Senin, 27 Mei 2013

Novel | Bintang, Bulan dan Matahari - Chapter 2


- 2 -
SERANGAN VIRUS

Kesempatan adalah salah satu pintu takdir. Kesempatan merupakan ujian untuk menguji tindakan kita atas momentum-momentum yang terjadi dalam hidup kita. Jadi, setiap momen adalah kesempatan dalam hidupmu untuk menentukan takdirmu selanjutnya.”

***

“NOE!”
Terdengar suara teriak memanggil namaku dari lantai dua tempat kos ku. Aku sangat mengenal dengan jelas suara ini. Yah, suara Kak Linda penghuni kamar di lantai atas. Dia adalah bendahara di tempat kos ini sekaligus sosok yang paling senior di sini. Dia mahasiswi jurusan farmasi Kampus Al-Gazali semester akhir sekaligus salah satu “kakak kesayangan”. Hahaha, ya ampun pake tanda kutip segala.
Kak Linda termasuk salah satu mahasiswi tercantik di kompleks ini. Namun aku menganggapnya sebagai Kakak dan dia pun menganggapku sebagai adik. Dia juga punya pacar yang sangat keren. Kadang-kadang kalau aku lapar, aku ke kamarnya menumpang makan atau minjem nasi. Hehehe.
“NOE!!!”
Yup, ini dia salah satu resiko dianggap adik. Kalo ada panggilan seperti ini, biasanya dapat jatah disuruh-suruh nih. Aku segera naik ke lantai dua sebelum volume suara Kak Linda semakin meninggi.

“Iya Kak?”
“Tolong belikan Ayam Lalapan di warung Pak Dani. Gak usah pake nasi yah dek.” Ucap Kak Linda.
“Oke sip Kak.” Aku langsung menyanggupi. Biasanya uang kembaliannya di kasihkan ke aku.
“Uang kembaliannya ambil aja dek.” Ucap Linda.
Nah, betul kan?
Dan secepat kilat aku pun menuruni tangga dan melaju ke Warung Pak Dani yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah kos ini. Oh ya, rumah kos ku ini terdiri dari dua lantai dan memiliki 3 kamar di tiap lantainya. Aku di lantai pertama bersama dua penghuni lainnya, Badriah dan Arul. Arul adalah mahasiswa kedokteran UMI, sedangkan Badriah adalah mahasiswi jurusan hukum UMI. Orangnya pendiam dan kami jarang bertatap muka. Jadi, aku diapit oleh calon pengacara dan dokter. Kalian pasti bingung karena nama Arul sudah pernah muncul sebelumnya kan? Entah mengapa ada banyak sekali orang bernama Arul termasuk teman setim basketku. Oke, kita sebut aja Arul Kos untuk Arul yang menghuni tempat kos ini dan Arul basket untuk yang bermain basket. Deal? Oke kita lanjutkan.
Orang-orang bilang aku sangat beruntung bisa satu kos dengan Kak Linda dan juga Badriah. Mereka berdua termasuk cewek idola di kompleks kami. Setiap kali mereka lewat di lorong-lorong kompleks, cowok-cowok melirik dan jadi lupa diri. Kalau aku sih biasa saja. hehehe.
Nah, di lantai dua selain kak Linda, ada juga adik kelasku di kampus bernama Ezer dan Jum. Mereka berdua sama-sama di STMIK dan masuk setahun sebelum aku. Untuk Jum, aku biasanya memanggilnya Kak Jum. Meskipun aku lebih senior, tapi Kak Jum lebih tua dariku dan sudah menikah. Kadang-kadang suaminya datang menginap di sini.
Hmmm, akhirnya aroma dapur yang menggugah selera tercium juga. Ayam Lalapan Pak Dani seporsi 8.000, pas untuk ukuran kantong mahasiswa dan rasanya pun maknyuss. Kalo Pak Bondan pasti bakalan bilang, Top markotop. Ceileh maaf agan-agan, ane jadi promosi. Hihihi!
“Pesan apa mas?” tanya seorang pelayan.
“Seperti biasa mbak!” ucapku.
“Alah, biasanya juga nggak pernah mesan apa-apa.” Candanya.
Aku tertawa sejenak sambil merenungi kata-katanya. Hahaha, benar juga yah. Aku jarang makan di warung ini. Tapi memang setiap kali aku kesini, yang aku pesan yah pasti ayam lalapan.
“Ayam goreng satu Mbak!”
“Oke mas. Silahkan tunggu yah!”
Aku pun menunggu di depan warung. Ada kursi panjang yang biasanya dipakai sama tukang parkir untuk duduk. Kali ini kursinya saya bajak dulu sebentar.
“Noe? Borong yah?” Kak Imma menyapaku.
“Ah, nggak Kak. Kak Imma mau makan apa?” ucapku berbasa-basi.
“Mau pesan Ayam buat dimakan di warnet.” Jelasnya.
Aku hanya bisa ber-oh sambil manggut-manggut. Kak Imma kos juga di kompleks tempat kosku. Dia teman dekatnya Kak Ratih dan dia kerja di warnet depan kompleks. Kadang-kadang aku suka dikasih tambahan waktu kalo main di warnet. Itulah enaknya punya koneksi dimana saja.
Tidak hanya Kak Imma yang aku temui, ternyata ada juga Badriah sedang makan bareng cowoknya. Kami saling bertatap sejenak sambil melempar senyum. Yah, aku tidak terlalu akrab dengannya sih. Lagian ada cowoknya. Nanti dia pikir aku mau gombalin ceweknya. Tapi, sebenarnya agak cemburu juga sih ngelihat cowoknya itu. Dia sungguh sangat beruntung punya cewek cantik kayak Badriah.
Tiba-tiba saja hape mungilku yang memiliki antena kecil ini mulai bergetar. Hape monochrome jamannya Ericson belum bergabung dengan Sony ini emang terlihat sangat klasik dan udah hampir kadaluarsa. Ceileh… Tapi aku nggak kepingin menggantinya sih. Soalnya aku sudah terlanjur sayang sama Hape ini, hahaha. Aku bahkan menamainya Rhinoceros. Nama itu berasal dari nama badak dalam bahasa Inggris karena memang ada tanduk alias culanya satu, yaitu antena kecilnya ini. Ok, perkenalan dengan Rhinoceros selesai. Waktunya menerima panggilan nih. K’Ratih is calling…
Me         : “Assalamualaikum Kak! Ada apa yah?”
K’Ratih : “Walaikumsalam Noe. Oh ya dek, bisa tolong lihat komputer di tempat kos? Kayaknya kena virus deh.”
Me         : “Oh oke deh. Insya Allah habis dzuhur yah?”
K’Ratih : “Iya gak apa-apa. Makasih yah dek!”
Me         : “Oke.”
K’Ratih : “Assalamualaikum!”
Me         : “Walaikumsalam”
Alhamdulillah ada order lagi nih. Biasanya kalo Kak Ratih nyuruh-nyuruh ada fulusnya gitu. Asyiik, tambahan dana buat beli kaset Game baru nih.
Akhirnya pesanan pun selesai dan misi mendapatkan Ayam lalapan pun sukses. Berhasil… berhasil… berhasil… horay!!! (Nyanyi-nyanyi ala Dora The Explorer)

***

Dag! Dig! Dug! Kenapa yah, aku jadi berdebar-debar gini? Apa ini pertanda aku bakal dapat rejeki nomplok ya? (Analisis ngasal)
Kak Ratih belum membalas SMS ku tadi. Padahal aku sudah berada di depan tempat kosnya. Mana cuacanya terik lagi. Masa sih, aku harus masuk menerobos ke kos-kosan cewek. Di tempat kosnya Arul dan Asrul juga nggak ada orang.
“Kak Noe?”
Sebuah suara menyapaku. Aku ingat betul suara siapa ini. “Shinta?”
“Mau masuk Kak?” tanyanya.
“Iya. Ada janjian sama Kak Ratih.” Jawab ku.
“Oh ya? Cieee!”
“Ah, kita nggak seperti itu kok. Dia Kakak sepupuku. Dia panggil ke sini karena komputernya ada virusnya.” Jelasku.
“Oh, yang jilbab besar itu yah kakakmu? Anak kedokteran kan?” tanya Shinta memastikan.
“Yup. Tapi aku sms dari tadi gak dibalas. Jangan-jangan dia lagi tidur siang.”
“Umm, kalo nggak salah tadi sekitar sejam yang lalu dia keluar rumah. Nggak tau juga kemana.”
“Oh ya? Wah, kalo gitu aku pulang saja deh. Nanti bilang ke dia kalo aku datang yah?” ucapku.
“Eh, tunggu dulu Kak.” Cegah Shinta.
“Kenapa dek?”
“Komputerku juga ada virusnya. Bisa tolong dilihat? Tapi kalau kakak ada urusan lain nggak apa-apa deh.” Pintanya.
“Hmm. Boleh deh.” Ucapku.
“Beneran nih? Makasih ya Kak.”
Dan akhirnya aku pun masuk ke sarang cewek-cewek ini. Aku sih nggak terlalu udik karena memang tempat kosku ada ceweknya alias tempat kos campuran. Well, tempat kos Shinta di lantai dua. Ada empat kamar kos di lantai satu dan tiga kamar kos dilantai dua.
Syukurlah di dalam rumah ada orang lain jadi bukan hanya aku dan Shinta. Di sebelah kamar Shinta ada Stella, dia mahasiswa baru di kampusku. Hanya jurusannya berbeda denganku. Di kamar sebelahnya lagi belum ada penghuninya. Sedangkan Kamar Kak Ratih ada di lantai satu. Entahlah yang mana kamarnya. Tidak ada orang di lantai satu. Mungkin mereka semua keluar.
Shinta dan Stella sedang asyik bercerita sedangkan aku mulai berperang melawan virus komputer ini sendiri. Terkadang Stella menanyakan beberapa hal tentang komputer padaku. Yah, sebagai seorang senior aku harus memberi contoh yang baik pada juniornya kan?
Virus Brontoks, virus ini mulai mewabah di kalangan pengguna komputer. Yah, selain virus SARS, Flu Burung dan virus-virus lain yang menyebabkan banyak kematian dan menggemparkan berita itu. Virus Brontoks pun tak kalah heboh di kalangan IT. Coba bayangkan data penting kita yang sudah susah payah kita ketik, harus hilang karena virus ini. Belum ada anti virus yang mampu menghapus virus ini saat itu. Tapi sebagai orang IT, kami tahu bagian apa yang diserangnya sehingga kita bisa menghapusnya secara manual.
Wah jadi mudeng plus puyeng kan? Hehehe… okay back to the story. Kali ini Shinta dan Stella berpindah ke beranda dan mulai bercerita tentang kehidupan cinta mereka. Mereka berdua berusaha memelankan suaranya tapi aku masih bisa mendengarnya dari kamar ini. Bukan karena aku ini punya pendengaran super loh. Tapi karena volume suara mereka masih belum minimal.
Tertangkap oleh pendengaranku curahan hati Shinta tentang Kak Andre. Pacar barunya itu. Shinta mengeluhkan cerita-cerita orang tentang sifat playboynya itu. Banyak yang bilang dia jalan bareng cewek lain. Makanya Shinta merasa sedih.
Beberapa menit kemudian pacarnya Stella datang dan mengajaknya jalan. Akhirnya tinggal aku dan Shinta berdua di kamar ini. Orang bilang, jika ada seorang cewek dan cowok berada dalam satu tempat, maka yang ke tiga adalah setan.
Astagfirullah… semoga aku tidak tergoda oleh setan.
Kami terdiam sesaat. Yah, karena gak ada bahan omongan. Mau ngomongin IT, game atau komik kayaknya bukan hal yang menarik buat Shinta. So, lebih baik konsentrasi membasmi virus ini.
Tiba-tiba saja Hpku berbunyi. SMS dari Kak Ratih…
Maaf Noe, tadi dipanggil ke Lab sama dosenku. Nanti sore aja yah?
Aku pun membalasnya.
Okidoki Kak!
Message sent. Akhirnya, aku pun kembali ke laptop. Ups, maksudnya kembali ke Komputer ini. Hehehe.
Kali ini giliran Hpnya Shinta yang berbunyi. Sebuah panggilan masuk.
“Halo Kak! Hmm??? …. Kok ndak bisa sih? …Ah, sibuk apaan. Bilang aja kalau mau jalan sama cewek lain kan?... udah ah. Aku capek mau istirahat…. IYA!!!! …IYA aku tahu!”
Akhirnya Shinta pun menutup teleponnya. Aku bisa menebak isi percakapannya. Yah, pertengkaran sepasang kekasih.
“Kenapa dek?” tanyaku.
“Kak Andre telpon! Dia janjinya nanti sore mau antar aku ke tempat kerja, tapi dia batalin. Kemarin juga begitu.”
“Ooh, sabar aja dek. Mungkin memang banyak urusannya. Apalagi Kak Andre sudah mau nyusun skripsi.” Aku mencoba menenangkannya dengan berpikir positif.
“Mungkin juga sih. Tapi…” Shinta menggantung kata-katanya.
“Tapi apa?” Aku jadi penasaran.
“Nggak apa-apa. Aku Cuma negative thinking dan cemburu aja karena dia juga dekat dengan banyak cewek.”
“Oh…Wajarlah kalo anak-anak STMIK dekat dengan banyak cewek. Apalagi jurusan manajemen. Kebanyakan banyak mahasiswi daripada mahasiswa. Oh ya, ngomong-ngomong soal dekat dengan banyak cewek. Aku juga dekat dengan banyak cewek tapi aku bukan playboy.”
Shinta tertawa kecil sejenak. “Bukan playboy? Masa sih?”
“Yup. Saya nggak niat pacaran. Lagian mereka dekat-dekat denganku supaya aku bisa bantu ngerjain tugas-tugas mereka saja.” jelasku.
“Kepana ndak niat pacaran? Wajah Kak Noe sebenarnya cute loh. Pasti diantara cewek-cewek yang dekat ada yang suka juga. Makanya mereka nyari perhatian.”
“Menurutku pacaran itu bikin ribet. Nggak bisa bebas trus  gak bisa konsen kuliah juga. Lagian aku jauh-jauh kuliah di sini untuk belajar, bukan untuk pacaran.” Koar ku.
Yah, ini memang menjadi prinsipku selama kuliah. I just want to study… No women no cry… hehehe…tapi memang selama masa SD, SMP dan SMA, aku belum pernah pacaran. Sebenarnya aku agak kuper juga dengan tubuhku yang gemuk saat SMA dulu makanya jadi minder kalo dekat-dekat cewek.
“Wah, hebat banget deh.” Puji Shinta. Sepertinya dia jadi spechless.
And… finally job is done. Virusnya kehapus semua.
“Sudah selesai nih. Coba dicek!” ucapku.
“Sudah ya Kak. Syukurlah! Makasih ya Kak. Berapa ongkosnya nih?” ucap Shinta.
“Nggak usah dek.” Tolakku.
“Tapi… jadi ndak enak nih.”
“Nggak apa-apa kok dek.”
“Benar nih ndak apa-apa?”
Aku mengangguk. “Capucino ini sudah cukup kok dek. Makasih juga kuenya.”
Akhirnya aku pun kembali ke tempat kos ku. Aku kepikiran percakapan tadi. Dan entah mengapa suasana jalanan ini dipenuhi dengan pasangan-pasangan kekasih. Kayaknya setan menggodaku nih. No! No! aku tidak akan tergoda untuk pacaran.
Sesampainya di tempat kos, Kak Linda masih bersama kekasihnya. Kak Jum pun bersama suaminya. Di sebelah kamarku, Badriah pun sedang duduk dua-duaan dengan pacarnya. Bahkan Arul yang pendiam itu pun kedatangan cewek-cewek dari fakultas keperawatan di kamarnya.
Entah kenapa rasa miris ini muncul menggerogoti pikiranku. Pacaran… yah, ini sudah seperti virus yang mulai menyebar. Virus itu ternyata tidak hanya menyerang kekebalan tubuh dan menyebarkan penyakit. Virus juga menyerang komputer dan membuat jengkel pengguna komputer. Dan ada juga virus lainnya. Yaitu virus cinta yang mendorong hasrat dan nafsu. Dan virus itu kini mulai menyerang diriku. Keteguhan prinsipku sedang teruji. Dan aku akan berusaha tidak kalah dari perasaan ini. Kejarlah cita-cita barulah cinta… Keep goin Noe!!!

To be Continue…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar