Senin, 07 Maret 2011

Cerpen | Hack To Love

Hack To Love

“Klik”. Layar komputerku tiba-tiba saja padam begitu juga dengan power CPU begitu aku mulai masuk ke dalam internet. Sepertinya akses ke internet telah diblok oleh seseorang dari luar. “Wah, Hacker iseng nih!”. Gumamku.
Sudah tiga tahun aku berkecimpung dalam dunia mafia internet ini, dan sudah banyak pula korban ku yang terkena serangan karena keisenganku. Mungkin satu dari korban-korban ku ada yang ingin balas dendam.
Kunyalakan kembali komputerku dan mulai mengutak-atik dalam layar hitam ini. Nah ini dia.
Laptop mungil A200 milikku kali ini harus dimintai bantuan, soalnya komputer gedenya sudah kemasukan penyusup.
Dua jam bermain dengan si mungil A200 ku, akhirnya mendapatkan hasil. Terpampang tulisan kecil di sudut kanan layar yang bunyinya, “You’ve got Message!”. Akupun langsung membukanya dengan hati-hati. Kali aja virus.
“HEH! Lo apain komputer gue. Kok sampe nggak bisa masuk? Awas ya lo, tunggu aja balasanku. –VV-“.
Begitu isi email yang kudapat. Kayaknya itu cowok kelabakan cari warnet buat ngomongin ini, soalnya sekarang sudah jam satu malam WITA. Sebenarnya aku Cuma ngilangin sistem operasinya saja, masa’ sih dia nggak tau. Kayaknya trumpet perang udah berbunyi nyaring nih.
Esok paginya, aku terbangun jam sebelas siang. Soalnya habis memperbaiki si komputer gede agar bisa koneksi sampai jam empat subuh. Kulihat jadwal kuliahku yang tertempel di dinding kamar ku. 9.20 – Pemograman Visual II, trus jam 11.10 – Sistem Operasi. Sepertinya nggak usah masuk dulu deh. Mendingan main PS2 yang berhasil kubeli online secara gratis alias ilegal tahun lalu. Pinginnya sih beli mobil, tapi itu terlalu mencolok sekali. Soalnya rata-rata mobil yang dijual di internet mobil-mobil mewah yang harganya paling murah Rp. 1M.
***
Ternyata ancaman hacker itu benar terjadi, tapi masih dalam level bisa dimaafkan. Kira-kira dua minggu setelah email itu, muncul si Mr. Smile begitu aku koneksi ke internet. Padahal itu senjata hacker milik CCC dari Jerman. Wah si mata-mata di komputerku ini mulai mengkopy isi hardiskku ke luar. Segera saja aku tangani penyusup ini.
Lima menit perang melawan Mr. Smile, berhasil kumenangkan. Sekarang kedudukan menjadi 2-1 untuk kemenanganku.
Aku terdiam sejenak memikirkan masalah tadi. CCC, alias Computer Chaos Club. Apa tuh anak anggotanya juga ya? Kalo yang dikirim Mr. Smile sih aku masih bisa bernafas lega, tapi kalo yang dikirim Mr. Angry Devil, wah bisa meledak nih komputer. Perang harus segera berakhir nih, soalnya dia anggota CCC. Tapi bukan berarti aku minta maaf dan langsung ganti alamat IP begitu. Tapi dia harus dikalahkan telak tanpa sempat minta bantuan sama empu nya CCC.
Jadi, sekarang peperangan ini sudah bertambah musuhnya. Sebelumnya aku hanya melawan Hacker kecil ini, sekarang sudah ada sekutunya yaitu CCC. Dan satu lagi musuhku, yaitu ujian final yang mulai diselenggarakan serentak di kampus mulai minggu depan. Satu lawan tiga! Nggak adil banget.
Pertama-tama mengecek nomor anggota Hacker ini di CCC. Memang gila bener, masuk secara ilegal ke dalam database nya salah satu organisasi hacker terbesar di dunia itu. Tapi mau nggak mau tetap harus.
***
“Wah, tumben nih kamu datang. Mau ujian ya, jadi cari bahan contekan lewat internet”. Sapa Dodi, sohibku yang punya warnet ini.
“Nggak lah. Aku mau melacak seseorang. Bisa pake komputernya”.
“Silahkan, asal jangan bobol Bank atau beli barang mewah aja. Soalnya kalo dilacak bisa gawat aku”.
“Iya, iya”.
Akupun mulai membuka halaman internet. Jantungku berdetak kencang sekali. Soalnya gak boleh sampai ketahuan kalo sedang menyusup. Bisa-bisa komputer ini diledakin dari sono.
Berhasil masuk! Sekarang tinggal memasukkan biodata orang yang mau dicari. Yang aku ketahui hanyalah nick nya, yaitu VV dan IP address komputernya. Kecuali dia sudah ganti komputer atau ganti Ethernet Cardnya.
Kemudian aku memasukkan IP adressnya dan…
“Registation Number : 19777085-1430E. Member Name : Vivi Asriani. Gender : Female. Age : 17. Region : Indonesia. Address: Jl. …”. Monitor yang emang dari tadi layarnya hitam langsung hitam seketika tanpa tulisan apa-apa. Wah sepertinya ketahuan nih. Buru-buru kucabut kabel power dan kabel jaringan untuk menghindari kecelakaan yang fatal banget.
“Kamu apain tuh komputer?”. Bentak Dodi setelah melihat apa yang sudah aku lakuin sama salah satu kompie warnet nya.
“Sebaiknya kamu nggak usah pake komputer ini untuk internet lagi. Kalo kamu mau pake lagi, dijamin bakalan tewas nih komputer”.
Dodi langsung menelan ludahnya setelah mendengar saranku yang kedengarannya super gawat.
Kunyalakan lagi komputer itu tanpa koneksi ke internet.  Aku mulai membuka History komputer. Siapa tau masih tertinggal di sini.
“Hah! Mau ujian begini kamu malah cari jodoh”. Ucap Dodi setelah melihat isi History komputernya.
Dalam halaman itu terpampang foto cewek yang cantiiiik banget. Mirip bintang iklan biore yang namanya Gizza kalo nggak salah. Beautiful Hacker gitu. Trus nomor register, nama, jenis kelamin, umur, kebangsaan, dan alamat yang hanya memunculkan jalannya saja.
Kalo foto memang bisa dikelabui. Soalnya aku juga pernah begitu. Nyamar sebagai cewek trus kirim foto cewek cantik buat gombal sama itu cowok. Siapa tau tampang ini cewek juje banget alias Jutek en Jelek, karena kelakuannya sudah terlihat. Aku ngebayangin tampangnya yang tomboi dengan muka garang dan mata sinis. Pokoknya jauh banget sama kesan feminim yang ditonjolin di foto.
***
Sudah seminggu sejak kejadian di warnet itu. Tapi aku masih terus mikirin Hacker cewek itu. Bukan karena tampangnya yang cakep seperti pada fotonya itu. Emang sih kepikiran dikit tapi yang paling bikin kepikiran adalah bisa-bisanya aku perang sama cewek sampai kelabakan begini. Trus kepikiran sampai terbawa dalam mimpi.
Saat ini komputer lagi damai tanpa serangan apa-apa. Soalnya habis ganti LAN Card plus SO baru, so pasti nggak bakalan ketahuan lagi nih. Walaupun dilaporin sama bosnya CCC, nggak bakalan tahu nomor seriku sekarang.
Saatnya ke rencana kedua, yaitu ngelihat langsung tampang itu cewek. Benaran cakep atau Cuma minjam foto tetangga.
***
“Hallo Koyuki! Moshi-moshi! Tolong bantuin saya nanganin CCC. Soalnya saya nggak bisa bertahan lama kalo masuk databasenya CCC. Bukannya mau merusak situs itu, tapi tolong kasih aku tanda kalo 19777085-1430E salah satu anggotanya lagi terhuung dengan situsnya. Terus, bisa kasih tahu caranya kamu masuk ke satelit pengintainya pentagon. Saya bukannya mau coba-coba masuk kesana, Cuma mau tahu caranya saja. Udah ya! Bye”.
Begitulah isi email yang baru saja kutulis untuk seseorang di negeri sakura. Koyuki, teman sesama Hacker yang memang jago banget sama dunia Hacker. Jadi kalo email sama dia, nggak perlu repot-repot belajar bahasa jepang atau inggris. Soalnya dia punya segala macam program translate untuk keperluan memecahkan kode.
***
Hari itu, ujian final hari terakhir. Lagi-lagi bahasa pemograman, tapi gampang banget bagiku. Hanya saja programnya agak panjang dan memang hanya satu nomor.
Baru sepuluh menit aku terhanyut bersama pena dan kertas jawaban, tiba-tiba saja PDA ku berbunyi nyaring hingga membuat semua mata di kelas memandangku.
Siapa sih yang tega benar manggil pas lagi serius begini. Kubuka tasku dan mengambil Pocket PC itu lalu berjalan ke luar kelas sambil ditatap sinis sama dosen pengawas.
Koyuki??? Aku segera mengangkat telepon itu. “Target is Loading”. Ucapnya, lalu segera menutup telepon tanpa say hallo apalagi say bye. Yah, soalnya pulsa internasional sih. Setelah itu, aku segera masuk ke kelas dan menyelesaikan ujian final itu secepat kilat. Dua menit kemudian aku mengumpul kertas ujian itu walupun masih setengah jawaban.
Setelah diluar kelas, aku langsung membuka Laptop mungil yang selalu setia menemani. Kubuka email dan langsung dapat posisi X dan Y nya target. Seperti yang sudah diajarkan Koyuki, aku mulai masuk ke dalam database salah satu perusahaan selular yang memiliki fasilitas video streaming yang biasa digunakan untuk mengecek keadaan lalu lintas. Dalam lima menit aku berhasil memegang kendali kamera video straming. Lalu memasukkan posisi x dan y yang telah diberitahu Koyuki.
Dengan perasaan yang deg-degan, aku menunggu Loading yang baru menunjukkan posisi 60%. Akhirnya beberapa detik kemudian muncul juga sebuah pemandangan perumahan seperti dilihat dari atas pesawat. Aku mulai zoom in hingga pemandangan itu berubah menjadi pemandangan yang dilihat dari lantai dua. Kemiringannya kumiringkan sedikit dan terlihat jelas sosok Beautiful Hacker itu yang ternyata mirip dengan yang ada di foto.
Dia sedang menggoyangkan mouse sambil menatap monitor dengan serius. Ternyata kalo lagi serius begitu, tampangnya makin manis deh. Kayaknya lagi jatuh cinta nih.
Setengah jam lebih aku memandanginya, rasanya tidak ada bosan sama sekali. Tapi…”Klik”. Seperti biasa, monitor mati karena ketahuan nyelundup.
***
Satu bulan telah berlalu setelah ujian terakhir waktu itu. Sekarang, kuliah lagi libur, dan sedang ada Ospek di kampus sehingga membuat kampus menjadi ramai walau mahasiswanya lagi libur.
Aku sedang dalam perjalanan menuju kampus kira-kira jam delapan pagi. Soalnya registrasi ulang tinggal sehari doang dan dosen yang ngurusin hal ini hanya nongol di kampus dari jam delapan sampe jam sepuluh.
Ketika akan memasuki gerbang kampus, aku melihat segerombolan cewek-cewek panitia Ospek sedang mengelilingi seseorang Maba yang tertunduk lesu. Kebetulan aku kenal dengan gerombolan-gerombolan itu, mereka adalah teman seangkatanku yang hobi banget nyontek kalo sudah masuk Lab.
“Hi!” sapa mereka kepada ku.
Aku membalas dengan senyuman. “Kenapa dia?”. Tanyaku karena merasa kasihan lihat itu cewek yang sudah tertunduk pucat.
“Telat”. Jawab salah satu gerombolan itu.
“Bukan cuma itu, dia itu baru masuk sudah mulai cari muka. Atributnya nggak lengkap, kenapa nggak lengkap? Malu ya, pake gituan”. Salah satunya malah ngomel.
Terlihat air mata cewek itu jatuh menyentuh pipinya yang merah padam karena pucat. Aku menundukkan badanku dan melihat wajah cewek itu lebih teliti.
“VIVI!!!???”. Suaraku langsung membahana setelah melihat wajah itu. Kontan saja gerombolan itu melihat aku dengan tatapan bingung penuh pertanyaan.
“Siapa dia?”. Tanya salah satu panitia.
“Sepupuku”. Jawabku asal.
“Hah! Aduh maaf kita nggak tau kalo kamu sepupunya”.
Vivi menatapku bingung, tapi hatinya senang telah keluar dari cengkraman mulut singa. Akhirnya Vivi berjalan mengikutiku di sampingku setelah negosiasi dengan panitia ospek tadi.
“Kamu siapa? Makasih ya sudah nolongin”. Tanya Vivi setelah sudah agak jauh dari panitia Ospek tadi.
“Kamu sendiri memukul orang tanpa memperkenalkan diri”. Ucapku.
Alisnya mengkerut. “Apa maksud kamu? Dari mana tau nama ku?” Tanyanya lagi.
“Justru aku yang mau terima kasih. Sesama Hacker tidak boleh memberitahu identitas asli. Di CCC kamu nggak dikasih tau ya. Sampai ngirim Mr. Smile segala”.
“Ya ampun! Kamu…”. Kata-katanya terhenti sesaat.
“Hu-uh!”. Jawabku untuk memastikan kalo perkiraannya tepat.
“Trus, kenapa kamu bilang terima kasih?”. Ucapnya penasaran.
“Terima kasih, karena kamu sudah datang secara tiba-tiba dan mengisi hatiku”.
Vivi menghentikan langkahnya. Sepertinya dia tau kalo sedang ditembak.
“Aku sudah merhatiin kamu sejak kedatanganmu, dan… aku langsung jatuh cinta begitu melihat wajah seriusmu yang sedang hanyut dalam layar monitor. Mau nggak jadi pacarku?”. Aku langsung nembak tanpa tanya kamu sudah punya pacar belum. Kulihat dia hanya terdiam sesaat. Lalu…
“Tergantung”. Jawabnya. “Kalo kamu bisa perbaiki komputerku yang kamu bikin sampe aku nggak bisa masuk. Aku pikir-pikir deh pernyataan kamu”.
“Keciiil”. Ucapku, mengingat komputernya hanya aku hapus sistem operasinya saja. Gampang banget dibetulin.
“Eh, tunggu dulu. Kamu bisa lihat aku darimana?”. Tanyanya kemudian.
“Kamera pengintai yang ada di satelit. Bisa sampai tembus gedung lho”.
“Jadi! Kamu pernah lihat aku kalo lagi tidur atau… jangan-jangan waktu aku mandi dan ganti baju kamu juga pernah lihat”.
Aku hanya tersenyum licik. Mukanya langsung lesu, namun tiba-tiba berubah menjadi tampang judes dengan tangan mengepal yang siap mendarat di wajahku. Rupanya dia kira kau benar-benar melihat dia dalam kondisi begitu, padahal hanya sekali saja aku melihatnya melalui video streaming. Tapi biarkan saja deh, lagipula pukulannya nggak terasa apa-apa di badanku.
Akhirnya, perang Hacker antara aku melawan Beautiful Hacker berakhir juga dengan perjanjian damai berupa pernyataan cinta yang nggak tau bakal diterima atau ditolak.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar