Cinta itu tak harus memiliki. Syukurilah rasa cinta yang diberikan tuhan kepadamu. Tak semua orang pernah merasakan kisah cinta yang indah. Jika kamu mencintainya, cintailah dia dalam hatimu. Meski mulut tak dapat mengungkapkannya namun hatimu dapat menyampaikannya. Kebanyakan sulit dan sering berkata bohong tentang mengikhlaskan cinta. Mereka tak rela bila cinta mereka tak termiliki. Well, dengarkanlah kisahku ini...
Malam ini aku tak bisa tidur karena pertengkaranku dengan sahabat yang telah kuanggap adik sendiri. Aku merasa sangat menyesal dan ingin segera meminta maaf. Akupun segera ke warnet di dekat tempat kos yang memang buka hingga jam 2 malam. Akupun mulai mengetik email...
Dear Shinta
Mungkin kakak memang tak pantas menjadi kakak yang baik bagimu. Bukan pula sahabat yang baik bagimu. Namun aku selalu menganggapmu sebagai orang yang sangat berharga di hidupku.
Masih ingat nggak? Saat hatiku terluka dan bersedih, kamu slalu datang menyemangati dan menghiburku. Saat aku sakit, kamu seperti orang panik saja. Saat aku ingin curhat kamu selalu mau mendengarkanku. Hatiku tentram dan damai saat berada di dekatmu.
Maafkanlah kakakmu ini. Tak seharusnya aku menghindari dan marah padamu. Maaf ya...
Seharusnya aku bisa mengerti dirimu namun aku egois dan hanya mementingkan diriku. Aku merasa dirimu yang menderita sedangkan aku hanya berdiam diri.
Kamu adik dan sahabat terbaikku. Dan aku tak ingin membuatmu bersedih. Aku ingin kamu bahagia dan aku akan mencoba menjadi seseorang yang dapat mengerti dirimu.
Entahlah... email ini dibaca atau tidak. Tapi, aku selalu memaafkanmu... maukah kamu terima permintaan maafku? Tidak diterima juga nggak apa-apa kok...
See ya!
Enter dan email pun terkirim. Semoga dia mau membacanya dan memaafkanku. Seharusnya aku tidak cuek padanya disaat dia ingin curhat dan meminta sesuatu dariku.
Sebenarnya aku cemburu dan marah padanya karena dia jadian sama Tomi. Padahal aku sangat menyayanginya namun dia hanya menganggapku seorang kakak dan sahabat curhatnya. Aku lebih dahulu mengenalnya daripada Tomi. Sudah dua tahun aku menjalani waktu bersamanya dan telah banyak kenangan tlah tercipta.
Kira-kira setahun yang lalu rasa sayang sebagai sahabat telah berubah menjadi rasa cinta. Namun aku tidak pernah mengungkapkan rasa ini. Entah mengapa sulit rasanya mengungkapkan cinta lewat bibir ini. Aku memang pengecut...
Selama ini, kami sering saling curhat tentang kehidupan masing-masing. Bintang dan Bulan menjadi saksi perbincangan kami. Dia adalah bulan dan akulah bintang. Kami saling terbuka dan karena dia tidak punya seorang kakak laki-laki, maka dia pun menganggapku kakak. Meskipun sebenarnya sikapku padanya terlihat lebih manja. Aku jadi merasa dialah yang pantas menjadi kakak karena dia lebih tegar dariku dan lebih sering diandalkan daripada aku.
Beberapa bulan lalu dia mengenal Tomi. Sebelumnya dia pacaran dengan Adit namun sudah lama putus. Saat pacaran dengan Adit, aku belum memiliki rasa cinta padanya. Dia sering curhat tentang Adit padaku. Namun kali ini dia pacaran sama Tomi disaat aku telah mencintai dia sebagai seorang gadis. Aku cemburu dan mulai menjauhinya.
Dia menanyakan alasan dan akupun memberikannya. Aku tidak menyetujui dia pacaran dengan Tomi karena berbeda keyakinan. Namun, aku tak memberitahukan alasan sebenarnya. Alasan yang sebenarnya adalah karena aku telah mencintainya. Dan aku cemburu, sangat cemburu.
Akhirnya kami saling diam selama beberapa hari ini. Namun aku tak tahan bila dia membenciku. Aku tak ingin dia membenciku. Biarlah kupendam rasa cinta ini dan merelakan dia. Biarlah aku mengalah dan kalah dalam percintaan ini. Meski rasanya sungguh sangat menyakitkan hatiku. Mencintai itu tak harus memiliki, karena itu aku akan belajar untuk tidak memiliki.
Saat memikirkan tentang itu... rasanya hati ini tak ikhlas. Ada rasa egois untuk memilikimu seutuhnya namun aku akan mencoba untuk tetap tegar. Aku tak ingin dilupakan...
Aku bagaikan ada disaat yang terindah
Menjadi bagian kisah terhempas dari cinta
Tersiksa cintamu yang tlah dinikmati orang lain
Menjadi bagian tawa dan cemooh semua orang
Dengarlah lagu dari orang yang tak mau putus asa
Dengarlah lagu dari orang yang tak ingin dilupakkan
Menepis hari yang sedih membuatku lupa akan arti harga diri
Caci makilah atau kau buat ku tersenyum tuk hadapi kenyataan
Menepis hari yang sedih bagaikan berdiri ditepi jurang batinku
Doronglah aku atau kau raih tangan ini tuk hadapi kenyataan
(Dirly - Tak Ingin Dilupakan)
Lagu ini menemani tidurku malam ini. Air mataku pun tak berhenti mengalir menghadapi kenyataan cinta ini. Oh Tuhan! Mengapa cinta itu menyakitkan? Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku tersenyum? Dan bisakah aku tersenyum saat bertemu dengannya?
Mungkin aku harus bohong padanya dan mengatakan kalau jantungku kumat. Biasanya berhasil membuatnya khawatir dan memaafkan aku. Namun aku tak ingin membohonginya. Aku malah akan membuatnya bersedih karena selama setahun ini dia telah bekerja keras mengobati sakit jantungku. Jika aku berbohong, maka dia akan merasa usahanya selama ini akan sia-sia.
***
Ikhlas dan tersenyum. Itulah yang coba kulakukan hari ini. Semoga dia bisa membahagiakanmu dan kisahmu tidak berakhir seperti dengan Adit. Adit yang memutuskan kisah cinta kalian dan membuatmu rapuh. Saat itulah aku hadir dan menguatkan kamu. Meskipun aku pun tahu kamu masih menyimpan cinta pada Adit. Mungkin itu alasan mengapa aku tidak berani mengungkapkan cinta ini.
Aku membelikan dia cokelat sebagai tanda permintaan maafku. Dia telah membaca email itu dan dia pun telah memaafkan aku. Rasanya agak lega namun masih ada rasa sakit saat dia bersama Tomi.
Untuk menghilangkan rasa sedihku, aku mulai serius bermain basket. Aku mengajar anak-anak kompleks bermain basket dan hampir setiap sore kami bermain. Rasa sedihku sedikit berkurang dengan kegiatannya ini. Namun rasa sedih itu sering datang saat dia mengirim sms tentang kisahnya dan Tomi.
Ya Allah! Jangan jadikan rasa cintaku padanya melebihi rasa cintaku pada Mu! Ikhlaskanlah aku dan tegarkanlah aku.
Hampir setiap malam aku berdoa memohon ketegaran di dalam hati ini. Aku tak ingin menjadi penghalang bagi hubungan mereka dan tak ingin sakit hati. Biarlah rasa cinta ini tak termiliki. Aku lebih bahagia bila dia menganggapku sahabat dan kakaknya. Aku lebih bahagia saat dia mau berbagi kisahnya padaku tanpa ragu.
Hari demi hari telah kulalui dengan menahan rasa sakit ini. Akhirnya aku pun bisa mengikhlaskan dan bisa tersenyum saat mereka berdua berjalan bersama. Kadang-kadang dia mengajakku makan bersama Tomi, dan kami pun bercanda dengan akrab.
Kadang-kadang aku menumpang mobil Tomi jika mereka akan pergi ke suatu tempat yang aku tuju. Aku tak bisa membenci Shinta. Yang harus kulakukan adalah memastikan bahwa dia bahagia. Akan aku lakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Meskipun semua itu akan menyakiti hatiku. Tak apalah... karena saat melihatnya tersenyum, hatiku pun akan kembali tentram.
Kehidupan kampusku pun semakin kupadati untuk melupakan rasa cintaku padanya. Aku menjadi asisten dosen dan mulai mengajari mahasiswa. Saat menjadi asisten dosen ini aku bertemu banyak cewek cantik yang mau membuka hatinya padaku. Namun entah mengapa rasa cintaku pada Shinta masih menguasai hatiku sehingga mereka tak kuanggap.
Dikala senggang, aku sering berkumpul bersama teman-teman kos dan saling curhat. Kadang-kadang aku menciptakan lagu atau cerpen untuk mengusir pikiranku tentang shinta. Aku pun membuka hatiku pada beberapa cewek. Mungkin saja aku bisa mencintai mereka seperti rasa cintaku pada Shinta.
Ada Isma, seorang cewek religius. Dia teman kos adikku dan biasa datang ke tempat kosku untuk meminjam komputer atau untuk ngeprint tugas. Ada Nina, adiknya Shinta. Dia sering meminta bantuanku untuk tugas TIK atau hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Ada Sri, seorang cewek yang sabar dan juga pintar. Namun dia hanya menganggapku sebagai kakak begitupun perasaanku padanya. Aku malah comblangin dia dengan temanku.
Akhirnya, aku pun tak punya pengganti Shinta hingga saat ini. Tapi tak apalah, karena Shinta masih menganggapku sahabatnya dan masih menjalin komunikasi denganku.
Dia akan ke Bandung bulan depan bersama Tomi. Dia meminta pendapatku sebelum berangkat ke Bandung. Kebetulan dia juga mendapatkan pekerjaan di sana. Sebenarnya hatiku tidak rela bila dia pergi ke sana. Aku tak bisa melihat wajahnya yang tersenyum lagi. Namun, aku menyetujuinya karena sepertinya dia amat bersemangat. Apa sih yang tidak buatmu Shin! Gumamku dalam hati.
Aku membuat banyak kenangan dengannya selama ini. Kami masih bisa saling kontak lewat email atau sms. Anehnya, aku tak merasa sakit hati lagi saat melihatnya berjalan bersama Tomi. Namun rasa cintaku padanya tak pernah pudar. Ingin sekali rasanya mengatakan dan mengungkapkan perasaan ini padanya...
Aku tidak tahu kehidupan cintaku seperti apa jadinya. Mungkin Tuhan tidak menakdirkan kehidupan cinta untukku. Namun aku tidak pernah menyerah. Aku yakin suatu saat nanti akan ada cinta sejati untukku. Cinta yang membahagiakan dan abadi selamanya. Seperti puisi cinta yang kutulis ini...
Cinta itu membingungkan
Apakah benar aku mencinta?
Atau hanya nafsu yang bicara?
Atau hanya kekaguman sesaat saja?
Cinta itu…
Harus diungkapkan
Harus dibuktikan
Harus dipertahankan
Harus membahagiakan
Akankah datang cinta sejati untukku?
Yang mencinta tanpa memandang masa lalu.
Yang mencintai aku tanpa ragu
Yang mencintai aku apa adanya.
Walaupun dia harus pergi
Meninggalkan semua yang dimiliki
Mengabaikan semua caci maki
Mencintai aku kini dan nanti
Akhirnya, hari kepergian Shinta ke Bandung pun tiba. Dia melambaikan tangannya dengan senyuman terindahnya. Yah, dalam persahabatan tak pernah ada kata berpisah. Yang ada adalah kata “Kita pasti akan bertemu lagi”.
Terimakasih telah mengajari aku perasaan mencinta. Mengajariku mengikhlaskan dan arti sebuah ketegaran. Darimu aku telah mendapat pengalaman dan pelajaran berharga. Ya, aku telah melewati masa-masa sedih itu, sehingga aku dengan bangga bisa mengatakan bahwa “Cinta itu tak harus memiliki.”
Suatu hari nanti aku ingin bertemu dengan orang yang mirip denganmu. Orang yang bisa membuatku jatuh cinta seperti rasa cintaku padamu. Dan aku berjanji... aku akan mengungkapkannya... aku akan membuktikannya... aku akan mempertahankannya dan akan membahagiakannya...
Dan bila saat itu tiba, aku berharap drama kisah itu akan berakhir bahagia. Apapun yang akan terjadi nanti, hanya Tuhan yang tahu. Hamba hanya ingin hidup bahagia dan tak ingin berakhir sedih seperti cerpen-cerpen yang aku tulis itu.
^o^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar