Selasa, 22 Mei 2012

Novel | Wajah Kedua (Part 9)


Part 9
Wina Ozman!

Oh ya, Aku Wina. Wina Ozman Kakak Arya…
Ucapannya tak terdengar seperti nada marah dan tersinggung. Cewek ini hanya tersenyum manis padaku. Aku jadi salah tingkah.
 “Wah, Maaf Kak! Jadi gak enak nih udah nuduh-nuduh yang bukan-bukan. Aku Reni.” Aku pun tersipu malu.
“Kalo di sekolah Aya kayak gimana?” tanya Kak Wina.

Hah? Aya? Jadi ternyata itu nama panggilan rumahnya ya? Aya! Hahaha! Untung bukan Erni yang mergokin ini. Seandainya Erni yang tau, bisa-bisa seantero sekolah heboh. Gumamku dalam hati.
 “Di sekolah…” Aku menggantung kata-kataku sambil memikirkan hal-hal positif dari Arya untuk diceritakan pada kakaknya. Sebenarnya aku juga bingung sih mau ngasih jawaban kayak gimana. Soalnya Arya di sekolah kerjaannya sama sekali gak ada. Yah, paling hanya latihan basket aja sih.
Arya terlihat menatapku dengan nada cemas plus mengancam. Aku jadi tertawa kecil. “Hmphhh” kucoba menahan tawa ku dengan tanganku. Jujur aja baru kali ini aku lihat Arya dengan tatapan mengancam plus memelas gitu. Jadinya aku merasa lucu dan gak tahan untuk tidak tertawa.
Arya menendang kakiku untuk menyadarkan sikapku ini. Kak Wina juga terlihat bingung dengan tingkahku. Waduh, aku kok malu-maluin gini yah.
“Kalo di Sekolah Arya agak pendiam. Tapi aktif main basket tuh Kak. Jago banget malahan.” Jelasku.
“Trus ada cewek yang dekat sama dia gak?” tanya Kak Wina lagi.
Cewek? Gimana yah? Di sekolah ada ratusan cewek-cewek genit yang tergabung dalam Fansklub Arya. Apa harus diceritakan yah? Tapi tidak ah, ntar kakaknya malah mikir macem-macem lagi. Aku juga gak enak sama Helen yang baru-baru ini udah bantuin aku menenangkan para anggota fansklub Arya yang pada jelous sama aku. Tapi kalo dipikir-pikir, cewek yang paling dekat dengan Arya kan aku? OH MY GOD! Apa aku harus bilang pada Kakaknya?
Lagi-lagi Arya menginjak kakikku karena aku kelamaan mikirin jawaban kakaknya. Setelah aku sadar dan menatapnya dengan kesal karena kesakitan, Arya malah memasang tampang seram. Tatapan itu seakan menyuruhku untuk tidak terlalu cerewet.
“Kayaknya gak ada deh Kak.” Ucapku dengan nada penuh kehati-hatian. Ceileh… soalnya Arya dari tadi ngancam-ngancam dengan matanya tuh.
“Oh, Aya kok ngancem-ngancem cewek gitu sih?” Kak Wina sepertinya menyadari tingkah Arya.
“Gak kok kak.” Arya ngeles.
“Ceritain aja, gak apa-apa kok. Atau jangan-jangan kalian nih pacaran yah?” tanya Kak Wina dengan nada gombal.
“TIDAK!!!” aku dan Arya kompak menjawab.
Kak Wina tertawa melihat kami. Tatapannya seakan menggoda aku dan Arya. Aku jadi salah tingkah deh. Kami hanya sebatas teman sebangku. Memang sih ada kejadian aneh baru-baru ini yaitu tragedi Jus Mangga yang di salah artikan Erni sebagai ciuman tidak langsung.
“Bukannya tadi Mama mu nelpon?” Arya tiba-tiba jadi akrab gitu.
“Oh ya, Arya! Kak Wina. Aku jalan dulu yah? Mama udah nungguin di luar.” Aku pamit dan segera pergi sebelum Kak Wina mikir macem-macem.
“Oh, iya silahkan. Mau diantar Arya?” lagi-lagi Kak Wina menggoda kami.
“Gak usah Kak. Makasih.” Ucapku sambil sedikit tertunduk karena wajahku sepertinya memerah. Kak Wina hanya tersenyum sambil melihatku berlalu.
Kak Wina ternyata orangnya ramah dan agak blak-blakan. Sungguh berbeda dengan adikknya yang super cuek itu.

  

Pagi ini tumben Arya datang cepat. Biasanya dia selalu datang beberapa detik sebelum pelajaran pertama dimulai. Tapi kali ini aku takjub setelah melihatnya sudah duduk tenang di bangkunya.
“Pagi!” sapaku.
Entah mengapa aku menyapanya. Padahal biasanya aku udah kapok menyapanya yang cuek itu. Namun mungkin dengan pertemuan semalam itu bisa membuat kita sedikit akrab. Namun lagi-lagi sikap cueknya itu belum berubah.
Aku pun duduk di sampingnya lalu membuka-buka buku pelajaran untuk menghilangkan kejenuhan. Erni dan Tuti belum datang karena itu tidak ada teman ngobrol pagi ku. Aku ingin ngobrol dengan Arya tentang Kakaknya itu. Namun kalau di sekolah aku harus menjaga jarak dengan Arya. Udah cukup kasus terakhir yang ku buat dengan gerombolan fansklub Arya. Sebaiknya aku fokus aja belajar dan menghabiskan masa-masa SMA ku bersama kedua sahabatku Tuti dan Erni.
Tiba-tiba saja Arya menyikut tanganku seakan memberi suatu tanda. Aku menoleh padanya dan menemukan sebuah kertas yang diselipkan Arya. Sementara si Arya sendiri tetap memasang tampang cuek seolah-olah dia gak tahu apa-apa tetnang kertas itu.
JANGAN CERITA YANG SEMALAM KE ORANG LAIN!!!
Begitulah isi pesan di kertas itu. Ternyata diam-diam gitu dia jaim juga. Kalo ingat-ingat kejadian semalam rasanya aku ingin tertawa. Arya, cowok super cuek itu ternyata sister complex banget. Kalo di depan Kakaknya, yaitu Kak Wina, lagaknya manja banget. Pokoknya jadi sok alim dan sok jadi anak baik. Padahal biasanya Arya tuh kalo dideketin sama cewek, seakan-akan menganggap cewek-cewek itu batu aja. Herannya lagi, kok banyak sekali yang memujanya yah? Tuh orang gak punya mata hati kali ya. Cuma naksir dari tampang doang.
Aku menghentikan lamunanku karena Arya tampak gelisah menanti jawabanku. Aku pun memberi kode dengan acungan jempol plus senyum. “Sip Aya!” Aku menggombal dikit dengan memanggil nama kecilnya.
Arya pun memelototiku sesaat. Aku hanya nyengir dikit sambil berkata “Sori!”
Ternyata tampang paniknya itu cute abis. Arya oh Arya, seandainya sifatmu sedikit lebih bagus. Aku pasti udah jatuh cinta padamu.
Tiba-tiba Tuti dan Erni muncul dari balik pintu kelas. Aku segera mengembalikan ekspresi senyum-senyum menggodaku ke ekspresi normal. Kulihat Arya pun mengubah ekspresinya dari ekspresi kesal ke ekspresi lesu. Tampangnya jadi lucu deh, aku jadi pingin banget mencubit pipinya itu saking gemesnya sama nih cowok. Waduh kok aku jadi genit gini sih.
“Ren! Semalam kemana? Aku ke rumah tapi sunyi loh.” Tanya Erni setelah duduk di bangkunya yang tepat berada di belakangku.
“Temanin Mama belanja di Mall.” Jawabku.
“Oh, trus ada cerita seru gak di Mall?” tanyanya lagi.
“Oh ya, semalam aku ketemu Arr AUWWW!” ucapanku jadi kacau karena Arya mencubit lenganku.
“Knapa Ren?” Tuti dan Erni kompak nanya.
Aku jadi tersadar, hampir aja aku cerita rahasianya Arya. Padahal kan aku sudah janji nggak bakal cerita kejadian semalam. Ini gara-gara Erni sih. Pagi-pagi sudah ngajakin gosip.
“Itu, sikut ku kebentur nih.” Aku beralasan.
“Oh ya semalam ketemu siapa?” tanya Erni lagi.
“Itu. Tante Arni. Dia traktir aku loh.” Ucapku sambil sedikit memaksakan senyuman.
“Hmm! Kirain ketemu cowok keren di Mall.” Keluh Erni.
“Dasar miss gosip. Pagi-pagi udah mulai beraksi.” Ledekku.
Erni terlihat akan mengomentari ledekanku namun Ibu Sri udah masuk ke kelas. Arya pun bisa bernapas dengan lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar