- 2 -
SERANGAN VIRUS
“Kesempatan adalah salah satu pintu takdir.
Kesempatan merupakan ujian untuk menguji tindakan kita atas momentum-momentum
yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, setiap momen adalah kesempatan dalam
hidupmu untuk menentukan takdirmu selanjutnya.”
***
“NOE!”
Terdengar suara
teriak memanggil namaku dari lantai dua tempat kos ku. Aku sangat mengenal
dengan jelas suara ini. Yah, suara Kak Linda penghuni kamar di lantai atas. Dia
adalah bendahara di tempat kos ini sekaligus sosok yang paling senior di sini.
Dia mahasiswi jurusan farmasi Kampus Al-Gazali semester akhir sekaligus salah
satu “kakak kesayangan”. Hahaha, ya ampun pake tanda kutip segala.
Kak Linda termasuk
salah satu mahasiswi tercantik di kompleks ini. Namun aku menganggapnya sebagai
Kakak dan dia pun menganggapku sebagai adik. Dia juga punya pacar yang sangat
keren. Kadang-kadang kalau aku lapar, aku ke kamarnya menumpang makan atau
minjem nasi. Hehehe.
“NOE!!!”
Yup, ini dia salah
satu resiko dianggap adik. Kalo ada panggilan seperti ini, biasanya dapat jatah
disuruh-suruh nih. Aku segera naik ke lantai dua sebelum volume suara Kak Linda
semakin meninggi.
“Iya Kak?”
“Tolong belikan
Ayam Lalapan di warung Pak Dani. Gak usah pake nasi yah dek.” Ucap Kak Linda.
“Oke sip Kak.” Aku
langsung menyanggupi. Biasanya uang kembaliannya di kasihkan ke aku.
“Uang kembaliannya
ambil aja dek.” Ucap Linda.
Nah, betul kan?
Dan secepat kilat
aku pun menuruni tangga dan melaju ke Warung Pak Dani yang berjarak sekitar 50
meter dari rumah kos ini. Oh ya, rumah kos ku ini terdiri dari dua lantai dan
memiliki 3 kamar di tiap lantainya. Aku di lantai pertama bersama dua penghuni
lainnya, Badriah dan Arul. Arul adalah mahasiswa kedokteran UMI, sedangkan
Badriah adalah mahasiswi jurusan hukum UMI. Orangnya pendiam dan kami jarang
bertatap muka. Jadi, aku diapit oleh calon pengacara dan dokter. Kalian pasti
bingung karena nama Arul sudah pernah muncul sebelumnya kan? Entah mengapa ada
banyak sekali orang bernama Arul termasuk teman setim basketku. Oke, kita sebut
aja Arul Kos untuk Arul yang menghuni tempat kos ini dan Arul basket untuk yang
bermain basket. Deal? Oke kita lanjutkan.
Orang-orang bilang
aku sangat beruntung bisa satu kos dengan Kak Linda dan juga Badriah. Mereka
berdua termasuk cewek idola di kompleks kami. Setiap kali mereka lewat di
lorong-lorong kompleks, cowok-cowok melirik dan jadi lupa diri. Kalau aku sih
biasa saja. hehehe.
Nah, di lantai dua
selain kak Linda, ada juga adik kelasku di kampus bernama Ezer dan Jum. Mereka
berdua sama-sama di STMIK dan masuk setahun sebelum aku. Untuk Jum, aku
biasanya memanggilnya Kak Jum. Meskipun aku lebih senior, tapi Kak Jum lebih
tua dariku dan sudah menikah. Kadang-kadang suaminya datang menginap di sini.
Hmmm, akhirnya
aroma dapur yang menggugah selera tercium juga. Ayam Lalapan Pak Dani seporsi 8.000,
pas untuk ukuran kantong mahasiswa dan rasanya pun maknyuss. Kalo Pak Bondan
pasti bakalan bilang, Top markotop. Ceileh maaf agan-agan, ane jadi promosi. Hihihi!
“Pesan apa mas?”
tanya seorang pelayan.
“Seperti biasa
mbak!” ucapku.
“Alah, biasanya
juga nggak pernah mesan apa-apa.” Candanya.
Aku tertawa sejenak
sambil merenungi kata-katanya. Hahaha, benar juga yah. Aku jarang makan di
warung ini. Tapi memang setiap kali aku kesini, yang aku pesan yah pasti ayam
lalapan.
“Ayam goreng satu Mbak!”
“Oke mas. Silahkan
tunggu yah!”
Aku pun menunggu di
depan warung. Ada kursi panjang yang biasanya dipakai sama tukang parkir untuk
duduk. Kali ini kursinya saya bajak dulu sebentar.
“Noe? Borong yah?”
Kak Imma menyapaku.
“Ah, nggak Kak. Kak
Imma mau makan apa?” ucapku berbasa-basi.
“Mau pesan Ayam
buat dimakan di warnet.” Jelasnya.
Aku hanya bisa
ber-oh sambil manggut-manggut. Kak Imma kos juga di kompleks tempat kosku. Dia
teman dekatnya Kak Ratih dan dia kerja di warnet depan kompleks. Kadang-kadang
aku suka dikasih tambahan waktu kalo main di warnet. Itulah enaknya punya
koneksi dimana saja.
Tidak hanya Kak
Imma yang aku temui, ternyata ada juga Badriah sedang makan bareng cowoknya.
Kami saling bertatap sejenak sambil melempar senyum. Yah, aku tidak terlalu
akrab dengannya sih. Lagian ada cowoknya. Nanti dia pikir aku mau gombalin
ceweknya. Tapi, sebenarnya agak cemburu juga sih ngelihat cowoknya itu. Dia
sungguh sangat beruntung punya cewek cantik kayak Badriah.
Tiba-tiba saja hape
mungilku yang memiliki antena kecil ini mulai bergetar. Hape monochrome
jamannya Ericson belum bergabung dengan Sony ini emang terlihat sangat klasik
dan udah hampir kadaluarsa. Ceileh… Tapi aku nggak kepingin menggantinya sih.
Soalnya aku sudah terlanjur sayang sama Hape ini, hahaha. Aku bahkan menamainya
Rhinoceros. Nama itu berasal dari nama badak dalam bahasa Inggris karena memang
ada tanduk alias culanya satu, yaitu antena kecilnya ini. Ok, perkenalan dengan
Rhinoceros selesai. Waktunya menerima panggilan nih. K’Ratih is calling…
Me : “Assalamualaikum Kak! Ada apa yah?”
K’Ratih : “Walaikumsalam
Noe. Oh ya dek, bisa tolong lihat komputer di tempat kos? Kayaknya kena virus
deh.”
Me : “Oh oke deh. Insya Allah habis dzuhur
yah?”
K’Ratih : “Iya gak apa-apa. Makasih yah dek!”
Me : “Oke.”
K’Ratih : “Assalamualaikum!”
Me : “Walaikumsalam”
Alhamdulillah ada
order lagi nih. Biasanya kalo Kak Ratih nyuruh-nyuruh ada fulusnya gitu.
Asyiik, tambahan dana buat beli kaset Game baru nih.
Akhirnya pesanan
pun selesai dan misi mendapatkan Ayam lalapan pun sukses. Berhasil… berhasil…
berhasil… horay!!! (Nyanyi-nyanyi ala
Dora The Explorer)
***
Dag! Dig! Dug!
Kenapa yah, aku jadi berdebar-debar gini? Apa ini pertanda aku bakal dapat
rejeki nomplok ya? (Analisis ngasal)
Kak Ratih belum
membalas SMS ku tadi. Padahal aku sudah berada di depan tempat kosnya. Mana
cuacanya terik lagi. Masa sih, aku harus masuk menerobos ke kos-kosan cewek. Di
tempat kosnya Arul dan Asrul juga nggak ada orang.
“Kak Noe?”
Sebuah suara
menyapaku. Aku ingat betul suara siapa ini. “Shinta?”
“Mau masuk Kak?”
tanyanya.
“Iya. Ada janjian
sama Kak Ratih.” Jawab ku.
“Oh ya? Cieee!”
“Ah, kita nggak
seperti itu kok. Dia Kakak sepupuku. Dia panggil ke sini karena komputernya ada
virusnya.” Jelasku.
“Oh, yang jilbab
besar itu yah kakakmu? Anak kedokteran kan?” tanya Shinta memastikan.
“Yup. Tapi aku sms
dari tadi gak dibalas. Jangan-jangan dia lagi tidur siang.”
“Umm, kalo nggak
salah tadi sekitar sejam yang lalu dia keluar rumah. Nggak tau juga kemana.”
“Oh ya? Wah, kalo
gitu aku pulang saja deh. Nanti bilang ke dia kalo aku datang yah?” ucapku.
“Eh, tunggu dulu
Kak.” Cegah Shinta.
“Kenapa dek?”
“Komputerku juga
ada virusnya. Bisa tolong dilihat? Tapi kalau kakak ada urusan lain nggak
apa-apa deh.” Pintanya.
“Hmm. Boleh deh.”
Ucapku.
“Beneran nih?
Makasih ya Kak.”
Dan akhirnya aku
pun masuk ke sarang cewek-cewek ini. Aku sih nggak terlalu udik karena memang
tempat kosku ada ceweknya alias tempat kos campuran. Well, tempat kos Shinta di
lantai dua. Ada empat kamar kos di lantai satu dan tiga kamar kos dilantai dua.
Syukurlah di dalam
rumah ada orang lain jadi bukan hanya aku dan Shinta. Di sebelah kamar Shinta
ada Stella, dia mahasiswa baru di kampusku. Hanya jurusannya berbeda denganku.
Di kamar sebelahnya lagi belum ada penghuninya. Sedangkan Kamar Kak Ratih ada
di lantai satu. Entahlah yang mana kamarnya. Tidak ada orang di lantai satu.
Mungkin mereka semua keluar.
Shinta dan Stella
sedang asyik bercerita sedangkan aku mulai berperang melawan virus komputer ini
sendiri. Terkadang Stella menanyakan beberapa hal tentang komputer padaku. Yah,
sebagai seorang senior aku harus memberi contoh yang baik pada juniornya kan?
Virus Brontoks,
virus ini mulai mewabah di kalangan pengguna komputer. Yah, selain virus SARS,
Flu Burung dan virus-virus lain yang menyebabkan banyak kematian dan
menggemparkan berita itu. Virus Brontoks pun tak kalah heboh di kalangan IT.
Coba bayangkan data penting kita yang sudah susah payah kita ketik, harus
hilang karena virus ini. Belum ada anti virus yang mampu menghapus virus ini
saat itu. Tapi sebagai orang IT, kami tahu bagian apa yang diserangnya sehingga
kita bisa menghapusnya secara manual.
Wah jadi mudeng
plus puyeng kan? Hehehe… okay back to the story. Kali ini Shinta dan Stella
berpindah ke beranda dan mulai bercerita tentang kehidupan cinta mereka. Mereka
berdua berusaha memelankan suaranya tapi aku masih bisa mendengarnya dari kamar
ini. Bukan karena aku ini punya pendengaran super loh. Tapi karena volume suara
mereka masih belum minimal.
Tertangkap oleh
pendengaranku curahan hati Shinta tentang Kak Andre. Pacar barunya itu. Shinta
mengeluhkan cerita-cerita orang tentang sifat playboynya itu. Banyak yang
bilang dia jalan bareng cewek lain. Makanya Shinta merasa sedih.
Beberapa menit
kemudian pacarnya Stella datang dan mengajaknya jalan. Akhirnya tinggal aku dan
Shinta berdua di kamar ini. Orang bilang, jika ada seorang cewek dan cowok
berada dalam satu tempat, maka yang ke tiga adalah setan.
Astagfirullah… semoga aku tidak tergoda oleh setan.
Kami terdiam
sesaat. Yah, karena gak ada bahan omongan. Mau ngomongin IT, game atau komik
kayaknya bukan hal yang menarik buat Shinta. So, lebih baik konsentrasi
membasmi virus ini.
Tiba-tiba saja Hpku
berbunyi. SMS dari Kak Ratih…
Maaf Noe, tadi dipanggil ke Lab sama dosenku. Nanti sore aja
yah?
Aku pun
membalasnya.
Okidoki Kak!
Message sent. Akhirnya,
aku pun kembali ke laptop. Ups, maksudnya kembali ke Komputer ini. Hehehe.
Kali ini giliran Hpnya
Shinta yang berbunyi. Sebuah panggilan masuk.
“Halo Kak! Hmm???
…. Kok ndak bisa sih? …Ah, sibuk apaan. Bilang aja kalau mau jalan sama cewek
lain kan?... udah ah. Aku capek mau istirahat…. IYA!!!! …IYA aku tahu!”
Akhirnya Shinta pun
menutup teleponnya. Aku bisa menebak isi percakapannya. Yah, pertengkaran
sepasang kekasih.
“Kenapa dek?”
tanyaku.
“Kak Andre telpon!
Dia janjinya nanti sore mau antar aku ke tempat kerja, tapi dia batalin.
Kemarin juga begitu.”
“Ooh, sabar aja
dek. Mungkin memang banyak urusannya. Apalagi Kak Andre sudah mau nyusun
skripsi.” Aku mencoba menenangkannya dengan berpikir positif.
“Mungkin juga sih.
Tapi…” Shinta menggantung kata-katanya.
“Tapi apa?” Aku
jadi penasaran.
“Nggak apa-apa. Aku
Cuma negative thinking dan cemburu aja karena dia juga dekat dengan banyak
cewek.”
“Oh…Wajarlah kalo
anak-anak STMIK dekat dengan banyak cewek. Apalagi jurusan manajemen.
Kebanyakan banyak mahasiswi daripada mahasiswa. Oh ya, ngomong-ngomong soal
dekat dengan banyak cewek. Aku juga dekat dengan banyak cewek tapi aku bukan
playboy.”
Shinta tertawa
kecil sejenak. “Bukan playboy? Masa sih?”
“Yup. Saya nggak
niat pacaran. Lagian mereka dekat-dekat denganku supaya aku bisa bantu ngerjain
tugas-tugas mereka saja.” jelasku.
“Kepana ndak niat
pacaran? Wajah Kak Noe sebenarnya cute loh. Pasti diantara cewek-cewek yang
dekat ada yang suka juga. Makanya mereka nyari perhatian.”
“Menurutku pacaran
itu bikin ribet. Nggak bisa bebas trus
gak bisa konsen kuliah juga. Lagian aku jauh-jauh kuliah di sini untuk
belajar, bukan untuk pacaran.” Koar ku.
Yah, ini memang
menjadi prinsipku selama kuliah. I just want to study… No women no cry… hehehe…tapi
memang selama masa SD, SMP dan SMA, aku belum pernah pacaran. Sebenarnya aku
agak kuper juga dengan tubuhku yang gemuk saat SMA dulu makanya jadi minder
kalo dekat-dekat cewek.
“Wah, hebat banget
deh.” Puji Shinta. Sepertinya dia jadi spechless.
And… finally job is
done. Virusnya kehapus semua.
“Sudah selesai nih.
Coba dicek!” ucapku.
“Sudah ya Kak.
Syukurlah! Makasih ya Kak. Berapa ongkosnya nih?” ucap Shinta.
“Nggak usah dek.”
Tolakku.
“Tapi… jadi ndak
enak nih.”
“Nggak apa-apa kok
dek.”
“Benar nih ndak
apa-apa?”
Aku mengangguk. “Capucino
ini sudah cukup kok dek. Makasih juga kuenya.”
Akhirnya aku pun
kembali ke tempat kos ku. Aku kepikiran percakapan tadi. Dan entah mengapa
suasana jalanan ini dipenuhi dengan pasangan-pasangan kekasih. Kayaknya setan
menggodaku nih. No! No! aku tidak akan tergoda untuk pacaran.
Sesampainya di
tempat kos, Kak Linda masih bersama kekasihnya. Kak Jum pun bersama suaminya.
Di sebelah kamarku, Badriah pun sedang duduk dua-duaan dengan pacarnya. Bahkan
Arul yang pendiam itu pun kedatangan cewek-cewek dari fakultas keperawatan di
kamarnya.
Entah kenapa rasa
miris ini muncul menggerogoti pikiranku. Pacaran… yah, ini sudah seperti virus
yang mulai menyebar. Virus itu ternyata tidak hanya menyerang kekebalan tubuh
dan menyebarkan penyakit. Virus juga menyerang komputer dan membuat jengkel
pengguna komputer. Dan ada juga virus lainnya. Yaitu virus cinta yang mendorong
hasrat dan nafsu. Dan virus itu kini mulai menyerang diriku. Keteguhan
prinsipku sedang teruji. Dan aku akan berusaha tidak kalah dari perasaan ini.
Kejarlah cita-cita barulah cinta… Keep goin Noe!!!
To be Continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar