Rabu, 09 Mei 2012

Novel | Wajah Kedua (Part 5)


Part 5
Sebuah Tawaran


Mimpi apa ya aku sampai bisa kedatangan Arya. Bahkan bisa bercakap-cakap tanpa canggung. Hari ini terasa begitu indah, langkahku pun lebih ringan dan udara terasa sejuk, walaupun kendaraan-kendaraan mulai memenuhi jalanan dengan polusinya.
Setibanya di depan gerbang sekolah, lagi-lagi aku dihadang oleh dua orang cewek. Tapi, kali ini bukan Siti atau Mala. Sepertinya anggota fans klub Arya yang lain. Apa di rumahku ada mata-matanya ya? Bagaimana mereka tahu kalo Arya kemarin datang?
“Hi!” sapa salah seorang cewek. Ia memiliki wajah cantik dengan make up minimalis dan memegang setumpuk kertas.

“Hi!” jawabku agak ragu.
“Kamu Reni kan?” tanya cewek itu mencoba memastikan.
Aku mengangguk. Sudah dua hari berturut-turut aku mendapat pertanyaan seperti ini, di tempat dan waktu yang sama pula.
“Bisa ikut kita? Masih ada waktu kan?” ajaknya lalu menarik tanganku tanpa mendengar dulu jawabanku.

  

Dan… disinilah aku. Sebuah ruang kelas kosong yang biasanya dipakai buat kegiatan ekskul atau tempat rapatnya anak-anak klub kesenian. Kini tempat itu dipinjam sementara oleh fansclub Arya untuk diadakan sidang, sepertinya begitu…
Aku duduk di sebuah kursi dan dikelilingi oleh empat orang cewek-cewek yang sedang menatap lekat padaku. Seperti seorang detektif yang sedang menginterogasi tersangka di ruang gelap penuh asap rokok yang mengepul memenuhi udara. Bedanya dengan kondisiku, adalah mereka bukan polisi dan ruangan ini tidak semengerikan dengan ruang interogasi. Malah ruangannya sangat cantik dipenuhi barang-barang seni.
Cewek yang mengajakku tadi, menaruh selembar kertas di atas meja di hadapanku. “Baca!” ucapnya sambil tersenyum. Aku jadi bingung dia mau meneror aku atau apa sih.
Akupun nurut aja. Aku mendekatkan wajahku pada meja dan mulai membacanya. Ternyata kertas ini adalah sebuah formulir pendaftaran jadi anggota fansclub Arya. Apa maksud mereka ngajakin aku gabung sama mereka. Kirain aku adalah black list bagi mereka.
“Apaan nih?” tanyaku mencoba meminta penjelasan.
“Kamu sudah tau kan? Gak perlu telmi gitu. Aku Shinta, ketua fansclub Arya. Kalo masih bingung, kamu boleh pikir-pikir dulu. Nggak usah terlalu buru-buru.” Ucapnya, masih tetap dengan senyumannya.
Kayaknya nih orang memang murah senyum. Beda banget dengan pandanganku mengenai orang-orang yang jadi anggota fansclub ini. Ternyata ketua klubnya nggak sewot dan berdandan menor seperti Mala, Helen dan sebangsanya.
“Sudah bel tuh. Kamu boleh balik ke kelas. Ingat! Pikir masak-masak ya?” ucapnya.
Aku pun segera beranjak menuju ruang kelasku. Di sana Arya sudah datang duluan dan sedang duduk melamun. Sepertinya dia ngedengarin nasihatku kemarin untuk nggak tidur di kelas. Dia menatapku saat aku sedang berjalan menuju bangku ku. Beda banget dengan kemarin-kemarin. Kulihat sedikit senyuman terlintas di wajahnya saat pandangan kami beradu. Akupun membalas senyumannya.
Aku teringat kejadian barusan soal pendaftaran. Kira-kira kalo Arya tahu aku ikut kayak gitu apa pendapatnya ya? Apa nanti dia pikir aku sama aja dengan cewek norak yang selama ini mengelu-elukan dia?

  

Setelah memikirkan masak-masak, bahkan sampai hangus, aku memutuskan nggak akan mendaftar menjadi anggota fansclub Arya. Yup, aku harus memulangkan formulir ini dan menolaknya dengan tegas.
Aku berjalan melewati lorong-lorong panjang menuju ke gedung belakang. Cukup jauh juga jarak dari kelasku ke ruangan klub seni. Sekolahku terdiri dari tiga buah gedung utama dan sebuah gedung aula. Gedung pertama adalah gedung utama memiliki tiga lantai berisi kantor, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, lab komputer dan lab bahasa. Gedung kedua terletak di sebelah kanan gedung utama. Geduang kedua merupakan gedung terluas dengan empat lantai. Di sinilah berisi kelas-kelas yang berjumlah sekitar 28 ruang kelas plus lab matematika & fisika. Kebanyakan kelas-kelas dihuni oleh siswa kelas 1, 3 dan sebagian kelas 2. Gedung ketiga terletak di belakang gedung utama. Besar gedungnya pun nggak jauh beda dengan gedung utama. Berlantai tiga dan berisi ruang lab kimia, matematika, fisika, biologi, perpustakaan dan sebagian kelas 2. Di gedung ini terdapat beberapa kelas kosong yang digunakan sebagai ruangan kegiatan klub. Di sinilah aku berada, lantai dua berlorong panjang dengan ruangan kelas di kiri dan kanan.
Jantungku masih berdebar-debar bukan karena gugup atau takut, tapi karena kecapaian saking jauhnya nih tempat.
Aku membuka pintu bertuliskan Klub Seni. Aku melirik kiri kanan, hanya ada Helen yang sedang duduk menuliskan sesuatu. Sedang apa Helen di sini, pikirku.
“Cari siapa Ren?” tanya Helen begitu menyadari kehadiranku.
“Shinta ada?” tanyaku.
“Belom datang. Biasanya jam segini sih sudah ada.” Jelasnya.
“Oh, kamu ngapain di sini?” tanyaku lagi.
“Aku anggota Fansklub Arya. Kamu mau gabung? Asyik loh.” Ajak Helen.
Aku ingat sekarang, Erni pernah bilang kalo Helen tuh pangkatnya sekertaris di fansklub Arya.
“Justru itu, tadi siang aku ditawari sama si Shinta untuk jadi anggota tapi… kayaknya gak deh. Masih banyak kesibukan lain yang menunggu. Apalagi sekarang sudah kelas 3. Sedikit lagi mau ikutan bimbel jadi aku bakalan gak punya banyak waktu untuk urusan ekskul atau klub.” Jelasku supaya Helen mengerti situasiku saat ini.
Sebenarnya sih, males banget gabung sama cewek-cewek centil yang semuanya mengagumi satu orang cowok super cuek.
“Oh, aku ngerti kok Ren!” ucap Helen.
“Maaf ya, Helen! Tapi makasih yah buat Shinta yang udah mau ngajakin aku gabung.” Ucapku.
Aku pun meninggalkan ruangan itu dengan penuh kelegaan. Dan kuharap gak bakal balik lagi ke ruang itu.
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar