Part 17
Pangeran Yang Kesepian
Arya Ozman. … Idola para cewek di sekolahku. Pesonanya bahkan sudah
terkenal hingga ke sekolah lain. Dia sosok tampan, cute, jago basket, cool dan
gak terlalu banyak tingkah. Cowok idola itu jadi teman sebangku ku di kelas 3
ini.
Berbagai kejadian telah kita berdua lewati dan aku menjadi
sangat dekat dengannya. Bahkan dia memanggilku ke rumahnya. Sepertinya ada
sesuatu yang terjadi.
Dan disinilah diriku, duduk dengan beban kepala Arya yang
sedang menangis di pundakku. Bahuku mulai terasa kesemutan dan lelah. Aku hanya
bisa bertahan sampai kesedihan Arya berhenti.
Akhirnya dia pun menghentikan tangisannya dan mengangkat
kepalanya dari pundakku. Dia menarik napas panjang dan kembali terdiam.
“Arya kenapa?” tanyaku sekali lagi.
Dia masih diam tanpa jawaban.
“Hmm. Aku pulang aja deh!” Ucapku jengkel.
“Eh, Jangan dong! Yah Ren!” Arya memelas.
Hah? Arya kok jadi manja gini sih? “Kamu gak mau ngomong
sih!” keluhku.
“Iya iya aku ngomong deh. Jangan pulang dulu yah?” Sekali
lagi Arya memelas.
“Nah, apa yang bikin kamu sedih?” tanyaku.
“Aya kesepian!” jawab Arya dengan gaya manjanya.
“Heh?” Aku takjub.
Dari tadi jawabannya kesepian. Nih orang masih jaim juga
rupanya. Udah nangis satu babak gitu jawabannya masih kesepian aja.
Okey Ren! Sabar! Sabar! Keep focus dan tenangin diri dulu.
Thinking, ayo berpikir Ren. Biasanya cowok kalo nangis tuh mungkin karena patah
hati. Tapi masa sih Arya patah hati? Kalo patah tulang sih Iya. Gara-gara
kerajinan maen basket.
OH MY GOD! Jangan-jangan karena Erni? Karena Erni jadian sama
Heru trus Arya jadi sedih dan mengeluh padaku. Mungkin selama ini Arya terbuka
sama aku untuk ngedekatin Erni. Jadi, Cinta Erni gak bertepuk sebelah tangan
dong.
Tapi… Erni kan baru jadian sama Heru. Kalo aku bilang ke Erni
kalo ternyata Arya suka sama dia gimana tuh jadinya? GAK BOLEH! Aku gak boleh
merusak kebahagiaan Erni. Arya, kamu terlalu jaim dan cuek. Mungkin itu memang
hukuman yang pantas buat kamu.
Jadi sebaiknya aku nasehatin Arya untuk melupakan Erni. Masih
banyak cewek lain yang suka padanya kayak Helen dan sebangsanya.
“Aya!” aku memanggilnya dengan nama kecilnya untuk
mengakrabkan diri.
Kali ini Arya tidak menatap sinis padaku. Dia menatapku
dengan penasaran.
“Aku tahu, kamu sakit hati karna Erni jadian sama Heru kan?
Tapi sebaiknya kamu lupakan Erni deh, Aya kan ganteng. Tahu gak, selama ini
banyak yang puja-puja kamu loh. Banyak yang mengidolakanmu. Bahkan sampai ada fansclubnya
Aya. Reni yakin Aya bisa dapatkan pengganti Erni loh. Jadi jangan sedih yah?”
jelasku.
Aku menarik nafas legah, aku baru saja menghibur plus
menasehatin sang pangeran. Tapi tatapan herannya tadi malah menjadi-jadi.
Sepertinya dia gak mengerti penjelasanku.
“Erni?” Tanya Arya dengan penuh kebingungan.
“Aya sakit hati karena Erni kan?” tanyaku memastikan.
“Erni itu siapa sih?” kali ini Arya malah balik nanya.
“Hah? Ya ampun! Masa teman yang duduk di belakang mu saja gak
tahu namanya. Kamu tuh emang cowok super cuek yah? Cuek juga ada batasannya
dong.” tanpa sadar aku jadi mengomeli Arya.
“Hmph!” Arya menutup mulutnya yang sepertinya menahan
tawanya.
Emang apa yang lucu
dari omelanku tadi? Dasar gak sopan banget nih cowok.
“Maaf Ren! Aya jadi keingat sama Kak Wina. Gaya ngomel Reni
tadi mirip kak Wina.” Jelas Arya. Setelah itu dia tertawa lepas hingga
terbahak-bahak.
Aku ingin marah namun disaat bersamaan aku takjub dan
terkesima. Untuk kali pertama aku melihat Arya tertawa lepas kayak gini.
Seandainya ada Tuti, dia pasti gak akan melepaskan momen ekslusif ini dari
kameranya. Tanpa sadar wajahku jadi memerah karena terlalu lama memperhatikan
wajah Arya. Jantungku jadi berdegub kencang. Dan perasaan yang dulu telah lama
hilang datang lagi kepadaku.
Eh, tunggu dulu.
Masa sih gaya omelku mirip sama Kak Wina? Perasaan lebih serem Kak Wina deh.
“Upz, maaf yah Ren! Gak sopan banget deh aku. Aku gak sakit
hati karena Erni atau siapapun kok. Jadi yang sering jalan sama kamu tuh
namanya Erni ya? Kalo yang di sebelahnya Tuti kan?” jelas Arya.
“Iya, makanya Arya tuh gaul dikit dong kalo di sekolah.”
Ucapku.
“Oh ya, Aku tahu kok. Ada yang namanya Fansklub ku. Aku hanya
cuek dan pura-pura gak tahu aja.” Ucap Arya.
“Hah? Kamu memang rajanya tega. Gara-gara tuh Fansklub aku
jadi korban pelampiasan kecemburuan loh.” Ucapku sambil memukul bahunya.
“Ugh! Sakit tau!” Keluh Arya.
Arya terlihat mau membalas pukulanku namun tidak jadi dia
lakukan. Tangannya yang udah terlanjur terjulur dan mendarat di bahuku terhenti
dan berganti tepukan ringan. Mungkin karena aku cewek makanya dia gak berani
membalasku. Tapi aku jadi agak tersipu juga sih.
“Maaf yah, bahumu pasti pegel.” Ucap Arya dengan penuh
penyesalan.
“Ah gak apa-apa kok. Tapi aku penasaran, masa sih Aya si
cowok super cuek itu nangis di depan cewek cuman gara-gara kesepian. Bilang aja
Ya! Aku gak bakalan bilang siapa-siapa kok?” desakku.
Arya hanya menggeleng sambil tersenyum hingga matanya
menyipit.
“Kasih tau dong? Yah?” rayuku dengan gaya manjaku.
“Gak!” Arya tetap ngotot gak mau kasih jawaban.
“Duh, bahuku pegel deh. Besok pasti Erni ama Tuti mijitin
aku. Kira-kira mereka tanya gak yah bahuku pegel karena apa?” Keluhku.
“Jangan!”, Wajah Arya tampak mulai panik. Sepertinya ancaman
ku berhasil. Agak licik sih tapi aku penasaran banget sih jadi mau gimana lagi.
“Habis Arya nyebelin sih!” Aku ngelunjak.
“Iya deh, sini aku pijitin! Yang mana yang pegel.” Gombal
Arya.
“Ih, gak ah. Lepasin!” Aku jadi kesal. “Mending aku pulang
saja deh.”
Arya menahanku dengan menggenggam tanganku. Aku kesal karena
Arya gak mau mengatakan masalahnya.
“Ceritanya panjang. Apa kamu bisa mengerti?” Arya mendesah
dalam ucapannya.
“Aku akan dengerin sampai selesai kok.”
Aku menarik nafas panjang dan kembali duduk di sampingnya.
Dan Arya pun mulai bercerita tentang masa lalunya. Tentang mengapa dia sampai
bisa menjadi sangat cuek di sekolah. Tentang rasa kehilangannya pada Kak Wina
yang harus pergi jauh.
Aku memperhatikan dengan penuh perhatian. Aku gak nyangka
Arya punya masa lalu seperti itu. Kini aku mulai paham dengan kondisi Arya.
Ternyata selama ini dia adalah sosok pangeran yang kesepian. Kesepian dibalik
tembok istana dan segala kemewahan serta ketenaran yang dimilikinya. Pangeran
yang diidolakan banyak orang ini, ternyata hanya sosok manusia biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar