Gadis Penunggu Hujan…
Hari
itu hujan turun sangat deras. Aku baru saja pulang dari kantorku dan terjebak
di halte bis ini bersama orang-orang yang tidak memiliki kendaraan sepertiku.
Aku
baru sebulan ditempatkan di kota ini. Karena prestasi yang bagus, aku
ditempatkan di Kantor cabang di sini sebagai Manejer. Aku belum membeli
kendaraan karena belum tahu jalanan di daerah sini. Jadi setiap pulang pergi
Kantor, aku naik Bis atau Taksi.
Kebetulan
aku lembur dan pulang jam 8 malam. Bis jurusan ke rumahku belum juga ada. Satu
persatu orang-orang di Halte ini mulai berkurang. Kini cuma aku berdua dengan
seorang cewek. Mungkin umurnya sekitar 20an dan wajahnya lumayan cantik juga
loh. Seandainya aku belum punya pacar, pasti aku pendekatan padanya.
Cewek
itu hanya menatap hujan dan seakan menunggu hujan reda. Akhirnya untuk mengusir
bosan, aku mencoba mengajaknya berbicara. Lagipula cewek itu tidak sibuk juga.
“Hey,
kamu naik Bis jurusan 2 juga yah?” tanyaku.
Cewek
itu menggeleng.
“Trus
kamu mau kemana?” tanyaku lagi.
Cewek
itu menatapku dengan heran lalu menggeleng.
Aku
mencoba mendekat dan berdiri sejajar dengannya. “Maaf, apa kamu bisu?”
Cewek
itu menatap kaget padaku kemudian tertunduk lesu dengan sebuah anggukan ringan.
“Oh,
maaf yah aku malah nanya macam-macam.” Aku jadi tak enak hati padanya.
Tanpa
terasa Bis ku pun datang dan aku segera menaikinya. Sebelum menaikinya aku
menoleh kea rah cewek tadi dengan kecemasan. “Kamu sedang menunggu seseorang
yah?” aku mencoba menerka.
Cewek
itu menatapku sejenak lalu tersenyum kecil. Sepertinya tebakanku benar. Dia
sedang menunggu seseorang menjemputnya.
***
Keesokan harinya, hari masihlah sore dan hujan lebat
pun kembali mengguyur kota ini. Dari balik jendela kantorku aku kembali melihat
sosok itu. Cewek yang kemarin berdiri di halte depan Kantor. Aku
memperhatikannya dari sini. Dia berdiri sambil menatap hujan.
Aku pun menuju ke halte itu untuk menemaninya sejenak.
“hey! Ketemu lagi nih!” sapaku.
Dia menatapku sejenak sambil tersenyum kecil. Kemudian
dia kembali menatap kosong pada hujan.
“Rumah kamu deket sini ya?” tayaku.
Cewek itu membalasnya dengan gelengan.
“Atau kantor kamu dekat dari sini? Kamu kerja dimana?”
tanyaku sekali lagi.
Cewek itu tertunduk lesu dan tak memberikan jawaban.
Mungkin dia tidak ingin membicarakan masalah pekerjaan.
“Oh ya, Aku kerja di gedung ini. Namaku Rama. Aku
balik ke kantor dulu yah?” Aku pamit dan
dia hanya menatap kepergianku tanpa ekspresi.
Entah mengapa aku jadi penasaran pada cewek itu.
Akupun bartanya tentang cewek itu pada salah seorang karyawan.
“Kamu kenal cewek itu?” tanyaku.
“Wah, Kurang begitu kenal tapi orang-orang di sini
memanggilnya Gadis Penunggu Hujan.” Jawab sang karyawan.
“Oh ya? Trus?” aku jadi penasaran tentang cewek itu.
“Setiap kali hujan, dia selalu saja berdiri di Halte
itu. Setelah hujan reda, dia pun berlalu. Atau bila Bis sudah tidak muncul
lagi. Bukan hanya di halte itu saja. Terkadang dia muncul di halte lainnya
juga. Tapi dia paling sering muncul di halte ini.” Jelasnya.
Kami bercerita panjang tentang gadis itu. Sudah hampir
setahun dia berdiri di depan halte itu sebagai gadis penunggu hujan. Entah apa
yang dia tunggu. Apakah dia menunggu seseorang? Ada yang mengatakan dia
menunggu pacarnya yang berjanji akan datang saat hujan. Ada yang mengatakan
kalau dia terkena gangguan jiwa, ada juga yang mengatakan kalau dia dikutuk.
Entahlah, tak ada yang tahu masa lalu cewek itu. Sepertinya dia juga bukan dari
kota ini. Awalnya orang-orang agak risih dengan keberadaannya namun akhirnya
mereka sudah terbiasa.
***
Sudah 3 hari ini hari terus hujan. Aku jadi kasihan
dengan sang gadis penunggu hujan itu. Sepulang kantor, aku pun menghampirinya. Dan
mencoba mengajaknya bicara.
“Hey!” sapaku.
Cewek itu menatapku sejenak tanpa membalas salamku.
“Aku sudah tahu.”
Cewek itu menatap heran padaku.
“Kamu menunggu seseorang yah?”
Cewek itu pun menundukkan kepalanya dan terlihat
murung setelah mendengar tebakanku tadi. Aku jadi merasa bersalah padanya. Aku
jadi sangat kasihan padanya. Pasti orang yang dia tunggu adalah orang yang
sangat berarti dalam hidupnya.
“Ups, maaf yah! Oh ya, tunggu sebentar yah?”
Aku berlari menerobos derasnya hujan. Kebetulan di
dekat sini ada café. Aku membeli dua buah Hot Milk O’latte dan kembali ke halte
tadi.
“Nih? Kamu gak kedinginan? Nanti masuk angin loh.”
Ucapku sambil memberikan secangkir minuman yang baru saja ku beli.
Dia menggenggam minuman itu dan membiarkan tangannya
meresap kehangatan dari minuman itu.
“Duduk aja Non.”
Cewek itu menatap heran padaku. Mungkin karena aku
memanggilnya Non.
“Aku gak tau namamu. Makanya aku manggilnya Non aja.”
Jelasku sambil nyengir.
Cewek itu tersenyum kecil kemudian dia pun duduk di
kursi halte ini. Hatiku langsung berdebar-debar melihat senyuman indahnya ini.
Dan sejak saat itu, aku berjanji akan membuat gadis ini melupakan orang yang
ditunggunya saat hujan. Aku akan menyembuhkannya… itulah janjiku.
***
Sudah hampir seminggu aku duduk dan menemaninya
menunggu. Entah tubuhku sudah seperti refleks dengan hujan. Setiap hujan aku
pun meminta izin pada atasanku sejenak untuk keluar melihat gadis penunggu
hujan ini. Meski tidak setiap hari hujan, tapi aku selalu menantikan datangnya
hujan dengan harapan indah. Hujan tidak lagi menjadi sesuatu yang
menjengkelkanku.
Aku memberikannya minuman hangat dan bercerita banyak
hal. Mulai dari pengalaman pribadiku, tempat asalku sebelumnya dan tentang
berita-berita di televisi. Dalam hatiku aku ingin mengenalnya lebih dekat. Wajahnya
selalu terbayang hingga ke dalam mimpiku. Dia hanya tersenyum menanggapi
ceritanya.
Akhirnya malam ini akupun memutuskan untuk
mengantarnya pulang. Seperti biasanya gerimis mengiringi sore hari ini. Langit
senja yang berwarna ungu turut mengindahkan suasana hatiku.
Aku membelikannya Susu cokelat panas dan duduk di
sampingnya sambil menikmati suasana gerimis ini. Dia pun seperti sudah tidak
canggung lagi denganku. Dan aku tenang saat berada dekat dengannya.
Tak terasa senja telah berlalu dan berganti pekatnya
malam. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang ini. Suara gemuruh menggema
memecahkan kesunyian malam ini.
“Kamu gak bosan nunggu? Aku antar pulang deh!” tawarku.
Dia hanya duduk terpaku dan membisu.
“Aku juga sudah mau pulang nih. Boleh kan aku anterin
kamu pulang?” pintaku.
Dia pun mengangkat kepalanya lalu tersenyum padaku.
Dan dia mengangguk. Akhirnya aku bisa sedikit mengenalinya. Semoga saja sisi
misterius dari dirinya perlahan terbuka.
Cewek itu naik di Bis nomor 5 dan aku pun menemaninya.
Sepanjang perjalanan dia hanya melamun sambil memandang keluar jendela bis. Aku
menceritakan beberapa lelucon namun dia tidak tertawa. Biasanya kalo aku cerita
dia tertawa. Mungkin dia merasa risih karena aku mengikutinya.
Akhirnya kami turun di perhentian bis. Sebuah Halte di
pinggiran kota di daerah perumahan elit. Apakah dia tinggal di sini? Aku jadi
penuh tanya.
Dia turun, dan akupun bermaksud turun untuk
mengantarnya. Namun dia mencegahku. Dia tersenyum lalu mencium pipiku.
Aku kaget dan terlena. Waktu seakan berhenti dan
diriku hanya bisa membisu tanpa kata-kata. Pintu Bis pun tertutup dan dia melambaikan
tangannya seiring Bis yang berjalan pergi. Aku hanya bisa membalas senyumannya.
Malam ini merupakan malam yang tak akan terlupakan dalam hidupku.
***
Tuhan mungkin menakdirkan aku untuk bertemu dengannya
lagi. Lagi-lagi sore ini hujan turun dan aku sudah tak sabar bertemu gadis
penunggu hujan itu. Sepulang kantor aku pun segera ke halte sambil membawa dua
buah susu cokelat panas.
Tapi… setibanya di halte, ternyata aku tidak
menemukannya? Gadis penunggu hujan itu tak ada meskipun hari sedang hujan. Aku
berputar-putar di sekitar halte ini mencarinya. Jangan sampai dia ada di
sekitar sini.
Pencarianku terhenti karena malam telah tiba. Aku
duduk di halte ini untuk menanti sang gadis penunggu hujan. Padahal kemarin dia
tersenyum padaku dan memberikan kecupan di pipiku. Aku jatuh cinta padanya. Dan
rasanya hampa tidak ada dia disini.
Tanpa terasa bis terakhir telah lewat. Aku pulang
jalan kaki karena sudah tak ada lagi bis. Kulihat jam tanganku sudah
menunjukkan pukul 12 tengah malam.
Esoknya hujan pun turun seperti kemarin. Kali ini aku
membolos kantor dan mencarinya di Halte. Sekitar setengah jam aku menunggunya
di halte ini namun dia pun tak muncul lagi seperti biasanya.
Aku jadi teringat ucapan salah seorang karyawan bahwa
terkadang dia menunggu di halte bis yang lain. Aku pun naik bis dan memeriksa
halte-demi halte. Namun hasilnya tidak memuaskan. Ada banyak halte bis di kota
ini sehingga aku tidak menemukan gadis penunggu hujan itu.
Hari demi hari berlalu… setiap kali hujan aku selalu
keluar memeriksa halte. Bos ku yang kesal dengan tingkahku yang sering bolos
kerja saat hujan turun ini pun mulai menegur dan memberi peringatan keras. Tapi
aku tak perduli dan tetap saja aku bolos setiap kali hujan datang.
Akhirnya aku dipecat dan aku tidak punya kerjaan
apa-apa sekarang. Yang kulakukan adalah menunggu gadis penunggu hujan di halte
ini.
Hari berlalu, bulan pun berlalu… entah sudah berapa
lama aku melakukan ini. Mencari gadis penunggu hujan. Setiap hujan aku pun
berjalan dengan jas tebal milikku. Rambutku acak-acakan tak terawat dan tubuhku
mulai mengurus. Aku tak punya lagi uang untuk makan apalagi untuk ongkos naik
bis.
Dalam keputus asaan itu aku tak bisa lagi mencari.
Jadi aku hanya bisa menunggunya muncul di halte ini. Yah, hanya itu yang harus aku
lakukan. Menunggunya setiap kali hujan datang. Aku akan setia menunggu mu gadis
penunggu hujan. Aku akan bersabar menunggumu muncul.
Entah sudah berapa hari dan bulan terlewat. Aku tetap
menunggunya di halte ini. Dan akhirnya orang-orang pun mulai memanggilku… PRIA
PENUNGGU HUJAN!
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar