Part 37
Buku Orange
Akhirnya hari ujian
pun tiba. Ketegangan menyelimuti kami. Rasa tegang ini telah mengusir rasa
sedihku yang kupendam. Dan menggantinya dengan keseriusan serta tekad untuk
mengalahkan ketegangan ini.
Para anggota
fansklub Arya pun sudah mengurangi aktifitasnya. Namun mereka sempat buat aku
dan Arya repot. Tempat duduk Arya dipenuhi dengan berbagai ucapan selamat
belajar serta kata-kata penyemangat lainnya. Alhasil karena gak ada tempat
lagi, terpaksa bangku ku pun jadi sasarannya.
Untung saja hari
kedua ujian sudah gak ada lagi kertas-kertas itu. Para anggota Fansklub Arya
sudah mulai insyaf dan belajar dengan serius di hari-hari berikutnya.
Dan salah satu yang
menambah beban belajarku adalah desakan Erni dan Tuti untuk ngungkapin
perasaanku pada Arya. Tapi aku tetap cuekin mereka. Oh ya, aku pun menceritakan
apa yang aku alamin selama ini pada Imel. Aku gak mau dia berpikir yang
nggak-nggak karena udah mempermainkan sepupunya. Syukurlah dia mengerti aku.
Dan sehari sebelum
ujian terakhir selesai, aku dapat telepon dari seseorang. Yah, dia adalah Fani.
Dia meneleponku dengan nada sedih.
“Aya batalkan
pertunangan ini.” Nada sedih terngiang dari speaker HPku.
“Kok bisa dek?”
tanyaku.
“Dia mau kuliah di
Amerika.”
“Nanti kalo balik
kan kalian bisa tunangan atau langsung nikah.” Hiburku.
“Bukan gitu Kak.
Selama ini Fani anggap Aya itu seperti Kakak. Saat tahu Aya ditunangkan sama
Fani, Fani bingung dan cuma bisa terima putusan Papa. Fani belajar menyukai Aya
tapi rasanya beda. Fani yakin Aya pun demikian.” Jelas Fani.
“Cinta kan bisa
dipupuk. Pacaran setelah menikah itu lebih romantis loh dek!”
“Tapi… Aya juga
kelihatan tak bahagia. Fani takut hanya bisa buat Aya tertekan, jadi Fani pun
bilang ke Papa kalo Fani tak suka juga dengan Aya.” Jelasnya.
“Loh koq gitu sih
dek? Jujur sama perasaan itu lebih baik.”
“Hmm… Oh ya Kak,
Fani mau tunjukan sesuatu. Apa Kak Reni punya waktu sekarang?” pinta Fani.
“Hah? Sekarang?
Kakak gak bisa keluat dek. Besok mau ujian hari terakhir loh dek.” Elakku.
“Fani ke rumah
Kakak aja, Mang Jana yang antar Fani. Ini sudah dekat rumah Kakak kok.”
“Apa?” aku hanya
bisa kaget aja.
Tiba-tiba suara HP
pun terputus. Sebuah klakson mobil terdengar. Suara klakson yang khas banget.
Yah, gaya klakson seperti ini adalah khas Mang Jana. Sekali suara panjang dan
sekali suara pendek. Aku pun ke pagar untuk menemui Fani.
“Maaf yah dek, aku
gak bisa lama-lama.” Ucapku saat membukakan pagar.
“Fani juga mau ke
bandara Kak. Fani mau kasih ini.”
Fani memberikanku
sebuah buku. Buku tulis berwarna orange dengan gambar beruang teddy di
depannya. Ini buku ku yang dulu kupinjamkan pada Arya saat dia sakit. Ternyata
dia belum ngembaliin rupanya. Aku pikir buku ini hilang.
“Sudah yah kak.
Fani pergi dulu.” Pamitnya.
“Wah, Kakak jadi
gak enak hati nih gak bisa lama-lama dengan Fani.”
“Tak apa-apa Kak,
pesawatnya juga sudah tiba.” Fani pun mengecup kedua pipiku sambil memelukku.
“Selamat jalan yah
Fani.” Ucapku.
Sepeninggal Fani,
aku masih termenung heran dengan buku ini. Kok Fani ngasih ke Aku seakan ini
barang berharga miliknya. Aku pun membuka buku ini. Dan aku terkejut melihat
halaman belakangnya.
I Love you Ren. Tahu gak selama ini aku sangat mencintaimu.
Meski sikapku selalu dingin di sekolah, namun sebenarnya aku itu tidak sedih
kok. Saat berada dekat denganmu, aku jadi tenang Ren. Dan saat tahu kamu jadian
sama Erwin aku sangat shock dan gak bisa tidur. Aku ingin bilang dengan tegas
bahwa aku cinta kamu.
Tapi… jantung ini selalu berdegub kencang. Wajah ini selalu
merah dan membuat nyaliu menciut. Reni… seandainya kamu tahu isi hatiku ini.
Maaf aku tak bisa tegas mengungkapkan isi hatiku ini.
Sebuah kertas pun
jatuh. Namun tulisan ini berbeda dengan tulisan di halaman belakang buku.
Sepertinya ini tulisan Fani.
Kak Reni, Fani gak sengaja membuka buku ini karena penasaran.
Fani temukan buku ini di Kamarnya Aya dan ada nama Kak Reni di sini. Dan
setelah membacanya, Fani jadi sadar kalau ternyata selama ini Kak Reni dan Kak
Aya saling mencintai.
Fani tahu Kak Reni cinta sama Kak Aya kan? Fani tunangan
dengan Aya karena menghormati orang tua. Fani anggap dia sebagai sosok Kakak.
Dan Kak Reni itu orang yang baik. Fani akan senang dan bangga bila Aya dan Kak
Reni jadian.
Oh ya, Fani tak beritahukan Aya tentang buku ini. Sepertinya
dia tak tahu buku ini Fani bawa, jadi simpan dan jangan beritahukan ke Aya.
Fani inginkan Aya sendiri yang mengucapkan isi hatinya lewat bibirnya. Goodluck
yah Kak! ^_^
Seutas senyuman lebar terlukis di bibirku.
Terima kasih Fani, kamu memang sosok adik yang selalu aku impikan. Semoga kamu
bisa mendapatkan pangeran hatimu yang lebih baik untukmu sayang. Kakak
menyayangimu.
Saat aku akan masuk
kembali ke rumah, HPku pun berbunyi. Dan kali ini telepon dari Arya. Waduh, kok
bisa sinkron gini sih situasinya? Terakhir aku bicara dengan Arya itu sekitar
sebulan yang lalu saat akan janjian ke taman hiburan. Saat itu aku ingin curhat
dan minta bantuannya untuk menyelesaikan kesalahpahamanku dengan Tuti.
“Halo Ya!
Assalamualaikum!”
“Walaikumsalam
Ren!”
“Kenapa Ya?”
“Besok sehabis
ujian. Aku ingin bicara penting. Aku tunggu di pohon akasia dekat kantin
sekolah.”
“Hmm… Oke deh!”
Pembicaraan pun
selesai. Aku tertunduk dan merenung sejenak. Kira-kira Arya mau bilang apa yah?
Apakah dia mau ungkapin isi hatinya?
“YESS!!”
Aku bersorak seakan
ujian telah selesai. Padahal besok masih belum selesai. Tapi senyuman di
bibirku ini tak mau berhenti berkembang.
“Hey! Teriak
malam-malam gini. Abis dapat bocoran soal yah?” ledek Kak Farid yang tiba-tiba
muncul.
“Ih, gak lah Kak.
Besok kan hari terakhir ujian makanya Reni senang deh.” Jelasku asal-asalan.
“Hmm, malah aneh.
Awas yah loh besok jangan ikut-ikutan keluyuran apalagi coret-coret baju yah?”
nasehat Kak Farid.
“Sip deh bos.”
Ucapku.
Besok Aya akan
nyatain cintanya. Tapi… belum pasti juga sih. Dan yang bikin aku sedih, setelah
lulus Aya akan lanjutin kuliah di Amerika sana. Namun perasaan senang malam ini
sungguh gak terbendung. Entah mengapa aku ngerasa… bahagia.
Aku gak sabar
nunggu esok datang. Aku memandangi langit malam ini. Bulannya terang banget.
Fullmoon ditemani taburan bintang-bintang. Langit tampak tersenyum padaku.
Semoga besok cuaca cerah seindah malam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar