Senin, 07 Maret 2011

Cerpen | Sang Pengelana Yang Cengeng

Sang Pengelana Yang Cengeng

Suatu hari seorang pengelana meninggalkan rumah untuk berkelana. Karena terlalu cengeng dan selalu menitihkan air mata bila mendapat permasalahan, ia disuruh berkelana oleh orang tuanya untuk melihat dunia. Ia sangat sedih meninggalkan kampung halamannya namun dia harus pergi. Sepanjang perjalanan dia terus menangis...
Di perhentian yang pertama, ia bertemu seorang anak kecil yang sedang menangis di depan kuburan kedua orang tuanya. Ia baru sj kehilangan kedua orang tuanya. sang pengelana pun berkata, “janganlah menangis relakanlah kepergiannya.”
Sang anak pun berkata. "Aku bukan sedih karena kepergian mereka, aku sedih karena aku tidak tahu cara mendoakannya".
Sang pengelana pun mengajarkannya berdoa. Kini sang anak itu bisa lebih tegar melepaskan kepergian orang tuanya dengan doa. Setelah itu anak tersebut mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.
Setelah berpamitan dan berdoa untuk kedua orang tua anak itu, sang pengelana pun melanjutkan perjalanannya dengan menaiki sebuah bis.
Bis berhenti di sebuah halte di kawasan kumuh, Sang Pengelana bertemu seorang pengemis yang terlihat sedih. Sang pengelana pun mendekatinya dan berkata. "Tak usah menangis. Ini ada uang."
Sang pengemis menatap sang pengelana lalu berkata. "Aku tak membutuhkan uang. Temanku yang membutuhkannya. Aku sedih hari ini aku tak dapat memberinya. Tapi berkat uangmu aku telah mencukupi. Syukurlah". Ucapnya sambil tersenyum.
Si Pengelana pun melanjutkan kembali perjalanannya dengan berjalan kaki. Karena kelelahan, sang Pengelana jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit sang pengelana bertemu seorang pasien yang divonis menderita AIDS. Ia lalu berkata "kamu tidak sedih dengan penyakitmu?"
“Aku tidak sedih. Justru aku harus tetap semangat dan tersenyum agar aku bisa tetap kuat menghadapi penyakit ini.” Jawab si Pasien.
“Tapi penyakitmu tak ada obatnya dan kematian sudah pasti untukmu.” Ucap sang Pengelana.
Sang pasien pun menjawab. "Saat ini memang penyakitku tak ada obatnya. Tapi, mungkin saja besok sudah ada. Karena itu, aku tak takut menghadapi hari esok." ucap si pasien sambil tersenyum.
Setelah beberapa jam di rawat di rumah sakit, sang pengelana pun melanjutkan perjalanannya...
Di perhentian berikutnya, sang pengelana harus menyebrangi lautan. Ia melihat seorang nelayan yang akan berangkat ke laut dengan kapalnya. Iapun ikut bersama sang nelayan untuk menyeberang ke pulau berikutnya. Di tengah jalan, kapal mereka tenggelam akibat badai yang tiba-tiba datang menerjang.
Mereka selamat namun mereka tak berhasil tiba di pulau seberang. Sang nelayan menangis hingga membuat sang pengelana berkata, "Aku turut prihatin dengan kapalmu dan hasil tangkapanmu."
Sang nelayan pun berkata. "Aku tak menangisi itu. Aku menangisi penyesalanku karena tak dapat mengantarmu menyeberang.”
Mendengar hal itu, sang pengelana pun tersentuh. Iapun berkata, "Aku tidak apa-apa. Namun kini aku mengerti satu hal. Dan aku tak jadi menyeberang. Aku akan kembali pulang ke rumah" ucap sang pengelana. Dan sang nelayan pun menatap kepergian sang pengelana dengan senyuman.
Sang pengelana mulai mengerti maksud dan tujuan pengelanaannya. Selama ia berkelana seorang diri, dia telah banyak menemukan kesedihan orang-orang. Namun mereka tetap tegar dan lebih memikirkan orang lain.
Sang pengelana pun kembali ke kampung halamannya dengan tersenyum. Ia sudah mengerti maksud pengelanaannya yang ditugaskan kepadanya.
Sesampainya di rumah, ia pun berkata kepada kedua orang tuanya. "Untuk apa aku bersedih? Banyak orang yang memiliki kisah lebih sedih dari kisahku, namun mereka masih tetap tersenyum. Untuk apa aku menangis? Banyak orang yang lebih pantas menangis namun mereka tetap tegar. Untuk apa aku gundah? Banyak orang menikmati hidup dengan keadaan yg lebih buruk." Jelas si pengelana.
Kedua orang tuanya pun menyambut si pengelana dengan bangga. Tidak sia-sia mereka merelakan kepergian anaknya untuk mencari jati diri dan mempelajari pelajaran yang sangat penting. Pelajaran tentang menjalani kehidupan dengan tegar dan tak putus asa.
Sejak saat itu, sang pengelana tidak lagi dikenal sebagai pengelana cengeng. Ia dikenal sebagai orang yang sabar dan tegar. Orang yang memberikan senyum dan kebahagiaan kepada orang lain. Dia pasti akan ada disaat ada orang yang sedang bersedih, dan menghiburnya.
Kesedihan pasti akan datang silih berganti dengan tawa. Namun janganlah larut dalam sedihmu karena air mata itu tak abadi. Dalam hidup ada suka dan duka, ada tangis dan tawa yang akan menghiasi drama kehidupan kita. Jadikanlah semua itu sebagai pengalaman berharga yang akan mendewasakan kita.
Ceritakanlah kisah ini, agar mereka tak perlu pergi berkelana untuk menemukan arti sebuah senyuman. Semoga adik-adikku yang mendengar kisah ini dapat tersenyum dan melupakan kesedihannya.
Dan bila dia masih bersedih, teruslah menyemangati dan menghiburnya. Nyanyikanlah lagu ini untuknya...
Sedih itu adalah tawa bila kita mampu melewati semua
Senyum itu pasti kan teruji dan berganti sedih dan juga lara
Semua itu harus kau rasakan dan hadapi semua pasti kau bisa
Jangan takut dan juga sedih aku pasti akan melindungimu

Hadapi semua kau pasti bisa aku melindungi dan mendoakanmu...

Hidup itu pelajaran tentang saling pengertian dan saling mendukung
Bersyukurlah atas anugerah Nya kita masih bisa menjalani semua

Hadapi semua kau pasti bisa aku melindungi dan mendoakanmu...

Berbagi senyuman kepada semua
Saling mendukung dan saling menjaga
Kita pasti bisa melewati semua
Percayalah slalu ku ada untukmu
(Berbagi Senyuman – N^o^3)
Dari sang pengelana...



^o^
Muhammad Nur Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar