Kamis, 07 Juni 2012

Novel | Wajah Kedua (Part 13)


Part 13
Kertas Pesan Rahasia



“REN!” suara Erni membuyarkan lamunanku.
Aku menoleh ke belakang ke tempat Erni. “Kenapa Say?”
“Curhat!” wajah memelas Erni membuatku luluh.
Kebetulan jam pelajaran sedang kosong. Aku mengangguk setuju daripada bosan baca buku. Udah dua kali nih buku aku baca bolak-balik bahkan sampai dihapal diluar kepala.

Erni pun maju dan duduk disampingku, di bangkunya Arya tepatnya.
“Mau curhat apa?” tanyaku.
“Ssst! Pelan-pelan yah Ren. Nanti Tuti denger.” Pinta Erni.
“Oke deh.” Aku menurunkan volume suaraku seperti permintaan Erni.
Erni pun membisikkan sesuatu ke telingaku.
“HAH!!?” aku tersentak kaget setelah mendengar itu.
Bahkan Santi yang duduk di depanku sampai latah saking kagetnya. Tuti yang ikutan kaget langsung ke bangkuku dan mengecek keadaan disini.
“Kenapa Ren?” tanya Tuti.
“Nggak kok!” jawabku spontan. Aku tak mau kepleset dan cerita rahasia Erni ke Tuti.
Erni yang tampak pucat itu balik lagi ke bangkunya. Tuti pun balik ke bangkunya meskipun wajahnya masih penuh dengan tanda tanya akibat kekagetanku tadi. Untung saja bel pergantian pelajaran segera berbunyi dan membuat kami harus duduk tenang, karena pelajaran berikutnya adalah Geografi dari guru killer kami, Pak Hendro.
Aku masih kepikiran curhatnya Erni tadi. Aku kaget dan gak menyangka sahabatku Erni kemarin habis ditembak cowok. Pesona Imutnya memang banyak menggoda iman para cowok. Namun selama ini ada Tuti yang seakan-akan jadi Mami nya Erni di sekolah ini. Tuti selalu menjaga Erni agar terhindar dari cowok-cowok. Dan jika ada yang nembak Erni, Tuti pasti menyarankan untuk menolak. Ada berjuta alasan Tuti hingga membuat Erni nurut sama saran dan nasehatnya. Akhirnya sudah setahun ini gak ada yang berani dekat-dekat dengan Erni. Pokoknya mereka berdua sudah seperti Kakak adik atau seperti Ibu dan Anak.
Apakah Erni menolak lagi yah?  Tapi selama ini Erni kan sangat mengagumi Arya. Kekagumannya kadang-kadang melebihi anak-anak fansklub Arya. Gimana yah kalo Arya nembak Erni? Ah! Gak boleh. Mereka gak boleh jadian!
Waduh, koq aku jadi agak cemburuan gini? Gawat, sepertinya aku mulai suka sama Arya. Sadar Ren! Dia hanya teman sebangku… Ingat itu!

   

Sudah seminggu berlalu sejak Arya gak masuk sekolah karena cedera. Suasana kelas tampak normal saja namun cewek-cewek terutama para fansklub Arya terlihat tidak bersemangat. Aku pun sudah mulai merasakan kesunyian dalam kelas. Meskipun Arya itu diam dan gak pernah ngomong, aku ngerasa tenang saat dia berada disampingku.
Oh ya, Kertas pesan Rahasiaku ternyata dibaca oleh Arya. Dan hampir tiap hari kami saling berkirim kertas pesan itu.
Sehari setelah kami menjenguk Arya, aku dikejutkan oleh kedatangan supir keluarga Arya yang membawakanku Buku catatan itu. Dan di dalam buku catatanku ternyata ada Kertas pesan rahasia dari Arya.
Pas lompat gagal mendarat sih. Makasih yah catatannya. Aku sudah fotokopi! Catatan berikutnya janganlupa titip aja di Mang Jana. Dia supir ku.

Itu balasan dari Arya. Aku gak nyangka Arya jadi membalas pesan ini. Is this really Arya? Aku pun membalas itu segera dan memberikannya pada Mang Jana, sang supir sekaligus kurir ini.
 Kelewat semangat sih. Oh ya buah-buahan yang kami bawa sudah dimakan? Makan yang banyak yah biar lekas sembuh. Oh ya, catatan hari ini dikit aja.

Dan esoknya balasan dari Arya datang.
Banyak banget buahnya. Besok aku sudah keluar dari rumah sakit. Tapi aku belum bisa jalan…
Makasih lagi catatannya.

Akupun membalasnya dan kali ini aku selipkan di buku cetak.
Hari ini gak ada catatan, tapi agak repot juga sih. Wah, artinya kami jadi gak bisa jenguk dong.

Dua Hari kemudian baru balasan itu datang. Mang Jana jadi semacam tukang pos bagi kami.
Maaf yah telat balasnya. Kemarin agak sibuk dengan terapi dan pengobatan. Aku kan sedang sakit. Jadi gak perlu repot-repot gitu Ren! Oh ya, ini nomor HPku. 08##########. Kamu punya HP kan?

Akupun segera membalasnya…
Waduh, di rumahku baru Kak Farid dan Mama yang punya HP. Kalo lewat pesan kertas lama juga sih. Rindu yah sama aku? Hihihi!

Semakin hari aku jadi semakin berdebar-debar. Aku jadi rindu pada wajah polosnya yang tertidur di kelas. Aku jadi rindu tampang lugu plus bingungnya saat nerima berbagai kado dari cewek-cewek yang tidak di kenal. Aku jadi rindu saat aku menguras otak hanya untuk mencari kata-kata saat mengajaknya bicara. Seandainya setiap hari Arya bisa berbicara bebas dan lepas seperti pesan kertas rahasia kami ini, pasti senang banget deh rasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar