Chapter
11
Wanita
Dari Masa Lalu
“Apakah aku kejam
karena sudah merencanakan ini? tapi kurasa ini lebih baik. Biarlah aku dibilang
jahat atau kejam tapi aku harus melakukan ini. Jika taruhan ini aku menangkan,
maka aku akan dengan tegas memutuskan hubunganku dengan Rina.” Ricky membatin sambil menatap layar kaca di hadapannya.
Malam itu pertandingan bola berlangsung seru. Ricky sudah
bertanya sana-sini mengenai peluang tim yang akan menang lewat internet. Karena
itu dia yakin kalau timnya bakal menang dengan persentasi 55 persen kemenangan.
Sementara itu kehebohan di rumah Rina terjadi lagi. Kakek
sejak tadi ngotot mempertahankan remot TV supaya tidak diculik sama cucunya
sendiri. Malam ini ada film perang kesukaan kakek. Dan seperti biasanya Rina
berhasil menaklukkan kakeknya dengan berbagai bujuk rayu hingga penindasan
kecilnya. Prinsip Rina, gak apa-apa durhaka dikit demi cinta. Nanti bisa
bertobat dan minta maaf belakangan. Dan memang Kakek orangnya tidak pendendam
dan suka bercanda dengan cucunya itu.
Pertandingan malam itu ternyata dimenangkan oleh timnya Rina.
Sehingga Ricky harus memenuhi janjinya pada Rina untuk mengajaknya kencan.
Well, singkat cerita mereka pun pergi kencan. Hehe, si
penulis kayaknya sedang galau nih main nyingkat-nyingkat cerita gini. Galau
plus malas para pembaca. Piss :p
***
“Ky! Kalau mau makan di café gak apa-apa kok.” Ucap Rina
mencoba memecahkan keheningan.
Kali ini mereka sedang jalan berdua menelusuri mall. Ricky
berjalan dengan angkuh sambil memasukkan tangannya di saku sweaternya. Padahal
Rina sangat ingin sekali jalan sambil bergandengan tangan seperti pasangan
kekasih lain yang juga jalan di Mall.
Ricky tak menanggapi ucapan Rina barusan. Rina terlihat
sangat kesal dicuekin gitu. Ricky tak menyangka timnya bakal kalah oleh timnya
Rina.
“Ky!”
Ucapan Rina membuyarkan lamunan Ricky dan menyadarkannya.
“Apa?” tanya Ricky dengan nada agak sewot hingga membuat
nyali Rina mulai menciut.
“Itu… anu… boleh gak kita gandengan. Ricky jalannya terlalu
cepat sih.” Pinta Rina dengan tatapan memelasnya yang mirip dengan tatapan Puss
on the boot di film Sherk itu.
“Gak boleh. Bukan muhrim!” Ricky beralasan.
Rina tampak kesal namun dia mencoba bersabar.
“Ky! Rina capek!” keluh Rina setelah beberapa meter berlalu.
Ricky pun menghentikan langkahnya dan menengok Rina sejenak.
“Ya sudah, kita makan dulu deh di sini.” Ucapnya.
Kebetulan di dekat mereka ada sebuah restoran fast food. Rina
pun langsung semangat masuk ke dalam restoran. Kebetulan perutnya sudah lapar
sejak tadi.
“Eh Ky, mau makan apa?” tawar Rina.
Ricky menggeleng.
“Yah, masa Rina makan sendiri sih? Temanin dong?” bujuk Rina.
Terpaksa Ricky pun memesan minuman serta cemilan kecil.
Suasana tampak canggung dan mereka berdua saling diam.
Beberapa kali Rina mencoba memancing dengan pertanyaan-pertanyaannya namun
Ricky hanya menjawab simpel dan cuek. Alhasil, Rina pun jadi gak mood dan
kesal.
Rina pun melanjutkan makannya dengan canggung itu. Dengan
gaya bak seorang putri bangsawan, Rina pun makan dengan tegap tenang dan sopan
menirukan gaya makan Ricky. Dalam benak Rina, dia tidak ingin membuat Ricky
malu saat bersama dengannya.
Ditengah keseriusan Rina itu, tiba-tiba muncul sosok orang
yang berdiri di dekat mejanya. Rina menatap cewek itu dengan heran sedangkan
cewek itu membalas tatapan heran Rina dengan sebuah senyuman hangat.
“Ky!” sapa cewek itu.
Ricky menoleh ke arah cewek itu. Ekspresi Ricky yang biasanya
cuek dan datar-datar saja saat bertemu dengan orang, tiba-tiba berubah
terkejut. Seumur hidup, baru kali ini Rina melihatnya begitu.
“De… Dewi?” Ricky jadi terbata.
“Ternyata masih ingat juga yah?” ledek cewek bernama Dewi
itu.
Ekspresi kaget Ricky yang semula terkejut itu kini telah
kembali normal. Tatapan dinginnya menatap lekat wajah Dewi. Sebuah tatapan
kosong karena pikiran Ricky menerawang jauh kembali ke masa lalunya.
Saat itu Ricky masihlah bocah SMP yang pendiam dan kuper. Dia
tidak terlalu banyak bergaul dan lebih sering menyendiri. Dalam kesendiriannya
itu matanya tak pernah lepas dari sosok seorang cewek. Kelas mereka berbeda
namun Ricky suka menatapnya diam-diam disaat istirahat, pulang sekolah atau
saat lewat di depan kelasnya. Cewek itu adalah Dewi, cinta pertama Ricky.
“Kenapa bisa di sini?” tanya Ricky.
“Saya ikut olimpiade sains di sini. Saya sama teman-teman
lagi jalan-jalan tak disangka yah bisa ketemu kau di sini.” Jelas Dewi dengan
logat melayunya.
Ricky hanya ber-oh menanggapi jawaban Dewi, setelah itu
suasana canggung kembali. Dewi tetap berdiri mematung, Ricky melipat tangannya
sambil berpikir sementara Rina yang merasa dicuekin melanjutkan acara makannya.
Kali ini gaya makannya sudah kembali normal gak seperti semula yang sok elit.
Sebenarnya Rina kesal namun dia lampiaskan kekesalannya pada
makanan tak berdosa di hadapannya. Bahkan french fries milik Ricky pun
diembatnya. Dia memakan dengan lahap dan agak cepat hingga Dewi pun menyadari
kehadiran Rina.
“Oh ya Ky, siapa ni cewek yang kau ajak?”
“Oh, kenalin. Ini Rina.” Ricky pun memperkenalkan.
“Hi Dewi!” Rina pun tersenyum kecil saat Dewi menatap heran
padanya.
“Aih, tak disangka ternyata kau sudah punya pacar disini.”
Goda Dewi dengan nada menggombal.
Rina tampak tersipu malu sambil senyam-senyum sementara Ricky
tampak panik dengan ucapan Dewi. Dia ingin meluruskan namun dia sudah terlanjur
membiarkan hubungan membingungkan ini terus berlanjut.
“Ehehe, meskipun agak pemali, diam dan dingin tapi Ricky
sebenarnya romantis dan penuh kejutan loh.” Ucap Rina dengan penuh kebanggaan.
“Oh ya?” Dewi tampak heran dan terkejut mendengar sifat baru
Ricky itu. Selama ini Ricky yang dia kenal itu pendiam, cuek, pemalu dan
terkesan angkuh serta gak sensitif sama hal-hal yang berbau romantis.
“Aku juga awalnya gak percaya. Tapi waktu itu Ricky datang ke
rumah dan ngotot ngajakin kencan loh. Syukurlah Kakek ijinin. Aku gak nyangka
Ricky bisa senekat itu.” Jelas Rina dengan menggebu-gebu.
Dewi menatap heran ke arah Ricky. Tatapan penuh tanda tanya
yang menuntut penjelasan dari Ricky yang tak berkutik dan tak bisa mengelak itu.
“Oh ya Wi. Duduk dulu. Mau makan apa?” Ricky mencoba
mengalihkan perhatian.
Tatapan Dewi masih tak berubah namun dia duduk juga. Ricky
hanya bisa nyengir dan memperlihatkan wajah tak berdosanya.
“Oh ya. Ini menu nya. Aku traktir deh.” Ricky berubah ramah.
Rina tampak kesal acara makan barengnya itu terganggu
kehadiran cewek lain. Apalagi sikap Ricky yang tiba-tiba ramah pada Dewi itu. Mungkin
ini yah yang namanya cinta segitiga, pikir Rina. Seumur hidupnya baru kali ini
Rina melihat Ricky tampak bersemangat berbicara pada seseorang.
Tiba-tiba saja Handphone Ricky berdering. Hana is calling…
terpampang pada layar.
“Iya Halo?” sapa Ricky.
“Ky? Ada Rina di situ kan?” suara Hana langsung berhambur
deras tanpa salam atau basa-basi.
Entah Hana langsung to the point karena takut pulsanya habis
atau emang ada situasi kritis. Ricky bahkan sempat menggeser posisi HPnya
menjauh dari gendang telinganya saking kagetnya dengan suara Hana.
“Iya. Mau bicara?”
“Iya. Tolong yah Ky.”
Ricky pun memberikan handphonenya pada Rina. “Dari Hana.”
Ucapnya pada Rina.
Rina menerimanya dengan bingung. “Iya Han? Ada apa yah?”
“Rin! Gawat nih. Kakekmu jatuh sakit. Tadi pingsan.” Sembur
Hana begitu mendengar suara Rina.
“Hah? Yang bener nih?” Rina tampak tak percaya namun wajahnya
mulai pucat mendengar kabar ini.
“Iya! Makanya kamu ke sini sekarang.”
“Dimana Han?” tanya Rina panik.
“Di rumah sakit dekat sekolah.”
“Oke Han, makasih yah. Aku ke sana.”
Rina pun menutup teleponnya dan memberikannya kembali pada
Ricky yang sedang asyik bercerita tentang masa lalunya pada cewek itu.
“Maaf Ky, aku mau pulang. Kakek masuk rumah sakit.” Ucap
Rina.
“Oh ya? Mau aku antar?” tawar Ricky.
“Nggak usah Ky. Aku sendiri aja.”
“Ya sudah, mudah-mudahan Kakek gak apa-apa.”
“Iya.”
Rina pun berlari dengan perasaan sangat kecewa pada Ricky.
Sebenarnya dia ingin Ricky menemani. Rina hanya mencoba berbasa-basi dan gak
ingin dianggap cewek manja oleh teman Ricky itu.
Dalam hati dia pun penasaran dengan cewek tadi. Dia sangat
akrab dengan Ricky dan Ricky pun meresponnya dengan ramah. Biasanya kalo ada
cewek dekat-dekat sama Ricky, tampang cuek dan sadis Ricky yang menyambut
cewek-cewek. Bahkan sama Rina sendiri pun Ricky jarang memperlihatkan respon
dan keakraban seperti yang ditunjukin sama cewek tadi.
Tapi, saat ini Rina pun cemas dengan Kakeknya yang sedang
masuk rumah sakit. Semoga Kakek baik-baik saja. Rina berhenti sejenak memandang
gedung mall tempat kencannya ini.
“Ky…” Rina menarik napas panjang dan melanjutkan langkahnya.
Di hadapan Rina ada Kakeknya yang sakit keras sedangkan di
belakangnya tersimpan kekecewaan dan kecemasan pada Ricky. Kakek dan Ricky…
keduanya sangat Rina sayangi dan tak ingin kehilangan mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar