekali Rina
berceloteh dan bercerita namun Ricky tak mendengarkannya. Gaya makan ala
bangsawan masih diterapkan Ricky di warung kecil ini.
“Oh ya Ky! Kamu pake mantra apa sih sampe Kakek dan Nenek mau
gitu aja ngijinin aku keluar sama kamu?” tanya Rina penasaran.
“Gak ada!” jawab Ricky singkat.
Mata Rina mincing seakan gak percaya dengan jawaban Ricky.
Tapi dalam hatinya dia berpikir bodo amat. Yang penting malam ini dia senang
bisa jalan bareng Ricky ke tempat yang dia suka. Dan Ricky telah berhasil
mengembalikan senyuman Rina.
***
Pagi itu cuaca tampak cerah. Dan Rina melangkahkan kaki
dengan ringan menuju sekolah sambil bersenandung. Yah, gayanya mirip Sherina waktu
masih kecil pas nyanyiin lagu “Kembali Ke Sekolah” itu.
“Ah, Hana!” Sapa Rina dengan senyuman lebarnya.
“Rina?” Hana tampak heran dengan perubahan Rina yang kembali
ceria. “Ceria banget. Ada apa say?” tanya Hana.
“Tahu nggak Han, semalam Ricky datang ke rumah loh.” Seru
Rina.
“Oh ya? Trus karna itu doang kamu bisa kembali ceria gini?”
“Dia ngajakin aku kencan di depan kakek dan nenek. Nekat
banget kan Han? Tapi anehnya mereka izinin.” Jelas Rina.
“Yang bener Rin? Kamu nggak lagi menghayal kan? Hana seakan
nggak percaya dengan ucapan Rina.
“He-em!” Rina mengangguk sambil memejamkan matanya mengenang
kisah semalam. Wajahnya tersipu malu dan sebuah senyuman terkembang di
bibirnya.
“Eh, Rin! Itu Ricky tuh.”
Ucapan Hana menyadarkan Rina dari lamunannya.
“KY!” teriak Rina sambil berlari menghampirinya.
Ricky yang baru saja turun dari mobilnya pun langsung
melototin Rina yang mencoba memeluknya. Rina pun menciut setelah dipelototin
Ricky. Tampangnya kembali ngambek dan kesal. Ricky pun mengalah dan membiarkan
Rina mendekatinya dengan gaya manjanya.
Wajah ceria Rina pun menghiasi kelas pagi itu. Semuanya
tampak heran dengan perubahan namun mereka tak perduli apa yang sudah membuat
Rina kembali tersenyum. Yang penting sumber keceriaan mereka pun kembali.
Bahkan jam pelajaran pertama yaitu pelajaran Kimia oleh Ibu
Sri itu pun terasa menyenangkan bagi Rina. Selama pelajaran Rina terus menerus
tersenyum sambil bersemangat mencatat pelajaran. Sungguh perubahan yang luar
biasa. Dalam hatinya, Ibu Sri pun bertanya-tanya soal Rina. Namun ia pun
bersyukur gak ada yang membuat darahnya naik pagi ini.
Saat istirahat pun demikian, Rina terus-terusan nempel. Aris
dan kawan-kawan yang kemarin jadi bodyguardnya Rina jadi merasa agak jelous.
Namun demi keceriaan suasana kelas, mereka harus mengikhlaskan Rina yang sudah
mereka anggap seperti adik sendiri. Wajah Rina memang baby face dan Rina adalah
cewek paling pendek di kelas, sehingga sering dianggap anak bungsu.
Cewek-cewek yang
kemarin sudah cerita jelek tentang Rina itu pun jadi kesal, melihat Ricky yang
tidak biasanya makan di kantin, kali ini makan bareng Rina di kantin. Alhasil
mereka makin bete dan ilfell. Sebenarnya Hana dan Fika sudah merencanakan aksi
pembalasan untuk mereka namun dengan kedekatan Rina dan Ricky itu, rencana
pembalasan mereka jadi tak berarti dibandingkan itu.
***
“Hei Ky?” Sapa Hana saat bertemu Ricky saat pulang sekolah.
“Hi! Mana Rina?” tanya Ricky.
“Udah pulang duluan bareng Ida rumah mereka deketan jadi
mereka jalan bareng.”
Ricky hanya ber-OH sambil mengangguk. Pikirannya kembali
menerawang tepat saat pulang sekolah kemarin. Ya, saat itu Ricky pun berpapasan
dengan Hana. Dan Ricky mencegat Hana yang terlihat marah pada Ricky.
Hana pun mengutarakan kekesalannya itu. Sebagai orang yang
dianggap spesial oleh Rina, seharusnya Ricky berbuat sesuatu. Hana juga sudah
frustasi untuk mengembalikan senyuman Rina itu. Dia tak tahu lagi harus
bagaimana lagi agar semangat Rina bisa kembali.
Setelah mengeluarkan keluhnya itu Hana pun berlalu tanpa
mendengarkan komentar Ricky. Dan hari ini Ricky pun membuktikan pada Hana bahwa
dia bisa mengembalikan senyuman Rina.
“Gimana caranya kamu bisa dapat ijin dari Kakeknya?” tanya
Hana.
“Rahasia.” Jawab Ricky cuek.
“Hmm! Trus, gimana sampai Rina bisa ceria gitu?” tanya Hana
lagi layaknya seorang detektif yang sedang membongkar suatu misteri.
“Nggak tau, pas diajak kencan dia langsung berubah gitu. Jadi
ceria lagi.”
Hana Cuma ber’oh’. Pandangannya pun jadi tertunduk malu
selain takut jatuh cinta kalo terlalu lama natapin wajah cute si Ricky itu.
Tiba-tiba saja matanya menatap sesuatu yang ganjil pada seragam
putih abu-abunya itu. Di bagian belakang ada bercak merah seperti darah. “Ky!
Apa itu di lengan belakang mu? Darah?”
Ricky pun melihat ke belakang dan dia jadi kaget. Ditariknya
lengan bajunya itu dan tersingkaplah sebuah perban yang melintang mengelilingi
badannya. Wajah Ricky terlihat panik namun dia pun segera menetralkan wajahnya
kembali ke ekspresi cuek.
“Tidak apa-apa!” ucapnya dingin sambil berlalu meninggalkan
Hana yang cuek. Kebetulan Pak Udin sang supir sudah berada di depan gerbang
sekolah.
Hana tidak berani berkata apa-apa lagi. Dia hanya menatap
kepergian Ricky dengan penuh tanda tanya. Apa yang terjadi dengan Ricky?
To be continued...
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar