Rabu, 29 Mei 2013

Novel | Wajah Kedua (Part 40)

Part 40 – Janji Kelinking


4 tahun kemudian…
“Trus Kak Arya nyanyi lagu apa?” tanyanya.
Cewek ini terus memperhatikan ceritaku tentang masa SMA ku.
“Lagu tentang isi hatinya. Jadi Erin jangan pernah menyerah dalam menggapai cintamu.” Ucapku.
“Menurut Kak Reni, Randi suka gak sama Erin?” tanyanya.
“Erin… terkadang cinta itu adalah misteri. Menurutku sih, si Randi itu suka sama kamu.”
“Tapi Erin masih ragu sih kak!” keluhnya.
Erin, cewek ini sekarang duduk di kelas XII, yah setara dengan kelas 3 SMA saat jamanku dulu. Dan dia jatuh cinta pada adikku Randi. Randi itu sifatnya mirip dengan Arya yang suka nutupin perasaannya. Sebenarnya aku juga gitu sih. Cuma bedanya kisah cinta mereka adalah karena mereka sudah saling mengenal sejak SMP.
“Percaya aja deh dek dengan kekuatan cinta. Dulu setelah Arya menyanyi, Kakak malu banget loh dan pingin kabur dari sana. Tapi karena kekuatan cinta yah akhirnya kakak memberanikan diri bertemu Arya.” Jelasku sembari memberi semangat padanya.
“Hmm… cerita lagi dong Kak? Setelah itu gimana?” pintanya.
Aku kembali menutup mataku dan bagai mesin waktu aku seakan tersedot kembali ke masa itu…




Alunan merdu gitar nilon akustik itu menentramkan malam ini. Para cewek menunggu dengan penasaran suara Arya yang sedang bernyanyi. Aku pun penasaran, siapakah seseorang yang spesial yang dimaksud Arya. Tapi aku lebih penasaran lihat dan dengar Arya versi penyanyi.
Entah mengapa kesedihanku yang bertumpuk-tumpuk ini menjadi hilang hanya dengan melihat wajahnya saja.
Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu
Mencoba lupakan tapi ku tak bisa
Mengapa begini…?

Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada disini menemaniku
Oh mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku…
Semoga tak sekedar harapku

Setelah bernyanyi Arya pun tertunduk sejenak menikmati suara tepukan tangan. Yah, Arya menikmati saat-saat menjadi idola diatas panggung itu. Arya dengan wajah keduanya. Dan semua orang tetap respek dan kagum padanya.
“Ren… Aya suka sama kamu!”
Semua tiba-tiba terdiam dan mencoba mencerna kata-kata Arya, yang keluar di antara teriakan histeris itu.
“Ren… kamu tahu gak? Kamu itu cinta pertamaku.”
Semua terdiam heran pada Arya. Arya tetap cuek dan berbicara seakan orang-orang disekitarnya tidak ada sama sekali. Dia seperti berbicara langsung denganku.
Aku hanya bisa menahan air mata kebahagiaanku juga rasa kaget yang tiba-tiba melanda. Jantungku berdegup kencang sekali dan aku hanya bisa tertunduk malu sambil bersembunyi di balik bangku plastik ini.
“Dan sebelum duduk disampingmu… aku sudah jatuh cinta sama kamu. Dan sejak saat itu aku menyanyikan lagu ini sambil berharap bertemu denganmu. Kekasih sejatiku. Arya… suka kamu Reni…” kali ini Arya yang tertunduk malu.
Dia diam membisu bersama orang-orang sekitar yang masih bertanya-tanya. Ada beberapa komentar sewot dari para fansklub dan ada beberapa pujian salut untuk keberanian Arya.
“Nah ini dia Reni. Kamu nggak naik ke panggung Ren?” sebuah suara menyadarkanku.
“Kak Wina?”
Gawat ternyata Kak Wina menemukanku. Aku sangat malu dan gak siap untuk hal seperti ini.
“Ren? Kasihan tuh Arya sudah kehabisan kata-kata. Apa kamu gak kasihan?” ucapnya.
“Kenapa Kak Wina selalu ingin Reni jadian sama Arya?” tanyaku. Aku selalu penasran karena sejak pertama kali bertemu Kak Wina seakan mencomblangin kami.
“Aku gak ingin kalian bernasib seperti Kakak. Dijodohkan…”
Aku terdiam sesaat. Yah, dibalik kebahagiaan Kak Wina. Rupanya dia menyimpan keluhan ini. Aku salah saat itu sudah menyerah saat tahu Arya ditunangkan dengan Fani. Aku gak punya kekuatan untuk memperjuangkan cintaku.
“Kak… Apa aku harus naik?” ucapku bimbang.
“Mau ditemani?”
“Hmm… biar aku sendiri yang naik Kak.” Entahlah tiba-tiba aku jadi bersemangat.
Kak Wina gak berkata apa-apa lagi. Dia hanya tersenyum dengan penuh keyakinan padaku. Mungkin inilah yang namanya kekuatan cinta.
Mungkin cara nekat yang dikatakan Tuti adalah cara seperti ini. Dan melihat senyuman Kak Wina tadi aku jadi memiliki kekuatan untuk maju. Kak Wina selalu saja muncul untuk membangkitkan atau mempertahankan harapanku pada Arya. Dia seperti mak comblang kami berdua.
Aku berjalan menelusuri kerumunan sambil tertunduk malu. Aku sudah siap mendengar umpatan dari para fansklub Arya atau dari cewek-cewek sewot lainnya. Tapi ternyata aku malah mendapat tepukan juga dukungan sepanjang perjalananku.
Aku pun berdiri di sudut panggung. Suara tepukan dan sorak sorai meneriaki aku dengan nada menggombal.
Arya mengangkat kepalanya dan menoleh padaku. Dia mendekati aku yang tertunduk malu. Lidahku sangat kaku dan wajahku mungkin sangat merah. Aku hanya bisa mematung.
Kini Arya berdiri dihadapanku. Memandangku dengan senyumannya yang menenangkan hatiku. Aku pun ikut tersenyum.
“Dasar Aya gombal!” kata ini keluar dari mulutku. Aku gak tahu mau bilang apa.
“Kalo gak begini Ren, kamu atau Aya gak akan nyadar perasaan masing-masing.” Ucapnya.
“Tapi aku jadi malu. Gimana kalo Reni dikerjain fansklubmu.” Keluhku.
“Aya akan lindungi kamu dari mereka kok.”
“Tapi setelah lulus Aya akan ke Amerika kan?” keluhku lagi.
Arya tersenyum. “Empat tahun itu gak lama kok Ren. Tiap malam Aya akan nelpon kamu kecuali kalo kamu udah bosan. Kalo Reni butuh Aya, Aya akan datang kemari.” Ucapnya.
“Tapi…” Aku berpikir sejenak.
“Janji kelinking?” tawar Arya.
Arya mengangkat tangannya dan tangannya mengepal hingga meninggalkan jari kelingkingnya.
Cinta itu datang hari ini untuk disyukuri hari ini. Masalah esok atau nanti tak perlu dicemaskan. Aku jadi tersadar bahwa untuk menggapai cinta aku tak perlu mencemaskan hari esok. Dan aku akan berjuang dengan kekuatan cinta meski dalam penantian panjang.
Akupun mengangkat tanganku dan mentautkan jari kelingkingku padanya. Aku tersenyum bahagia seakan semua beban terangkat dan menghilang. Ikatan Jari kelinking kami ini memang terkesan kekanak-kanakan namun kujadikan simbol ikatan kami berdua.
Tuti, Aldo dan Erni tampak mengintip sambil tersenyum jahil dari balik tirai panggung. Sepertinya mereka bertiga yang merencanakan ini semua. Mungkin Erni melobi Heru yang kebetulan anggota Teater untuk memberikan waktu untuk Arya. Dan bila klub teater tidak bisa memberikan waktu untuk Arya tampil, ada Tuti yang siap mengancam. Mungkin Tuti yang ngancam Arya untuk tampil di sini. Atau Aldo yang mendesakknya sebagai sahabatnya.
Entahlah, apapun prosesnya. Ini semua telah terjadi dan aku harus berterima kasih pada semuanya. Terutama pada Allah yang selalu mendengarkanku disaat susah dan senang.
Arya… sejak mengenal dekat denganmu. Akupun selalu menyanyikan lagu ini loh. Kok kita bisa sama? Mungkin ini yang namanya takdir cinta yah?
I Love You Too Arya…



“Jadi Kak Reni dan Kak Aya jadian?” tanya Erin.
Aku mengangguk malu.
“Trus gimana hubungan Kak Reni sama Kak Arya?”
“Beberapa hari setelah itu, Arya pun berangkat ke Amerika. Sebelum berangkat dia memberiku ini.” Ucapku sambil menunjukkan kertas pesan dari Arya. Pesan yang dia tulis empat tahun yang lalu.
Hari ini… 12 Mei 2012. Aku akan pulang, jemput aku yah Ren. ^_^
“Pesan ini Kak Arya tulis dari empat tahun lalu?” Erin tampak tak percaya.
Aku mengangguk.
“Itu kan hari ini Kak? Kenapa Kakak gak segera menjemputnya?” desak Erin.
“Sudah tiga bulan ini Arya gak mengontak aku lagi. Aku gak tahu dia bakal datang atau nggak?” Keluhku.
“Duh, Kakak ini. Tadi baru aja bilang ke Erin untuk memperjuangkan cinta. Untuk percaya pada Cinta. Sekarang kok malah berkata seperti itu.”
Erin benar juga… kenapa aku disini dan hanya berkeluh kesah pada Erin. Ya, aku harus segera ke bandara menjemput Arya.
Aku pun berdiri dari bangku café ini. WINZ café tempat kencan pertamaku bersama Arya. Dan sekarang sudah jadi basecame alias tempat janjian atau nongkrong kami. Aku, Tuti, Erni, Aldo dan Imel.
Aku pun menaiki sebuah taksi berwarna biru langit ini. Yah, hari ini langit sangat cerah. Sebenarnya aku sangat cemas pada Arya yang tiba-tiba saja menghilang dan gak ngasih kabar selama tiga bulan.
Erin menatap kepergianku dari balik kaca café itu dengan iringan doa dan semangat. Aku pun turut mendoakannya. Semoga kamu bisa menjadi adik iparku. Goodluck yah Erin…
Angin dari balik jendela taksi menerpa wajahku dan memberikan kesejukan. Selama penantian empat tahun ini aku terus berharap pada janji Arya. Aku menunggunya dengan setia di sini. Semoga kesetiaanku ini terbalaskan dengan kebahagiaan.
Oh ya, Erni masih tetap setia dengan Heru. Dia sudah menemukan pangeran hatinya. Sementara itu Tuti yang dulu sempat menyimpan rasa suka pada Kak Erwin pun mulai melancarkan serangan cintanya. Sayang Kak Erwin tak meresponnya. Namun Tuti sekarang sudah memiliki Asep yang ternyata sudah suka padanya sejak MOS. Yah, Asep yang tiba-tiba aja ikut dalam rombongan kami saat menjenguk Arya di rumah sakit.
Imel pun memutuskan kuliah di sini dan bukan di Singapura. Aku dan Imel kuliah di kampus yang sama namun kami berbeda jurusan. Aku mengambil jurusan Sastra Inggris dan Imel mengambil jurusan Informatika. Erni dan Tuti gak kuliah.
Aldo harus kerepotan dengan banyaknya tawaran cinta padanya. Bahkan Helen dan Lola yang selalu sohiban selama SMA harus bermusuhan untuk mendapatkan cinta Aldo. Namun Aldo telah menambatkan hatinya pada seseorang. Yah… Imelda.
Kedua sohibku ini jadian. Padahal kerjaan mereka berdua hanya bertengkar terus namun aku iri dengan keakraban mereka.
Mengenai nasib para fansklub Arya. Ternyata mereka menyerah dan mengerti tentang Arya. Dan setelah kelulusan sekolah. Klub itu membubarkan diri dan berganti nama menjadi klub cheerleader sekolah. Yah, mereka kini lebih berguna dengan menyemangati tim Basket, tim Futsal, tim Voli, atau ajang apapun yang diikutin sekolah.
Fani… adikku yang paling imut itu mendapatkan seseorang yang terbaik baginya. Orang yang mengajarkanku tentang keikhlasan dalam cinta. Dia adalah Kak Erwin.
Kalau melihat nasib orang-orang di sekitarku yang terjalin dalam ikatan cinta ini, aku jadi merasa dunia ini sempit. Tak ada orang baru dalam kehidupan cinta mereka.
Oh ya, satu lagi orang yang sangat berjasa di hidupku. Kak Wina…
Sekarang Kak Wina sudah punya sepasang anak kembar yang lucu dan menggemaskan. Kami jarang bertemu dan Kak Wina sudah menemukan kebahagiaannya. Dia masih tinggal di Taiwan dengan kedua buah hatinya itu.
Nggak terasa Taksi telah mengantarku hingga ke pintu gerbang bandara. Hatiku jadi berdebar-debar saat turun. Aku pesimis Arya akan ada disini setelah hilang kontak selama 3 bulan itu.
Tapi entah mengapa hati kecilku berkata Arya ada disini. Dan dengan harapan kecil itulah aku menunggunya disini.
Aku mencari-cari Arya dari ujuang bandara hingga ke ujung bandara. Gak terasa sudah hampir sejam aku mencarinya. Arya kamu dimana? Apakah kamu baik-baik saja? apakah kamu datang?
“Janji Kelingking?”
Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari telingaku. Suara itu bagaikan angin penyejuk yang mengobati lelahku setelah berputar-putar di bandara ini.
Aku membalikkan badanku dan…
“Arya?”
“Reni!”
Sosok Arya kini berdiri dihadapanku. Dia sedikit lebih tinggi kini.
“Janji kelinking.” Ucapku penuh haru.
Arya tersenyum padaku. Aku jadi teringat janjinya empat tahun lalu untuk kembali. Air mataku tiba-tiba menetes sudah tiga bulan ini dia buat aku khawatir.
“Jangan nangis gitu dong Ren. Aku jauh-jauh ke sini Cuma pingin ngeliat kamu tersenyum.” Godanya.
“Ih, Aya dasar gombal.” Aku kembali tersenyum.
“Nah gitu dong Ren.”
“Kenapa 3 bulan ini gak hubungin aku?” ucapku judes.
“Mau bikin surprise sih Ren. Aku juga mau lihat apa benar kamu nungguin aku.” jelas Arya.
“Ih, jahat deh.” Aku pun ngambek.
“Sori Ren. Aku teraktir es krim mau nggak?” bujuk Arya.
“Boleh deh. Gimana Kuliah di sana? Asyik gak?” tanyaku bertubi-tubi.
Ada banyak sekali kisah yang ingin aku ceritakan pada Arya. Dan aku pun ingin mendengar kisahnya. Aku kembali ceria. Aku kembali bahagia. Sepanjang perjalanan kami tak henti-hentinya saling berbagi cerita.
Arya Ozman... cowok idola seantero sekolah. Sifatnya cuek, angkuh, agak sombong, dingin dan gak bergaul dengan orang-orang. Ternyata dibalik sifatnya itu dia menyembunyikan sifat yang lain. Sifat yang lembut, penuh keceriaan, perhatian dan juga kesedihan. Itulah wajah kedua yang disembunyikan Arya.
Awalnya aku nggak begitu suka. Tapi… sekarang dia adalah pangeran hatiku yang sangat berharga. Reni love Arya…
Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu
Mencoba lupakan tapi ku tak bisa
Mengapa begini…?

Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada disini menemaniku
Oh mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku…
Semoga tak sekedar harapku
(Bonita – Kekasih Sejati)


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar