Kamis, 28 Juni 2012

Novel | Wajah Kedua (Part 17)


Part 17
Pangeran Yang Kesepian


Arya Ozman. … Idola para cewek di sekolahku. Pesonanya bahkan sudah terkenal hingga ke sekolah lain. Dia sosok tampan, cute, jago basket, cool dan gak terlalu banyak tingkah. Cowok idola itu jadi teman sebangku ku di kelas 3 ini.
Berbagai kejadian telah kita berdua lewati dan aku menjadi sangat dekat dengannya. Bahkan dia memanggilku ke rumahnya. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

Dan disinilah diriku, duduk dengan beban kepala Arya yang sedang menangis di pundakku. Bahuku mulai terasa kesemutan dan lelah. Aku hanya bisa bertahan sampai kesedihan Arya berhenti.
Akhirnya dia pun menghentikan tangisannya dan mengangkat kepalanya dari pundakku. Dia menarik napas panjang dan kembali terdiam.
“Arya kenapa?” tanyaku sekali lagi.
Dia masih diam tanpa jawaban.
“Hmm. Aku pulang aja deh!” Ucapku jengkel.
“Eh, Jangan dong! Yah Ren!” Arya memelas.
Hah? Arya kok jadi manja gini sih? “Kamu gak mau ngomong sih!” keluhku.
“Iya iya aku ngomong deh. Jangan pulang dulu yah?” Sekali lagi Arya memelas.
“Nah, apa yang bikin kamu sedih?” tanyaku.
“Aya kesepian!” jawab Arya dengan gaya manjanya.
“Heh?” Aku takjub.
Dari tadi jawabannya kesepian. Nih orang masih jaim juga rupanya. Udah nangis satu babak gitu jawabannya masih kesepian aja.
Okey Ren! Sabar! Sabar! Keep focus dan tenangin diri dulu. Thinking, ayo berpikir Ren. Biasanya cowok kalo nangis tuh mungkin karena patah hati. Tapi masa sih Arya patah hati? Kalo patah tulang sih Iya. Gara-gara kerajinan maen basket.
OH MY GOD! Jangan-jangan karena Erni? Karena Erni jadian sama Heru trus Arya jadi sedih dan mengeluh padaku. Mungkin selama ini Arya terbuka sama aku untuk ngedekatin Erni. Jadi, Cinta Erni gak bertepuk sebelah tangan dong.
Tapi… Erni kan baru jadian sama Heru. Kalo aku bilang ke Erni kalo ternyata Arya suka sama dia gimana tuh jadinya? GAK BOLEH! Aku gak boleh merusak kebahagiaan Erni. Arya, kamu terlalu jaim dan cuek. Mungkin itu memang hukuman yang pantas buat kamu.
Jadi sebaiknya aku nasehatin Arya untuk melupakan Erni. Masih banyak cewek lain yang suka padanya kayak Helen dan sebangsanya.
“Aya!” aku memanggilnya dengan nama kecilnya untuk mengakrabkan diri.
Kali ini Arya tidak menatap sinis padaku. Dia menatapku dengan penasaran.
“Aku tahu, kamu sakit hati karna Erni jadian sama Heru kan? Tapi sebaiknya kamu lupakan Erni deh, Aya kan ganteng. Tahu gak, selama ini banyak yang puja-puja kamu loh. Banyak yang mengidolakanmu. Bahkan sampai ada fansclubnya Aya. Reni yakin Aya bisa dapatkan pengganti Erni loh. Jadi jangan sedih yah?” jelasku.
Aku menarik nafas legah, aku baru saja menghibur plus menasehatin sang pangeran. Tapi tatapan herannya tadi malah menjadi-jadi. Sepertinya dia gak mengerti penjelasanku.
“Erni?” Tanya Arya dengan penuh kebingungan.
“Aya sakit hati karena Erni kan?” tanyaku memastikan.
“Erni itu siapa sih?” kali ini Arya malah balik nanya.
“Hah? Ya ampun! Masa teman yang duduk di belakang mu saja gak tahu namanya. Kamu tuh emang cowok super cuek yah? Cuek juga ada batasannya dong.” tanpa sadar aku jadi mengomeli Arya.
“Hmph!” Arya menutup mulutnya yang sepertinya menahan tawanya.
Emang apa yang lucu dari omelanku tadi? Dasar gak sopan banget nih cowok.
“Maaf Ren! Aya jadi keingat sama Kak Wina. Gaya ngomel Reni tadi mirip kak Wina.” Jelas Arya. Setelah itu dia tertawa lepas hingga terbahak-bahak.
Aku ingin marah namun disaat bersamaan aku takjub dan terkesima. Untuk kali pertama aku melihat Arya tertawa lepas kayak gini. Seandainya ada Tuti, dia pasti gak akan melepaskan momen ekslusif ini dari kameranya. Tanpa sadar wajahku jadi memerah karena terlalu lama memperhatikan wajah Arya. Jantungku jadi berdegub kencang. Dan perasaan yang dulu telah lama hilang datang lagi kepadaku.
Eh, tunggu dulu. Masa sih gaya omelku mirip sama Kak Wina? Perasaan lebih serem Kak Wina deh.
“Upz, maaf yah Ren! Gak sopan banget deh aku. Aku gak sakit hati karena Erni atau siapapun kok. Jadi yang sering jalan sama kamu tuh namanya Erni ya? Kalo yang di sebelahnya Tuti kan?” jelas Arya.
“Iya, makanya Arya tuh gaul dikit dong kalo di sekolah.” Ucapku.
“Oh ya, Aku tahu kok. Ada yang namanya Fansklub ku. Aku hanya cuek dan pura-pura gak tahu aja.” Ucap Arya.
“Hah? Kamu memang rajanya tega. Gara-gara tuh Fansklub aku jadi korban pelampiasan kecemburuan loh.” Ucapku sambil memukul bahunya.
“Ugh! Sakit tau!” Keluh Arya.
Arya terlihat mau membalas pukulanku namun tidak jadi dia lakukan. Tangannya yang udah terlanjur terjulur dan mendarat di bahuku terhenti dan berganti tepukan ringan. Mungkin karena aku cewek makanya dia gak berani membalasku. Tapi aku jadi agak tersipu juga sih.
“Maaf yah, bahumu pasti pegel.” Ucap Arya dengan penuh penyesalan.
“Ah gak apa-apa kok. Tapi aku penasaran, masa sih Aya si cowok super cuek itu nangis di depan cewek cuman gara-gara kesepian. Bilang aja Ya! Aku gak bakalan bilang siapa-siapa kok?” desakku.
Arya hanya menggeleng sambil tersenyum hingga matanya menyipit.
“Kasih tau dong? Yah?” rayuku dengan gaya manjaku.
“Gak!” Arya tetap ngotot gak mau kasih jawaban.
“Duh, bahuku pegel deh. Besok pasti Erni ama Tuti mijitin aku. Kira-kira mereka tanya gak yah bahuku pegel karena apa?” Keluhku.
“Jangan!”, Wajah Arya tampak mulai panik. Sepertinya ancaman ku berhasil. Agak licik sih tapi aku penasaran banget sih jadi mau gimana lagi.
“Habis Arya nyebelin sih!” Aku ngelunjak.
“Iya deh, sini aku pijitin! Yang mana yang pegel.” Gombal Arya.
“Ih, gak ah. Lepasin!” Aku jadi kesal. “Mending aku pulang saja deh.”
Arya menahanku dengan menggenggam tanganku. Aku kesal karena Arya gak mau mengatakan masalahnya.
“Ceritanya panjang. Apa kamu bisa mengerti?” Arya mendesah dalam ucapannya.
“Aku akan dengerin sampai selesai kok.”
Aku menarik nafas panjang dan kembali duduk di sampingnya. Dan Arya pun mulai bercerita tentang masa lalunya. Tentang mengapa dia sampai bisa menjadi sangat cuek di sekolah. Tentang rasa kehilangannya pada Kak Wina yang harus pergi jauh.
Aku memperhatikan dengan penuh perhatian. Aku gak nyangka Arya punya masa lalu seperti itu. Kini aku mulai paham dengan kondisi Arya. Ternyata selama ini dia adalah sosok pangeran yang kesepian. Kesepian dibalik tembok istana dan segala kemewahan serta ketenaran yang dimilikinya. Pangeran yang diidolakan banyak orang ini, ternyata hanya sosok manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar